Hari berlalu, dan semakin berlalunya hari, Jeno semakin ragu untuk melanjutkan semua rencana nya karena perasaannya pada Karina semakin besar seiring dengan bertambahnya waktu. Ia tidak seharusnya melakukan hal seperti ini, mengingat hubungannya dengan Karina yang bukan sekedar dua orang asing bertemu dan saling jatuh cinta.
Ia mengenal Karina, menargetkan gadis itu lebih dulu, menyusun semua jebakan yang pada akhirnya dirinya sendirpun ikut terjebak di dalamnya.
"Jeno"
Jeno menoleh ke arah sumber suara, "Apa kau sudah memikirkan semuanya? Kau dan Karina memiliki ikatan darah yang sama, jangan gila"
Jeno menatap Haechan dengan tatapan dingin, "Itu urusanku, bukan urusanmu"
"Dia saudarimu brengsek!!"
Jeno tertawa kecil sambil menyeringai, "Memangnya kenapa?"
Haechan menggelengkan kepalanya dengan wajah tak percaya, "Kau kira hanya Karina yang akan hancur? Kaupun akan ikut hancur nantinya, kau tidak akan mungkin bisa memiliki ikatan dengan saudari mu sendiri bodoh"
"Aku tidak peduli"
"Kau gila Lee Jeno, kau gila. Kaku dan Karina lahir di bulan yang sama, memiliki ayah yang sama, bagaimana mungkin kau tega menghancurkan saudarimu sendiri"
Jeno berdiri dari duduknya lalu menghampiri Haechan, ia menarik kerah baju Haechan, "Jangan urusi urusanku dengan Karina Lee Haechan, kau tidak tau apapun jadi diamlah" ujar Jeno penuh penekanan lalu mendorong tubuh Haechan dengan keras hingga tersungkur.
***
Brakkk
Jeno memukul cermin yang ada di kamarnya hingga tangannya terluka. Ia lalu berteriak frustasi, "Kenapa?!!! KENAPA!!! AHHH!!!"
Ia mengamuk sendiri, melempar semua barang yang ada di kamarnya untuk melampiaskan kekesalannya. Ia menyesal, menyesali semua hal yang sudah ia mulai, harusnya ia berhenti saat perasaannya belum tumbuh sebesar ini. Harusnya ia tidak menuruti keinginan sang adik untuk membalas perbuatan ayahnya. Harusnya Jeno mengerti posisi sang ayah, harusnya ia bisa sedikit menoleransi perbuatan ayahnya yang meninggalkan ibunya untuk wanita yang ia cintai. Harusnya Jeno paham perasaan itu, karena iapun mulai lemah karena cinta nya.
Tidak bukan Jeno yang harusnya mengerti, ayahnya lah yang memulai semua ini, harusnya ia tidak memaksakan diri hidup bersama wanita yang tidak ia cintai kalau pada akhirnya ia akan berkhianat. Mengkhianati ibunya, dirinya dan adiknya, semua salah ayahnya karena memiliki keluarga lain di belakang mereka. Atau semua salah takdir, harusnya ibunya tidak perlu tau tentang keluarga lain ayahnya agar semua berjalan seperti sebelumnya, agar ayahnya bisa terus bersandiwara tanpa ada drama perpisahan diantara keduanya. Atau haruskah Jeno menyalahkan ibu Karina karena dengan tega merebut suami milik wanita lain, bahkan kedua anak mereka lahir di bulan dan tahun yang sama. Sebenarnya, dosa sebesar apa yang sudah ia lakukan hingga tuhan memberinya kehidupan serumit ini.
"Nono?"
Jeno menoleh, ia terkejut saat melihat Karina menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamarnya. Jeno membuang muka lalu berujar dengan suara datar, "Apa yang kau lakukan disini?"
Bukannya menjawab Karina malah memasuki kamar Jeno lalu menutup mulutnya kaget, "Nono, kenapa kamrmu berantakan sekali? Kenapa mengamuk Nono? Astaga" ujar Karina menatap sekeliling.
"Aku bertanya, apa yang kau lakukan disini?" Ujar Jeno lagi
Karina menghadap ke arah sang kekasih lalu dengan cepat berjongkok di depan Jeno sambil mengambil tangan Jeno yang sudah mengeluarkan banyak darah akibat luka terkena pecahan kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl vs Cold Boy
FanfictionKarina Yoo adalah definisi gadis ekstrovert yang tidak terkalahkan, ia adalah gadis periang, ceria, selalu berpikir positif. Tidak pernah ada kata galau dalam kamus hidupnya. Namun Karina sangat sering merajuk karena kekasihnya. Bersanding dengan ku...