Tidak terasa sudah dua minggu Anna berada di rumah, sekarang harus kembali ke pondok pesantren. Anna membawa barang-barang tidak terlalu banyak seperti waktu pertama kali mondok, hanya pakaian baru dan makanan ringan saja. Sebenarnya Anna ingin membawa peralatan makeup dan skincare, tapi tidak jadi. Karena takut di buang sama ustadzah, mengingat aturan pesantren yang melarang santri menghias diri.
Tapi tidak masalah, pakai makeup atau tidak. Anna tetap merasa cantik seperti bunda. Bahkan sahabatnya pernah berkomentar, Anna terlihat seperti adik kakak kalau sudah buat video bareng sama bunda.
Sedikit konyol, tapi itu fakta. Anna merasa senang tapi juga iri, karena bunda nya terlihat masih awet muda di usia yang sudah mencapai umur tiga puluh lima tahun.
"Masih ada lagi gak na barang-barang yang mau kamu bawa?" tanya Bunda, memastikan semua barang keperluan Anna di pondok tercukupi.
"Udah kayaknya, Bun. Tinggal uang bekal nya aja, hehe." ucap Anna, sambil cengengesan.
"Gampang itu mah, nanti tinggal minta aja ke Ayah kamu." ucap Bunda, sambil menutup koper bawaan Anna.
Anna bersorak kesenangan dan memeluk bunda nya dari belakang. Lalu bunda berbalik badan mencium kening, pipi Anna berkali-kali dan memeluknya sangat erat.
Bunda menatap lekat-lekat wajah cantik putri kesayangan nya itu. Tidak terasa sekali, sekarang Anna sudah terlihat dewasa. Mungkin saja beberapa tahun kedepan, akan ada seorang pemuda yang datang mengambil Anna dari nya.
"Kamu sudah besar ya sayang, kayaknya tiga tahun lagi akan ada pemuda yang datang melamar kamu. Tapi Bunda berharap, kamu menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu. Setelah itu baru boleh menikah." ucap Bunda, memberikan nasihat agar Anna dapat fokus dengan pendidikan.
"Ah Bunda ngomong nya, aku masih kecil dan jauh dari kata menyeramkan itu. Lagi pula aku memang tidak punya pikiran buat menikah di usia muda." ucap Anna dengan wajah sedih nya menatap bunda.
"Lho kamu mau nikah di usia tua?" kaget Bunda sambil menutup mulutnya.
"Bundaaa!" teriak Anna kesal dengan ucapan bunda.
Bunda tertawa sambil memeluk kembali Anna, "becanda sayang. Mana tega Bunda kasih kamu ijin nikah, di usia seperti sekarang ini."
Setelah itu bunda membantu anna menarik koper nya dan mengangkat ke lantai bawah. Di sana sudah ada ayah yang sedang menunggu di ruang tengah sambil meminum kopi.
Ayah dengan sigap nya langsung bangkit dari tempat duduk dan membantu bunda mengangkat koper anna. Memang ayah nya itu sangat bucin sekali, walaupun udah tua tapi tetap bersikap romantis ke bunda.
Anna tersenyum melihat kemesraan ayah dan bunda. Lalu berjalan ke ruang tengah dan duduk sambil memainkan handphone untuk terakhir kali nya.
Anna membuka aplikasi whatsapp untuk mengecek pesan dari sahabat nya. Di sana sudah banyak sekali spam chat dari Syifa dan Sisil yang terus menanyakan nya. Anna langsung menghubungi nomor keduanya untuk memberitahu lokasi bertemu.
Calling Syifa and Sisil
Anna : Assalamualaikum guys
Syifa : waalaikumsalam, gimana na kita jadi kumpul nya di mana?
Sisil : waalaikumsalam iya cepetan jawab, kita udah siap berangkat nih.
Anna : ketemuan di stasiun Halim ya, nanti kita nyoba kereta cepat.
Syifa : wih keren, jadi berasa anak kota beneran nih haha.
Sisil : Na, tapi aman kan? Gak bikin otak aku tambah oleng.
Anna : aman, tenang aja. Kalau otak kamu oleng, masih ada otak ikan kok di pasar.
Sisil : nanae nanae, emangnya ikan punya otak ya?
Syifa : enggak, sama kayak kamu haha.
Anna : dih Syifa jahat, parah parah parah.
Anna : guys, sorry udah dulu ya. Aku mau berangkat sekarang. Sampai ketemu di stasiun, Assalamualaikum.
Selesai memberikan kabar ke sahabat nya. Anna menutup telpon itu dan menghampiri ayah bunda yang sudah menunggunya di luar. Lalu Anna masuk duluan ke dalam mobil dan duduk di jok belakang. Di susul bunda yang duduk di jok samping ayah.
Sepanjang perjalanan, Anna mengisi waktu luang dengan membaca al-Qur'an dan sholawat kepada Rasulullah. Keindahan suara Anna membuat mobil terasa sejuk, walaupun cuaca sedang panas.
Anna dan kedua orang tuanya sampai di parkiran stasiun Halim. Lalu mereka turun dari mobil dan berjalan masuk menemani Anna.
Sambil berjalan, Anna mencoba menghubungi sahabat nya dan mencari keberadaan nya. Anna mengirim pesan singkat kalau dirinya akan menunggu di lobby. Tidak lupa Anna juga mengirim foto yang sedang tersenyum manis, sambil menunjukkan dua jari tengah nya.
Setelah itu Anna menutup handphone nya dan menunggu kedua sahabat nya di lobby stasiun.
Tidak lama kemudian Sisil sampai di lobby dan langsung memeluk Anna dengan sangat erat. Suara Sisil seperti biasa, sangat heboh sekali. Sampai membuat orang lain menatapnya aneh. Sisil juga tidak lupa menyapa kedua orang tua Anna dan begitupun sebaliknya.
Di susul Syifa yang baru sampai lobby bersama dengan orang tua dan adik kecil nya. "Assalamualaikum Om, Tante." salam Syifa sambil mencium tangan kedua orang tua Anna dan Sisil.
"Tuh liat, Sil. Kalau baru datang tuh ucap salam dulu, gak langsung heboh kek di pasar." sindir Anna secara terang-terangan.
"Yeh emang kenapa sih, kana abis itu aku ngucap salam juga." ucap Sisil gak mau kalah.
Orang tua mereka cuma bisa tertawa melihat perdebatan anak-anaknya yang kalau bertemu seperti tom and jerry.
Setelah itu mereka menunggu jadwal keberangkatan kereta yang hanya sebentar lagi akan jalan. Namun sebelum itu mereka saling pamit ke orang tua masing-masing.
"Hati-hati ya sayang di jalannya. Kamu udah tau kan rute ke pesantren setelah sampai di stasiun Tegalluar?" tanya Bunda memastikan kalau Anna sudah tau atau belum.
"Sudah kok, Bun." ucap Anna.
"Kalau Ayah cuma mau pesan, titip salam buat Abuya sama Gus Yasin aja ya. Sampaikan kalau Ayah secepatnya ingin bertemu dengan mereka." pesan Ayah.
"Iya nanti aku sampaikan, kalau enggak lupa. Yaudah aku langsung pamit aja ya, takut ketinggalan kereta nya. Assalamualaikum." ucap Anna pamit dengan kedua orang tuanya, lalu mencium tangan mereka satu persatu.
Lalu Anna menyalami kedua orang tua sahabat nya, begitu juga dengan mereka. Setelah itu mereka masuk dan ikut menunggu kedatangan kereta cepat bersama penumpang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna First Love Gus Hannan [Selesai ✔]
Fiksi Remaja[ CERITA INI SUDAH SELESAI ] Seorang Gus Muda bernama Hannan baru pertama kalinya merasakan jatuh hati pada seorang gadis. Lalu mereka kembali bertemu di pesantren milik Abuya nya.