Part.26

17 7 0
                                    

Abel dan Haikal akhirnya sampai di sebuah rumah yang sangat besar. Setelah memarkirkan mobilnya, Abel mengedarkan pandangannya ke sekeliling pekarangan, ada beberapa motor sport yang terparkir rapi.

"Yuk!"
Haikal berjalan masuk ke dalam diikuti Abel dari belakang. Sampai di depan pintu Abel di sambut dengan hangat oleh teman-teman Haikal.
Disana ada Hans, Gilbert, Hengky Andriska dan beberapa teman lainnya yang Abel belum mengenalinya.

Tadi Haikal sempat berpesan kepada Abel, "kalau lo nggak nyaman, kita langsung pulang."

Abel mengangguk sambil tersenyum menatap wajah teduh yang di miliki oleh Haikal.

"Duduk, Bel." ucap Gilbert sambil menepuk sofa yang masih kosong di sampingnya.

Menurut, Abel akhirnya mendudukkan dirinya di samping Gilbert.

"Gimana kabar lo, Bel?" tanya Hans sambil menyalakan rokoknya.

Abel melirik Haikal sejenak, sementara Haikal tampak menaikkan sebelah alisnya, "baik kok, Hans. Kalian semua gimana?" tanya Abel kembali.

"Yakin baik? Kenapa sebelum menjawab pertanyaan gue, lo ngelirik Haikal dulu? Ada yang kalian sembunyiin?" ujar Hans seolah ragu dengan jawaban Abel.

Abel kembali melirik Haikal, Haikal menganggukkan kepalanya. "Baik, kok." kata Abel lagi.

Haikal melirik Abel sejenak kemudian mengeluarkan sebuah kertas yang sudah sangat kusut dari saku kemejanya. Haikal memberikan kertas tersebut kepada Hans.

Hans yang tengah penasaran langsung membuka kertas tersebut. Tulisan yang ada di kertas tersebut berhasil membuat Hans melebarkan matanya. "Siapa yang ngelakuin ini?"

"Apaan tuh." tanya Gilbert penasaran.

Hans membuka lebar kertas tersebut dan meletakkannya di atas meja. Gilbert, Hengky dan Andriska langsung melihat kertas tersebut, kemudian dengan wajah terkejutnya mereka menatap wajah Abel.

Abel menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak tau." kata Abel kemudian kembali menatap Haikal. Ia menautkan jari jemarinya.

"Nggak usah takut, Bel. Kita nggak bakal nerkam lo kok. Kayaknya lo takut banget, mau duduk di samping Haikal aja?" tanya Andriska yang memperhatikan gerak-gerik Abel sedari tadi.

"Sini." Haikal melakukan hal yang sama dengan Gilbert, menepuk kursi kosong di sampingnya.

Abel langsung beralih dan mendudukkan dirinya di samping Haikal. Entah mengapa, kecemasan Abel bisa sedikit berkurang saat bersama dengan Haikal.

"Mau pulang?" tanya Haikal dengan lembut setelah Abel duduk dengan nyaman di sampingnya. Abel tampak berfikir sejenak.

"Nggak usah takut, mereka semua sama sama gue. Kita nggak akan nyakitin lo, lo temenan sama gue, itu berarti lo temenan juga sama mereka." ucap Haikal lagi.

Abel menatap wajah mereka satu persatu, "gitu, ya?"

"Nggak usah takut, disini tuh mukanya doang yang sangar semua, kalo hatinya mah hello Kitty." ucap Gilbert lagi.

"Kalo lo nggak percaya, nih Andriska, nangis kejer pas kucing kesayangannya sudah almarhumah." sambung Gilbert lagi.

"Apaan sih lo." Andriska langsung menggeplak kepala Gilbert yang sudah membuka aibnya tanpa merasa bersalah.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak apalagi melihat wajah Andriska yang sudah memerah. "Apa-apa gue terus yang jadi korban." ucap Andriska memutar bola matanya.

"Kalau gitu si Hengky." ucap Gilbert lagi.

Hengky yang baru menyelesaikan tawanya kini menatap Gilbert dengan tajam, "gausah macem-macem."

CHRISTABEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang