37

381 29 0
                                    

Matahari pagi yang semakin meninggi sebab menuju waktu siang telah membuat harapan teman-temannya yang berencana mengunjungi sebuah air terjun di desa kambiyain gagal. Dengan penantian Riswan, Icung dan Iziq yang menjadi sia-sia. Di atas motor mereka telah menunggu anggota KKN yang telah menjadi kerabat dekat mereka sebagai sekawan. Ada kurang lebih setengah jam mereka bertahan di posisi itu, sebab keberangkatan tertunda begitu saja.

Salahkan mendadak ada kegiatan yang membuat sebagian besar waktu tersita. Menuntaskan segenap laporan KKN yang mereka susun. Riswan dan teman-temannya tak dapat berkutik. Sebab mereka pun paham. Tugas tetaplah kewajiban yang tak bisa dihindari. Takutnya file laporan KKN itu akan ditagih dosen pembimbing mereka hari itu juga.

"Kalau jam segini kayaknya gue nyerah aja, deh."

Riswan turun dari motornya yang terparkir di samping teras posko. Lalu duduk di teras dengan wajah pasrah.

"Ihh, wan, tunggu bentar lagi. Harus jadi ke air terjunnya. Gue udah penasaran banget."

Riswan menggeleng pelan dengan senyum tipis, "Kita ke air terjun Ajung aja, Ghin."

"Gak mau! Kemarin kami udah pernah ke situ loh wan." Freya langsung meraung keras dari dalam posko.

"Ya, mau gimana ya, Cunk? Gak akan ada waktu kalau kita berangkat sekarang bisa remuk sebadan. Gue gak mau banyak ribet, satu kata aja. Gue angkat tangan kalau kita tetep ke kambiyain."

Ghina dan para betina makin cemberut. Gagal sudah impiannya terwujud. Merasakan air terjun yang katanya lebih indah dari air terjun batu Ajung yang pernah mereka datangi.

"Jadi kemana nih? Orang Anjir udah dandan maksimal. Masa gak jadi ke air terjunnya. Tega banget," lirih Maya.

Gadis dengan tinggi seperti tiang listrik itu menunduk lesu. Kemarin ia sudah tidak ikut dalam pendakian gunung Titi. Sekarang pun, sudah terancam gagal.

Riswan memandang Adan di sampingnya, "Yang setuju sama gue, akur. Kita gak punya waktu buat ke kambiyain kalau udah jam segini. Harusnya dari tadi pagi."

Icunk dan Iziq tanpa kata mengiyakan ucapan Riswan. Desa Kambiyain, perjalanan ke sana tidak semudah perjalanan ke air terjun batu Ajung. Perlu effort lebih untuk mencapainya. Waktu dan juga tenaga. Dan masalahnya mereka kehabisan waktu.

Iya. Harusnya langsung berangkat sesuai perjanjian tadi malam. Dari pagi jam 07.00 WITA ketika Riswan dan teman-temannya sudah menjemput mereka di depan posko. Namun, terpaksa tertunda karena beberapa hal genting.

"Ini waktu terakhir lho wan, nanti mungkin gak ada waktu lagi."

Riswan menelan ludah. Lalu menggelengkan kepalanya.

"Berarti nanti di lain waktu dan kesempatan."

"Kami bentar lagi mau pulang, wan. Kapan lagi coba?"

Kini giliran Senah yang kembali merengek dengan menghentakkan kakinya. Sungguh badmood.

"Yaudah kalau gitu nanti balik lagi ke sini. Gue janji bawa lo semua ke sana rame-rame."

"Belum tentu bisa balik!!"

Riswan tertawa. Freya dan Diyah wajahnya lawak banget.

Riswan tak mau ambil resiko jika terus memaksakan kehendak. Hari yang semakin siang tidaklah bagus untuk memulai perjalanan jauh ke Kambiyain.

"Gak ikut ke Ajung nih?"

"Enggak. Lo pada aja ke sana."

"Kenapa?"

Jafri menjentikkan jari di teras posko. Kakinya menjuntai ke bawah dengan santai. Sebab rumah posko KKN ini adalah rumah panggung.

"Bokap gue lagi di jalan."

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang