27

445 31 2
                                    

Hari esok berlalu dengan kegabutan seperti biasanya. Semenjak Izza dan Freya kemarin malam berangkat meninggalkan lokasi KKN kembali ke kota. Mereka melakukan hal yang sama seperti abah riza sebelumnya. Tapi bedanya, Freya dan Izza kembali dengan tujuan akan melaksanakan ujian komprehensif demi kelengkapan sidang skripsi mereka nantinya.

Sertifikat yang didapat dari ujian 3 babak itu sangat berguna menunjang kelengkapan berkas persyaratan daftar sidang akhir. Dari pihak kaprodi Izza dan Freya sudah ada himbauan untuk mengikuti dan tidak bisa ditunda atau diwakilkan. (Ketua prodi/ketua jurusan)

Ketiadaan mereka tidak menjadikan posko hening seketika. Hanya berkurang dua personil. Mereka masih bisa membuat keributan kecil di posko. Keributan hanya berkurang sedikit. Dan Jafri hanya pasrah dengan kenyataan satu itu.

Kini Jafri sedang duduk di teras. Ada Rama di sebelahnya. Sejak tadi siang Riza sudah menggadang ingin pergi ke bengkel. Baru bisa terlaksana ketika sore harinya. Lantaran padat jadwal kepanitiaan yang semakin sering rapat evaluasi segala macam.

"Ganti oli buat apa?"

"Lah, emang lo gak tau? Oli itu penting banget buat mesin. Ibaratnya setara dengan darah yang ada dalam tubuh manusia. Kalau oli kagak ada, mesin bakal hancur. Rusak dah, tuh motor."

Jafri yang tak merespon membuat Rama mendecak. Ucapannya tak dihiraukan.
Anak itu terlampau sibuk dengan pikirannya.

"Udah sebulan gue belum servis oli. Gue takutnya motornya mogok nanti. Kan, motor ini penting banget buat kita."

Iya juga sih. Jafri mengangguk. Kalau tanpa motor nmaxnya si Riza. Mereka mungkin akan lebih sulit kemana-mana untuk keperluan kecil sekalipun. Gak enakan mereka kalo minjem motor dinas terus sama Hagi.

"Jadi ngikut gak nih?"

"Hh?"

Jafri tersadar. Menoleh kebingungan pada Riza yang bersiap memasang sepatunya.

"Udah Riz, lo berangkat nya sama gue aja."

Riza kaget, Rama langsung menarik bahunya menuju motor.

"Gak jadi ikut Jaf?" Tanya Riza sekali lagi. Memastikan.

Jafri kini menggeleng.

"Lo aja deh, Ri. Ada tugas negara yang belum dikerjain."

Sudah dijawab begitu ya Riza tak lagi memperpanjang. Tadi aja Jafri yang paling semangat mau ikut dia ke bengkel yang ada di desa tetangga. Sekarang malah berubah haluan hanya dalam hitungan menit.

Jafri bangkit. Hendak beranjak dari teras.

"Gue ke dalam. Lo berdua hati-hati. Jangan pulang kemaleman."

Tumben. Baik banget sahutnya. Jafri mode kalem keliatan lebih enak.

--

Sejak kepergian Riza dan Rama. Selama itu pula Jafri hanya berbaring di kamar. Tugas yang menjadi alasannya hanyalah bualan. Cowok itu mendadak malas beranjak ke mana pun. Hingga waktu malam tiba. Riza dan Rama sudah kembali dan kini sedang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

Hari ini ada mungkin sudah tiga kali Jafri mendadak jadi panitia penerimaan pendaftaran peserta lomba voly. Dengan 3 kali rombongan pemuda yang menyambangi posko mereka untuk mendaftar ke acara puncak kolaborasi KKN nanti. Itu melelahkan.

"Kaki lo biru lagi."

Jafri menarik kakinya dengan cepat. Lalu membuka lipatan selimut miliknya. Mencoba acuh tak acuh ketika Rama mendapati sesuatu yang menarik.

Lagian baru sebentar kaki Jafri menempel dengan dinding kayu di sampingnya. Masa kaki itu langsung membiru begitu saja. Aneh sekali. Jafri heran dan jengkel sekaligus.

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang