12

264 18 0
                                        

Setelah keributan sejak pagi yang membikin kepala Octava siap meledak, turunlah ia dari mobil bersama Amanda dan Pak Gourse. Helena sudah berangkat lebih pagi untuk memastikan semua persiapan pernikahan ayahnya dapat dikendalikan dan berjalan seperti yang seharusnya.

Octava maklum. Setelah kejadian semalam, rencana untuk saling membantu bersama Helena hari ini ditiadakan. Octava berias sebisanya, dan ia tetap memakai gaun hitam yang dipinjamkan Helena untuk menyenangkan hati Pak Gourse. Gadis itu masih bisa membela keteledoran Helena di depan ayahnya, karena tidak membangunkan Octava.

Lagi pula Octava bangun terlalu siang. Terimakasih pada Helena. Karena ciuman mautnya, Octava baru bisa tidur jam lima pagi tadi. Dan terbangun jam tiga siang. Setelahnya, Octava butuh waktu tiga puluh menit lebih untuk menutupi kantung matanya yang menghitam.

Acara pernikahan Gourse dan Amanda dirayakan dengan sederhana. Dilangsungkan di sebuah taman, di area villa berlatar pantai. Kursi-kursi berjajar rapi, bunga-bunga telah dirangkai dan ditempatkan pada posisi yang baik. Tidak terlalu megah. Yang diundang juga hanya teman dekat dari kedua belah pihak.

Tampaknya keluarga Gourse memang bukan orang-orang suka pamer. Mereka menyimpan uangnya entah di mana, yang jelas bukan untuk difoya-foyakan di acara semacam ini. Bedanya orang kaya baru atau orang yang sudah lama kaya nampak jelas di sini.

Selang satu jam, pemberkatan klise sudah selesai. Pendeta pamit pulang lebih awal setelah memberi selamat dan minum satu gelas anggur merah. Setelahnya, pesta yang sebenarnya, baru akan dimulai.

Octava berjalan dengan canggung di antara kerumunan orang-orang yang asing wajahnya. Kemungkinan besar teman Pak Gourse. Bau minuman keras mahal mengudara seperti gelembung sabun.

Octava yang merasa gugup dan tidak punya teman mengobrol memutuskan untuk pergi ke toilet. Sampai di depan toilet, Octava bercermin dan memperbaiki riasan rambutnya. Acara pemberkatan sudah selesai tapi sedetik pun ia belum bertemu dengan Helena. Octava merasa khawatir jika Pak Gourse menyadari kalau putri tunggalnya tidak hadir di sini.

Ketika Octava mendengar suara dari dalam kamar mandi. Ia langsung merasa penasaran. Dari lubang bawah pintu gadis itu melihat sepasang kaki dengan sepatu tinggi, ujungnya menghadapi satu kaki dengan sepatu yang lain.

Melihat itu Octava langsung mengerti. Ia mundur pelan-pelan menyingkir dari toilet dan menunggu tak jauh dari sana. Meski bukan urusannya, ia masih punya minat mencari tahu; siapa yang ada di dalam kamar mandi sempit tadi?

Dan penantian Octava akhirnya terbayar. Setelah sepuluh menit berlalu, seorang perempuan berambut gimbal melenggang keluar dari pintu toilet. Wanita itu keluar dari kamar mandi sambil merapikan baju dan rambutnya. Begitu ia melihat ke sekeliling, matanya langsung mendapati Octava. Ursula tersenyum. Lalu di belakangnya muncul perempuan lain, siapa lagi kalau bukan Helena.

Octava kaget luar biasa. Lalu gadis itu terloncat dari tempat tidurnya.

"Octava, apa kamu sudah bangun?" suara Helena sahut-menyahut dengan suara pintu yang diketuk.

Octava mengucek matanya, kemudian membukakan pintu. "Apa pernikahannya sudah selesai? Apa aku terlambat?" tanya perempuan itu tanpa jeda. Nampaknya Octava belum sepenuhnya bangun dari mimpi.

Helena tertawa melihat tingkah adik tirinya. Ia menggeleng sambil menyodorkan piyama milik Octava yang tertinggal di kamar mandinya tadi malam. "Ini masih jam sepuluh pagi, Octava. Apa kamu baik-baik saja? Apa pernikahan Amanda dan ayahku membuatmu mimpi buruk?"

Octava memandangi wajah Helena. Matanya, kemudian bibirnya. Helena sudah memakai make-up. Dia kelihatan sama cantiknya seperti saat tidak berdandan.

2. Microscopic Lust GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang