Helaan napas menggema di ruangan yang senyap sunyi itu, Winter menatap kakaknya yang terlihat berantakan, pelipis sang kakak sedikit bengkak akibat vas bunga yang ia pukulkan beberapa jam yang lalu saat menyelamatkan Karina.
Winter menatap kakaknya tak menyangka bahwa laki-laki yang ia jadikan panutan itu bisa sefrustasi ini karena seorang wanita.
"Aku tidak menyangka kau ternyata sama saja dengan laki-laki lain diluar sana" ujar Winter dengan nada datar sedikit terdengar marah
Jeno yang tidak tau harus menanggapi sang adik bagaimana hanya bisa diam, ia juga sebenarnya tidak pernah berniat melakukan tindakan tak terpuji itu pada Karina, ia hanya sedang kalut karena semakin hari perasaannya pada Karina semakin besar dan tak terkendali. Ia semakin takut kehilangan wanita itu, Jeno juga tidak tau kalau ia sangat mencintai Karina, ia tersadar saat semua sudah harusnya ia hancurkan.
"Kau mencintainya?"
"Ti.."
"Berkatalah yang jujur oppa, kalau kau cinta bilang cinta, kau bahkan tidak pandai berbohong. Kau seberantakan ini karena Karina, kau ternyata terjebak dalam permainanmu sendiri, sudah ku katakan untuk tidak menjalin hubungan terlalu lama dengannya"
Jeno hanya diam, ia pusing sekali dengan semua masalah ini, belum ayah, belum Winter bahkan Karina menyalahkannya.
"Ya, aku mencintainya" ujar Jeno pelan yang membuat Winter sedikit kecewa.
"Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan menghentikan semua rencana ini Oppa?"
Jeno menatap sang adik dengan wajah nelangsa, "Apa kita harus melakukannya Winter?"
Winter diam sebentar lalu berdiri, "Jangan lakukan jika kau tidak ingin Oppa, aku tidak akan memaksamu lagi setelah melihat mu seperti ini"
Winter berjalan pergi meninggalkan sang kakak dengan wajah kecewa, entah ia kecewa pada kakaknya atau kecewa pada dirinya sendiri karena membawa masalah baru bagi kakaknya. Perihal dendam nya pada sang ayah harusnya tidak melibatkan perasaan kakaknya yang pada akhirnya akan menyakiti bukan hanya Karina tapi juga kakaknya.
Sementara di tempat lain, Karina menatap akta kelahirannya, Yoo Karina adalah nama yang tertulis disana lalu ada nama ayah dan ibunya. Karina bukan orang bodoh yang tidak menyadari semua hal yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana Winter dan Jeno memiliki marga Lee sedangkan ia Yoo padahal mereka berasal dari ayah yang sama.
Karina beberapa kali mencari tau tentang masa lalu sang ayah, keluarga nya, teman-temannya namun nihil, tidak ada yang bisa ia dapatkan. Jujur saja sejak lama ia mempertanyakan hal ini, kemana keluarga ayahnya, nenek dan kakeknya, atau bibi pamannya, apa ia tidak punya? Ayahnya selalu berkata kalau ia punya keluarga namun tinggal di tempat yang jauh, tak sekalipun Karina diajak bertemu dengan keluarga ayahnya.
Pertanyaan mulai berdatangan di kepala cantiknya, ia tidak sebodoh itu untuk menyadari bahwa mungkin ia bukanlah anak ayahnya. Dari cerita Jeno, ia tau bahwa ayahnya merelakan banyak hal untuk ibunya setelah tau ibunya terpuruk, seakan-akan ayahnya adalah pilihan terakhir ibunya. Jika saja mereka saling mencintai dan sudah bermain api sejak lama, harusnya ayahnya tau resiko akan memiliki nya tapi kenapa, dari cerita Jeno, seakan-akan ibunya datang membawa masalah yang pada akhirnya diselesaikan oleh ayahnya.
Karina selalu menolak semua pikiran dalam kepalanya, ia selalu menolak semua kemungkinan yang mungkin bisa terjadi atau kemungkinan besar terjadi.
Karina sebenarnya mulai ragu tentang dirinya sendiri, apa ia benar adalah anak ayahnya...
Tok tok tok
"Karina"
"Iya Appa? Buka saja"
Karina menatap ke arah pintu, ia tersenyum mendapati ayahnya yang juga tengah tersenyum padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Cold Boy
FanfictionKarina Yoo adalah definisi gadis ekstrovert yang tidak terkalahkan, ia adalah gadis periang, ceria, selalu berpikir positif. Tidak pernah ada kata galau dalam kamus hidupnya. Namun Karina sangat sering merajuk karena kekasihnya. Bersanding dengan ku...