15. Our Home

995 139 7
                                    


Hari berlalu, setelah kejadian di kamarnya Karina menjadi lebih pendiam, ia tidak banyak berinteraksi dengan siapapun bahkan ayah dan ibunya berkali-kali mengajaknya berbicara, menjelaskan semua situasi namun Karina hanya diam bak mayat hidup.

Kesakitan dihatinya ternyata telah menghancurkan mentalnya. Ia menjalin hubungan dengan saudaranya sendiri, jatuh cinta begitu dalam, menyerahkan semua yang ia miliki pada sosok laki-laki yang berkata mencintainya namun semua hanya sandiwara. Dan pada akhirnya Giselle benar, ia jatuh cinta sendiri, sakit sendiri namun ia tidak tau apa ia bisa sembuh sendiri.

"Rin"

"Rasanya seperti di hantam batu besar Gi. Raga dan jiwaku hancur, aku tidak kuat Gi. Ibu yang selama ini ku kira wanita yang sangat hati baik ternyata memiliki sisi jahat dan semua karenaku. Ayah hanya bungkam, Ayah tidak pernah mencoba menenangkanku. Mereka menganggap bahwa aku akan terbiasa dengan kenyataan baru ini. Mereka berpikir bahwa aku akan menerima semua ini dengan mudah tapi kenyataannya, aku mulai lelah karena terus menyalahkan diriku sendiri"

Giselle memeluk Karina yang terus menatap kosong ke depan, "Aku ingin pergi dari rumah, tapi aku tidak tau tujuan ku Gi"

"Rin, jangan berpikir untuk lari dari masalah ini, hadapi, kau pasti bisa kau kuat. Kau tidak boleh kalah Karina"

Karina menggelengkan kepalanya, "Jeno benar, harusnya aku tidak hadir di dunia ini, semua bermula dariku, andai saja aku tidak lahir ke dunia mungkin Jeno dan adiknya akan terus bersama dengan Ayah"

Giselle menggelengkan kepalanya, "Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Apa kau pernah meminta untuk di lahirkan? Lalu apa kau memaksa ayah dan ibumu menghadirkanmu ke dunia? Apa kau tau bahwa mereka yang akan menjadi ayah dan ibumu? Jangan pernah menyalahkan dirimu, kalaupun ada yang perlu disalahkan maka itu adalah takdir. Keputusan ibumu untuk bertahan adalah bentuk kasih sayangnya untukmu, tidak mudah berada di posisi ibumu Karina. Dia memperjuangkanmu agar bisa lahir, maka kau tidak pantas menyalahkan kelahiranmu. Semua sudah terjadi, sekarang yang bisa kau lakukan adalah menata masa depan"

Karina menghela napas pelan, "Tapi ak----"

"Hei jamet premium!! Tidak usah melow melow drama sangat tidak cocok untukmu!!" Pekik seseorang yang ternyata sejak tadi berada di depan Karina dan Giselle. Ia kesal melihat perubahan temannya itu karena patah hati.

"Kau tidak akan mengerti Haechan-ah"

"Ya kau benar, aku tidak akan mengerti, yang lebih mengerti perasaanmu ya dirimu sendiri. Maka jangan buat pikiranmu menghancurkan dirimu sendiri. Buktikan bahwa semua ucapan Jeno itu salah, bangkit, jadilah Karina yang dulu, hadapi mereka, bila perlu balas semua perbuatan yang dilakukan Jeno padamu. Berhenti bersikap manja dan menye-menye. Bangkit bodoh" ujar Haechan lalu melempar Karina dengan bantal sofa hingga mengenai kepalanya.

Karina mengaduh namun ia tersenyum, "Yaya aku tidak akan manja dan menye-menye Haechan-ah, jadi...bisakah kau pergi saja!! Dasar kutu kuda nil!! Kepala ku sakit!! Awas saja kau ya!!!"

Melihat Karina yang mulai berteriak lagi membuat Haechan dan Giselle tersenyum, "Ya seperti itu jamet"

"Katakan sekali lagi, akan ku tarik bibir mu itu"

"Jamett!!!"

"Yakk!!!"

Karina berniat mengejar Haechan namun urung ia hanya tertawa bersama Giselle sementara Haechan sudah berlari keluar dari kamar Karina.

Ya, sejak Karina sakit, Giselle dan Haechan selalu datang untuk menjenguknya, kadang Ningning juga datang menghiburnya.

"Kau harus kembali menjadi seperti dulu Karina. Aku tidak suka melihat temanku murung dan sakit sepanjang hari"

Crazy Girl vs Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang