4

601 34 4
                                    

"Zaaaa bosen banget gue zaaa.. udah hampir 2 minggu kita proker terus di sini, nggak ada hilingnya apa!"

Senah berguling dengan memeluk bantal yang ia bawa sendiri dari rumah.

"Iya tuh Ri, kapan kita jalan-jalan kayak KKN yang lain"

Ghina ikutan merayu.

"Gue udah iri banget loh tiap liat instastory mereka bisa jalan-jalan kemana-mana."

Riza berdehem, "Mau hiling? Jalan kaki mau?"

"Ihh kok gitu sih!" Lisa menghentakan kaki.

Riza terkekeh,

Kalau ada mau nya saja mereka merengek dengan suara lembut. Kalau tidak terpenuhi sesuai keinginan, lihat perbedaannya.

Wanita memang begitu.

"Mobil ambulance gue liat di depan tadi ada."

"Tapi siapa di antara kita yang bisa nyetir?"

Semua menggeleng.

Kafina menghembuskan nafas panjang. Rencana jalan-jalan memang sudah ada di kepala sejak mereka pertama kali sampai di lokasi KKN.

Geografi daerah pegunungan, terdapat banyak tempat wisata yang tersembunyi dan terjaga apik. Tidak terlalu banyak pengunjung karena tidak banyak yang tahu.

Mengenai transportasi, kelompok KKN memang diberikan izin menggunakan fasilitas desa yakni sebuah mobil ambulance setempat. Ibu Kades sendiri yang mengizinkan. Memang dari dulu jika ada banyak orang beramai-ramai di dalam ambulance yang melaju kencang.

Boleh jadi itu para mahasiswa KKN yang ada di dalamnya. Sudah biasa kalau di sana katanya.

"Gue bisa, tapi mobil yang matik. Sedangkan ambulance yang ada itu manual." Ujar Ghina.

"Yang bawa motor sendiri kan cuma Riza, mana bisa ngeborong satu posko"

Riza menoleh, "Bisa kok,"

Ghina mendelik tajam, "Bisa dari mana? Masukin di jok."

Tawa Riza mengudara. Cowok itu menganggukan kepala.

"Kalau gitu gue nanti pesan tempat di ban motor lo." Senah tersenyum.

Jafri melirik, geli sekali melihat ekspresi wajah temannya itu.

"Jaf, lo diem terus dari tadi"

"Emang gue harus ngapain?"

Jafri beranjak dari tempat duduknya. Malas sekali sekarang semua perhatian tertuju kepadanya.

"Mau kemana Jaf?" Izza melihat Jafri meninggalkan mereka.

"Kita lagi diskusi loh."

"Lo semua aja yang putusin, gue acc terus,"

Maya mengatup bibir rapat begitu mendengar jawaban Jafri. Tidak ada yang bisa menghentikan langkah pemuda itu menuju ke arah kamar.

--

Cukup lama mereka berdiskusi. Hingga rencana ngabuburit itu akan terlaksana juga pada sore harinya. Terlihat dari aksi jingkrak-jingkrak para betina kegirangan. Rumah kayu ini terasa seperti dilanda gempa dengan aksi ribut mereka.

Jafri tidak mendengar sampai habis jalan ceritanya. Ia tertidur pulas di kamar. Sebelum Rama membangunkannya.

"Kenapa?" Tanya Jafri, masih ada sisa-sisa kantuk di wajahnya.

Rama menatap selimut yang menutupi tubuh Jafri. Selimut itu berwarna ungu dan cukup tebal.

"Lo sakit?"

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang