31

383 29 6
                                    

Cowok itu berjalan pelan setelah kembali dari kamar mandi. Di dapur dia menatap ke arah luar, ruang tamu. Sekiranya ada makhluk lain bernama wanita yang tertangkap basah oleh pandangannya yang mengedar.

"Sendal di kamar mandi, yang warna ijo, satunya kemana? Kok cuma sebelah."

Gerutuan itu terdengar pelan. Hingga Rama yang ada di dalam kamar lantas keluar mendekati barang yang dimaksud. Sendal yang biasa ada di kamar mandi adalah sendal yang boleh dipakai siapa saja. Memang tidak ada yang memiliki, itupun Jafri yang menemukan di teras posko. Sepertinya bekas mahasiswa KKN sebelumnya, yang barangnya itu tertinggal, atau memang sengaja ditinggal karena kelebihan barang muatan di bus mini sewaan khusus dari kampus.

Mereka dulu datang, dan sempat melihat KKN sebelumnya berkemas memasukan barang pribadi ke dalam bus. Memang barang-barang itu menggunung sebab jumlah mereka juga berdua belas orang. Keistimewaan KKN di tempat ini. Pasti selalu menggabungkan dua kelompok menjadi satu.

"Lah, iya. Kemana, ya?" Rama tertawa melihat penampakan sendal jepit berwarna hijau itu. Mana yang naro sengaja banget lagi. Di tengah jalan menuju kamar mandi.

"Orang Anjir, nih. Imay! Lo harus tanggung jawab. Ganti rugi sendal posko yang ilang gara-gara lu."

Freya berteriak lantang dari arah ruang tamu. Para betina berkumpul di sana.

Maya memberengut, "Iya, maapin deh. Nanti gue ganti, Ri. Janji."

Ungkapan penyesalan itu terdengar lirih. Riza mengembangkan senyumnya. Hanya bisa menggeleng menyimak. Rama makin tertawa dia saksi utama kejadian itu kemarin. Waktu Jafri dan kelompoknya gak ada di rumah.

"Makanya lo si keasikan ng-vlog! Sampai sendal posko hanyut aja lo gak sadar."

Maya makin cemberut ketika Senah menegur. Rupanya semua ini karena para ciwi-ciwi kelompok satu yang sore kemarin sempat bermain di sungai. Dan sendal itu hanyut sebelah ketika Maya tak sengaja meletakkannya di pinggir sungai. Tidak mungkin ditemukan lagi.

"Sendal lo sendiri aja lo sikat mulu, May. Lo sayang-sayang, giliran sendal posko lo telantarkan."

Riza menghampiri mereka yang ada di ruang tamu. Semua tidak menyangkal. Sudah sering melihat cewek itu ketika setelah memakai sendal kesayangannya pasti langsung dicuci.

Lisa mendengkus, ada-ada saja perkaranya.
"Ingat ya, May. Hutang noh. Jangan lupa."

Ngomong-ngomong prihal sendal. Jafri pernah kesal banget waktu dia mau jalan keluar. Eh, di teras dia gak nemu sendalnya sendiri. Rupanya Om yang ngambil tapi gak bilang-bilang.

Karena sudah sering kejadian seperti itu. Jafri dan Izza menyembunyikan sendal mereka dalam sebuah ember bekas cat yang ada di sudut teras.

"Sendal gue mana?"

"Di luar emang gak ada?"

"Gak ada. Gimana gue mau ke rumah Bu Kades kaya gini."

"Coba cari lagi."

"Gak ada, Ri! Nih orang yang pinjem tapi gak izin dulu, gue doain kakinya asam urat."

Riza terkekeh. "Gak boleh gitu, Jaf."

"Ya abisnya, gak ngomong apa-apa sama yang punya. Seenaknya aja main comot sendal gue. Gak ridho."

"Izza sama si Om tadi ke rumah Bu Kades duluan ya," Riza menggumam.

"Jaf, sendal lo dipakai si om nih." Diyah berteriak dari luar.

Rama dan Izza sepertinya baru kembali.

"Udah gue tebak mah, siapa lagi." sahut Jafri dengan jengkel kembali berjalan keluar kamar menuju teras.

Mau tidak mau Riza mengikuti. Takutnya Jafri ngamok.

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang