54

388 26 0
                                    

Begitu membuka mata. Jafri menemukan Zoya yang tidur di sampingnya. Nampak pulas. Pipi bulat seperti gumpalan permen kapas milik keponakannya itu seperti hendak jatuh lantaran posisi tidur Zoy yang menyamping menghadap ke arahnya.

Jafri tersenyum. Tangan kanannya tergerak meraih helaian rambut sang keponakan. Tak tau mengapa setelah pulang KKN Jafri merasa semakin menyayangi anak kecil. Padahal dulu saja dia terkenal selalu menjadi musuh bebuyutan dari anak Mas Afan dan Mbak Vira itu.

"Udah bangun?"

"Belum masih mimpi."

Afan mendengkus. Lalu mendekati putrinya.

"Mau ngapain?"

"Pindahin ke kamarnya. Kasur lo sempit. Anak gue tidurnya gak bisa diem."

"Gak usah lah, biarin di sini."

Afan yang hendak mengangkat tubuh kecil Zoya mengurungkan niat. Jafri terlihat memandangi wajah damai putrinya.

"Kenapa?"

"Kalau lagi gini gue jadi inget dulu waktu mau berangkat KKN. Anak lo nih ikutan begadang nungguin gue berangkat jam tiga subuh."

Jafri tak lupa hari itu. Saat kampus memberitahukan mengenai waktu keberangkatan mahasiswa KKN ke lokasi. Mereka diminta berkumpul di kampus sebelum pukul 3.

Saat Jafri tak bisa tidur menanti waktu malam itu. Ada Zoya yang matanya terus menatap wajah Jafri yang lagi rebahan mager main hp di sofa. Jafri tau keponakannya itu menahan kantuk demi melihatnya berangkat.
Hani bilang Zoya takut jika tak sempat melihat Jafri sebelum pergi meninggalkan rumah. Makanya sampai ikutan begadang.

Dulu Jafri hanya menganggap Zoya memanfaatkan keadaannya untuk tidak tidur. Namun, sekarang dipikir-pikir tingkah keponakannya itu bisa terlihat manis juga.

"Terus matanya gue liat merah. Udah sipit makin sipit gitu, lucu dah. Padahal udah disuruh rebahan di kamar gue. Tapi tetep dia gak mau tidur."

Jafri terkekeh. Afan turut memandang wajah anaknya.

--

"Kenapa sih mukanya sepet gitu?"

Jafri menatap Hani yang sejak tadi memperhatikannya tak bisa tenang melihat layar ponsel. Tak berniat menggubris pertanyaan sang Bunda.

Grup kkn sudah dibentuk. Teman-teman barunya satu persatu terlihat memasuki link grup KKN yang telah disebar.

Sial bagi Jafri yang telat membaca pembicaraan mereka di grup khusus kelompok. Satu-satunya tugas yang tersisa setelah pembagian posisi ialah sekretaris.

"Udah isi semua ya."

Jafri melihat list yang dibentuk oleh Ghina di paling atas chat grup.

"Gue gak ada pengalaman jadi sekretaris. Tapi karna itu yang tersisa. Jadi gue mau."

Jafri mendecak. Bakal runyam urusannya kalau dia salah mengambil keputusan. Tugas sekretaris berarti tugas berat yang tak bisa bersantai atau berleha-leha dalam KKN nanti.

Tak lama setelah Jafri mengirim tanggapan itu. Riza orang yang pertama kali membaca dan membalasnya.

"Kita sama-sama belajar Jaf. Nanti gue arahin."

Sedikit tenang membaca pesan ketua kelompok. Jafri menaruh buku jurnal catatannya. Kemudian menghampiri Hani di dapur.

--

"Aku disuruh bawa perlengkapan makan, Bun."

"Nanti Bunda siapin. Disuruh bawa apa aja?"

Jafri mengecek ponselnya. Catatan yang dikirim Senah sangatlah panjang dan lengkap. Mereka memang berusaha meminimalisir kekurangan selama berada di lokasi KKN. Jadi semua barang harus lengkap dan siap dipakai bersama.

RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang