31. Kata Terbaik

16.4K 1.4K 90
                                    

Haii Semua
Jangan lupa klik 🌟 di pojok bawah, comment, share & follow ygy

Awas Typo !!

Awas Typo !!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

        PLAK

        Tubuh Aska mundur otomatis. Dia memandang Varel tak percaya "Aku-aku baru saja ditampar anak kecil?" Aska bergumam pelan sembari memegang sebelah keningnya.

       "Janan cium-cium. Lel bobo," pinta Varel kemudian mengubah posisinya dan membelakangi Aska lalu dengan cepat mulai terlelap kembali meninggalkan Aska yang masih menatap kosong punggung sempit Varel.

        Aska mendengus "Apa masih bisa kau kusebut malaikat?" tanya Aska sambil cemberut "Aku di pukuulll," lanjutnya lesu sambil menenggelamkan wajahnya ke atas bantal.

🧸🧸🧸

Bagian 31


        Hari yang tenang tanpa ada keposesifan, keributan, acara marah-marah, teriakan kesal, adu mulut, bersitegang, aura gelap dan yang paling penting adalah tidak ada komentar pedas yang terdengar saat ada yang meminta untuk bermain bersama Varel.

        Kali ini, mereka bisa leluasa menggendongnya, mengajaknya kemana saja, bermain bersama, bergurau dan mengajarkan apa pun yang mereka ingin ajarkan. Seperti saat ini, Aska, Vian, Varo, Arvind, dan tentunya Varel sedang merayap di atas karpet ruang keluarga yang terasa nyaman. Sesekali terdengar suara melengking protes dari salah satu di antara mereka.

       "Bang Apin lempalll," Varel berujar semangat dengan menatap Arvind yang juga memperhatikannya sejak tadi.

        Arvind tidak peduli tentang permainan yang sedang mereka mainkan. Menurutnya, Varel lebih menarik dari apapun. Melihat anak itu tertawa hingga gigi kecilnya terlihat, mata mambulat antusias yang terlihat bercahaya, suara indah mengalun bagai semfoni yang menghanyutkan juga wajah berseri-seri menatap padanya. Sungguh, nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan.

        TAK

        Lamunan Arvind buyar sesaat setelah kepalanya dijitak, terasa sakit dan berdenyut-denyut nyeri hingga rasanya dia ingin tidur saja bersama Varel. Arvind mengadu tertahan sembari memegang kening sexynya, alis rapinya menukik tajam.

       "Abang!!" Arvind memberikan tatapan menghunus pada Aska yang hanya nyengir lebar sambil menjulurkan lidah ke arahnya.

       "Makanya jangan kelamaan natap dia," Aska menarik Varel lebih dekat. Dia bangkit dari acara merayap, mulai duduk bersila dengan Varel dipangkuannya.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang