09. Destiny

843 130 12
                                    




"Kau gila?!!"

Karina menunduk dengan wajah manyun, di depannya Jeno dengan wajah memerah marah menatapnya tajam karena aksi gilanya di jalan beberapa menit yang lalu.

Karina tidak berani menatap Jeno karena dia pasti dimarahi lagi jadi terpaksalah ia menunduk, sementara orang-orang yang berlalu lalang di depan kampus berbisik-bisik sambil menatap keduanya.

"Ya maaf"

"Kalau kau tertabrak bagaimana?! Dimana akal sehatmu?!"

"Tapi kan aku tidak tertabrak"

"Kau menyela ucapanku?!!"

"Iss tidak Nono, ya aku memang tidak tertabrak karena kau menyelamatkanku. Lihat? Kau akhirnya mau berhenti berjalan. Aku lelah kau abaikan terus tau"

Jeno memijit pelipisnya, tidak taukah gadis itu kalau jantungnya berdetak tak karuan saat melihatnya di tengah jalan, ia hampir saja tidak bernafas dan kakinya melemas. Untung saja ia sadar lalu dengan cepat menariknya dari sana tanpa lecet sedikitpun.

"Tapi Nono, kenapa kau berjalan? Kau tidak membawa mobil atau motor?" Tanya Karina bingung karena Jeno yang berjalan keluar kampus menuju ke jalan, bukannya ke parkiran.

Jeno menghela napas pelan lalu berjalan mendekati Karina, menarik tangan gadis itu agar mengikutinya berjalan ke arah halte bus. Emosi tidak akan menyelesaikan masalah antara nya dan Karina. Marahpun tidak akan mempan membuat gadis itu jera akan kegilaannya jadi Jeno memilih untuk mengontrol emosinya, selama Karina baik-baik saja, mengalah tidak akan jadi masalah.

"Kita mau kemana Nono?"

"Pulang" jawab Jeno pelan, ia melunak, lebih baik membawa Karina pulang dengan aman daripada harus melihatnya berbuat gila lagi.

"Jadi kau tidak membawa mobil?"

"Tidak"

"Terus, tadi kesini dengan siapa?"

"Haechan"

"Menumpang?"

"Ya"

"Untuk apa?"

"Menghajar si brengsek tadi"

"Memangnya dia kenapa?"

Jeno menghentikan langkahnya, berbalik lalu tiba-tiba memeluk sang kekasih.

"Tidak ada. Jangan banyak bertanya, ayo pulang" ujar Jeno kembali menggenggam tangan Karina.

Namun belum sampai melangkah Karina bersuara, "Maaf"

"Untuk?"

"Karena bersikap kasar pada adikmu"

Jeno menggelengkan kepalanya, ia memperbaiki rambut yang menutupi wajah sang kekasih, "Aku yang harusnya minta maaf, bukan kau yang kasar tapi adikku. Aku meminta maaf mewakilinya, aku akan mengomelinya lain kali"

Karina tersenyum, "Memangnya kau bisa mengomel Nono?"

"Bisa"

Karina tertawa kecil, "Oke kalau begitu omeli dia, dia kurang ajar sekali pada kakak iparnya, masa dia mengataiku manja sih, ck, tatapannya juga menyebalkan, sebentarnya tadi aku ingin menarik rambutnya tau, tapi karena dia adikmu jadi aku tidak berani nanti Nono marah. Tapi si kuker itu emmang kurang ajar, kau harus mengajarinya Nono, nanti kalau dia begitu terus tidak ada yang mau berteman dengannya tau. Terus, dia tadi......"

Jeno hanya tersenyum memperhatikan Karina yang mengomel meluapkan isi hatinya karena sikap Winter tadi. Mereka terus berjalan bergandengan tangan dengan Jeno yang tidak lepas menatap sang kekasih. Ia tidak keberatan sama sekali tentang perkataan Karina pada Winter yang memang seperti itu kenyataannya, ia tidak bisa merubah sikap Winter pada Karina namun ia bisa mendengarkan Karina menyuarakan sakit hatinya.

Crazy Girl vs Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang