Affect | 12

25 3 0
                                    

⚠️EXPLICIT SEX CONTENT ONLY⚠️

Rasa sakit menjalar di bawah sana, aku mengerang kesakitan sambil memeluk perut walaupun tahu bukan di situ lokasinya. Badanku masih telanjang dan menggigil karena hembusan AC begitu kuat.

"Harold?"

Aku memanggilnya dengan sangat serak, tangan kanan meraba kasur dan mendapatinya tidak ada di ranjangku. Aku tidak tahu harus berbuat apa selain mengabaikan rasa sakit begitu luar biasa ini untuk bangun dan bergerak turun. Dia masih di sini, tepatnya dapur yang menyambung dengan ruang menonton dan tempat tidur, sibuk mengaduk panci di atas bara api dari kompor.

Wajahku memanas bayangan Harold terbesit dalam benak. Semua sentuhan dan perlakuannya membuatku mabuk kepayang, masih segar di ingatan bagaimana aku membanjiri lantai karenanya. Lalu aku akui bahwa dia begitu perkasa, caranya menggedor pertahanan tubuh membutuhkan energi begitu besar dan dia mengulang sampai lima kali sebelum dia tertidur pulas di dekapanku. Entah kapan dia terbangun dan membereskan kekacauan, semua sudah tertata rapi. Lantai bekas persetubuhan kami bahkan sudah bersih dan wangi.

"Hai, Sayang!"

Harold menyapaku selagi memindahkan panci ke meja dekat wastafel. Dia melambai tangan dan melepas sarung tangan kain untuk dapat menangkup wajahku. Tangan nakalnya merenggut paksa selimut dariku dan memandang penuh takjub seakan belum pernah melakukannya.

"Kamu benar-benar membuatku ketagihan, Jalang!" pujinya dengan merendahkan harga diriku, tapi wajahku tetap merona. Jemarinya menari di pipi, mengusap sangat pelan membuat gairahku kembali tersulut. "Puaskan aku, Jalang!"

Dia mematikan kompor dan mengangkat badanku ke kubinet, pinggulnya menjepitku dengan dua lengannya menggendong  lutut agar tidak jatuh. Tangannya meraih pusat punggung dan mengusap sangat perlahan membuatku mendesah, badan lemahku kembali terserang gelayar dari segala tempat.

"Masih sempit saja! Heran!" umpatnya sangat galak. Nyaliku ciut, tapi membakar gairah yang sudah menyala kecil. Aku tak peduli omongan menyakitkannya, tapi dia tetap berceloteh seakan dia paling berkuasa. "Aku yakin pacar membosankanmu itu tidak pernah melakukan ini."

Pahaku spontan menjepit jemari nakalnya, tapi dia bersikukuh memainkan tangannya di pangkalan dengan lima jari menggerayang sembarang arah untuk mencari celah untuk masuk. Aku tidak bisa mengontrol sorot mataku padanya, penuh keinginan untuk dipuaskan dan begitu menikmati setiap sentuhannya.

Namun Harold terus meningkatkan hasratku, menelusuri ujung jarinya di sepanjang lekuk tubuhmu, menyalakan api di dalam diri. Saat tangannya menyentuh bagian paling intimmu, aku bisa merasakan panas yang terpancar begitu dahsyat. Perlahan  jemarinya menyusup di antara paha, membawakan setiap sentuhan yang begitu menggoda, napasku tersengal-sengal keras dan dia hanya fokus pada wajahku dan permainannya.

"Ah, jangan!"

Aku memekik histeris merasakan dua jemarinya berhasil menembus lorong terlarang untuk menggoda, memutar dan mendorongnya lebih dalam. Seringainya sangat lebar melihatku terlena dalam sentuhannya. Dia mencabut cepat dan menarik pahaku lalu menyelipkan satu jari ke dalam dengan menekan jari utama lebih dalam. Sensasinya membuatku terkesiap, tubuhku tak bisa diantisipasi untuk tidak melengkung ke arahnya, menginginkan sentuhan lebih.

"Kamu menyukainya, bukan?" Harold berbisik, jari-jarinya bergerak masuk dan keluar dari tubuhku dengan kecepatan tinggi membuatku menjerit sekeras-kerasnya sambil meremas rambut ikal lebatnya. Jarinya sudah membuat pahaku meneteskan cairan yang mengalir di dua kakiku dan mencapai di telapak kaki. "Kamu sangat basah dan siap untukku."

Aku mengerang dan mengangguk, tidak mampu membentuk kata-kata yang masuk akal saat kesenangan muncul di dalam diriku. Jari-jarinya menyentuh titik yang tepat, membuatku merasakan hal-hal yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

LOVEHATE AFFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang