Pagi ini Gus Hannan sedang bersiap untuk kembali ke pesantren. Karena Anna masih harus tetap melanjutkan pendidikan nya. Terlebih dia juga ingin memberikan kejutan kepada Anna. Namun Gus Hannan baru akan menunjukkan nya ketika sudah sampai di lokasi.
"Gus, ayo sarapan dulu di bawah. Bareng sama Ayah dan Bunda," ajak Anna kepada suaminya.
"Iya tunggu dulu, ya. Sini kamu bantuin aku dulu biar cepat," pinta Gus Hannan sambil memasukan pakaian nya ke dalam tas.
Kemudian Anna berjalan menghampiri Gus Hannan dan membantu nya memasukan pakaian. Sebenarnya dia ingin menyiapkan semuanya, tapi nunggu agak siangan. Karena tubuhnya masih malas untuk di gerakan sebelum sarapan.
"Kenapa gak siangan aja, Gus? Toh nanti juga aku rapihkan semua," tanya Anna.
"Orang yang sukses itu tidak suka menunda pekerjaan," ucap Gus Hannan sambil tersenyum menatap Anna.
Setelah selesai berkemas, keduanya turun bersama sambil berjalan menghampiri Ayah dan Bunda yang sudah menunggu di meja makan.
Lalu Gus Hannan mengucapkan salam kepada mereka dan duduk bergabung untuk sarapan bersama.
"Maafkan aku, ya. Sudah bikin Ayah sama Bunda jadi nunggu," ucap Gus Hannan merasa bersalah.
"Iya tidak apa-apa, Gus. Yasudah kita makan dulu, nanti bisa dilanjutkan bicara nya." Ayah mempersilahkan Gus Hannan untuk memimpin doa.
Walaupun sempat menolak karena tidak enak, tapi Gus Hannan tetap memimpin mereka untuk membaca doa sebelum makan.
Selesai sarapan bersama, Gus Hannan diajak Ayah untuk ke teras rumah sambil menikmati udara pagi.
Di luar rumah banyak orang komplek yang sedang joging. Tidak jarang juga mereka menyapa Ustad Baharuddin dan Gus Hannan.
Setelah itu Ayah mulai berbicara dengan Gus Hannan dan membahas soal rumah tangga nya. Mungkin ini menjadi pertama kalinya dia bisa bicara berdua dengan mertuanya.
"Ayah percaya sama kamu, Gus. Pasti kamu mampu membimbing putri kecil Ayah dengan baik," ucap Ayah sambil tersenyum ke Gus Hannan.
"Bagaimana kalau aku gagal?" tanya Gus Hannan sambil menatap Ayah.
"Tidak akan! Ayah cuma bisa kasih kamu saran, sabar dan ikhlas. Itu kunci dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Kalau kamu bisa pegang itu di dalam diri, InsyaAllah semua akan baik-baik aja."
Ketika sedang asik berbicara dengan Ayah, tiba-tiba saja istri nya datang membawa kopi untuk dia.
"Ini kamu bikin buat aku?" tanya Gus Hannan masih tidak percaya dengan perlakuan istri nya.
Lalu Anna menganggukkan kepalanya sambil tersenyum malu.
"Loh, buat Ayah mana?" tanya Ayah sedikit sedih karena tidak di buatkan kopi. Namun tidak lama kemudian, Bunda datang sambil membawakan kopi untuk Ayah.
"Ini buat kamu." Bunda memberikan kopi hitam nya kepada Ayah sambil tersenyum manis.
"MasyaAllah, istri sholehah nya aku." Ayah tersenyum senang dan memberikan kode agar Bunda mendekat. Tanpa di duga, Ayah memberikan ciuman singkat di depan Anna dan Gus Hannan.
Gus Hannan benar-benar sangat terkejut dengan perlakuan Ayah kepada Bunda. Begitupun Anna, tidak menyangka Ayah mengumbar kemesraan nya di depan Gus Hannan.
"Maaf ya, Gus. Bukan Ayah tidak sopan, tapi ini hanya sekedar ilmu praktek yang ingin kami ajarkan kepada kalian berdua. Bahwa hal kecil seperti ini bisa membuat hubungan menjadi lebih erat," jelas Ayah sambil tersenyum.
"Tapi tetap aja itu tidak baik, Ayah!" omel Anna.
Gus Hannan jadi ikut merasa tidak enak ketika melihat Anna memarahi Ayah nya sendiri. Walaupun yang di ajarkan nya itu benar, tapi mungkin jadi terlihat tidak baik ketika di lakukan di luar rumah.
"Yasudah, Ayah kan sudah minta maaf sayang. Lebih baik kamu ikut duduk, jangan emosi dulu. Dengerin Ayah mau ngomong," ucap Ayah.
"Ayah tau kamu pasti masih belum sepenuhnya suka sama Gus Hannan. Makanya nanti kalau kamu sudah tinggal bersama, penuhi kewajiban sebagai istri. Begitu juga kamu, Gus. Berikan tanggung jawab kamu sebagai seorang suami. Jangan malu untuk memulai lebih dulu dalam melakukan hal romantis," jelas Ayah memberikan nasihat kepada Anna dan Gus Hannan.
Ucapan Ayah membuat Anna sadar, kalau dirinya telah membatasi suaminya sendiri untuk melakukan itu.
Sambil menatap Gus Hannan, dia merasa bersalah karena sudah meminta hal yang aneh kepada suaminya sendiri.
Setelah itu Gus Hannan bersama istrinya ijin kepada Ayah dan Bunda untuk masuk ke dalam.
"Mau berangkat sekarang atau nanti?" tanya Gus Hannan sambil berjalan ke kamar.
"Sekarang aja deh, selagi masih pagi. Kalau nanti pasti panas banget," ucap Anna.
Kemudian Gus Hannan membuka pintu kamarnya, lalu berjalan mengambil dua tas milik nya dan Anna. Namun sebelum kembali turun, dia mengecek lagi barang-barang nya, takut masih ada yang tertinggal di kamar.
"Loh kalian mau kemana?" tanya Bunda.
"Aku mau kembali ke pondok lagi," jawab Anna sambil menghampiri Bunda.
"Emang nya gak bisa nanti aja? Kalian belum juga satu hari lho di sini," ucap Ayah.
Gus Hannan juga merasa tidak enak sebenarnya, jika pulang hari ini juga. Tapi sepertinya akan lebih baik kalau dia dan Anna langsung tinggal bersama.
"Maaf Ayah, selain Anna memang harus kembali ke pondok. Aku juga ada sesuatu yang harus di berikan sekarang," ucap Gus Hannan membantu Anna.
"Yasudah kalau memang seperti itu, kalian hati-hati di jalan. Jangan lupa untuk sering-sering main ke sini." Ayah mengingatkan mereka sambil memeluk mantu nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna First Love Gus Hannan [Selesai ✔]
Novela Juvenil[ CERITA INI SUDAH SELESAI ] Seorang Gus Muda bernama Hannan baru pertama kalinya merasakan jatuh hati pada seorang gadis. Lalu mereka kembali bertemu di pesantren milik Abuya nya.