Affect | 15

15 2 0
                                    

⚠️EXPLICIT SEX CONTENT ONLY⚠️

Niall serius soal berpesta ria, dia memborong semua ayam dan bir dan menyantapnya bersama. Sebagian disisihkan dan diserahkan ke petugas kebersihan yang bertugas di kamar inapku. Semua orang di ruangan ini kekenyangan dan tepar, tidurnya sangat pulas kecuali aku. Aku masih belum boleh makan apalagi mabuk-mabukan karena aku baru tersadar  selama setengah hari dan perutku belum menunjukkan perkembangannya.

Derit pintu membuatku terjaga dengan sangat siaga sambil berjuang keras memiringkan badan. Harold melangkah dengan sangat yakin dan berhenti di dekatku, dia hanya mengenakan tanktop dan celana pendek tanpa dalaman membuatku resah. Lirikan nakalku bergerak naik ke wajah mesum dan turun ke perut bawahnya dan mendapati sesuatu yang paling kubenci tampak sesak.

"Gimana? Lihatlah caraku membuat mereka tidak berdaya di kakiku!" Harold mengatakan sambil mengangkat dagu tinggi. Seringainya sangat lebar membuatku sangat kesal dan makin membencinya. "Semua orang di ruangan ini begitu naif, ya! Aku tidak perlu susah payah untuk memastikan keadaan di pihakku, Sayang... Oh! Maksudku Jalang!"

Aku menggeram sebal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena badanku sangat kaku. Terapiku saja baru dijadwalkan besok dan dia sudah datang dengan niat jahatnya. Dia merangkak naik dan menindihku, tangan nakalnya menyelinap dalam baju pasien dan mengusap area perut sangat lembut, menghadirkan gelayar panas yang tidak bisa kuhindari. Kugigit bibir sekuat tenaga, menahan desahan walau masih bocor.

"Aku tahu kamu menginginkanku, Jalang!"

Harold kembali merendahkanku dengan senyum bangganya. Tangan lainnya sudah membelai lipatan dalam di saat tangan aktif menarik kasar dan memilin ujung dada secara bergantian. Sentuhannya membuat tubuhku aktif menggeliat, berusaha menghindar dari sentuhan walaupun mustahil.

"Kubuat kamu memohon sangat." Harold membisikkan lalu menarik sepasang tangannya dari badanku. Dia bergerak pelan ke bagian atas tubuhku membuatku sangat takut, wajahnya terlalu dekat membuatku menahan napas dengan debaran amat dahsyat. Hembusan napasnya membuatku kembali menggeliat kecil dengan napas terengah-engah akibat gairah yang tidak terkontrol. "Keluarkan suaramu, Jalang! Biarkan aku mendengar betapa hebatnya percintaan kita."

"Tidak... Tidak!" Aku memohon sangat memelas dan menjerit kesakitan, dua tanganku dicengkeram kuat sehingga dia bebas mengecap leher. Teriakan melengking tinggi, aku tidak bisa menahan apapun selain segala bentuk protes. Seluruh otot tubuhku berkontraksi bersama dengan hadirnya gelombang besar gairah yang terus berlanjut hingga menuju klimaks. Badanku beberapa kali terhentak-hentak dan mengejang, hisapan semakin kuat membuat tubuhku menikmatinya. "Kumohon jangan, Harold!"

Harold tidak mempedulikan ocehanku sama sekali, akal sehat buram dan hatinya sudah terbutakan oleh napsu. Dia lancang menanggalkan celana dan mencabut semua selang di dua lubang membuatku menjerit kesakitan. Dia menurunkan celana dan memposisikan, badannya bergerak turun perlahan. Dia mendorong pinggul dengan memancarkan pesonanya yang sulit ditolak. Sepasang manik hijau mengikat dua mataku, terlalu indah dan membius total tubuhku hingga tidak terlalu merasa kesakitan ketika miliknya sepenuhnya terbenam dalam tubuh separuh telanjangku.

"Katakan siapa yang paling hebat dari semuanya! Aku, pacarmu paling membosankan itu, atau si paling pahlawan itu?!"

Gerakannya melamban membuatku merasa sangat tidak baik. Dia mendadak mempercepat dan menghentikan tepat sebelum sampai puncaknya. Seringainya sangat besar melihatku sangat menderita dalam permainan intimnya.

LOVEHATE AFFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang