Bab 44 : Pergi?

1.7K 141 34
                                    

"Gimana keadaan Mala mba?!" tanya Dara yang baru sampai di rumah sakit bersama Anton.

"Mala belum sadar" jawab Tari menangis di pelukan Dara.

"Yang sabar ya mba, aku yakin Mala pasti sadar, dia kan anak yang kuat" ucap Dara mengelus punggung Tari.

"Kamu ga papa nak?!" tanya Anton pada anak lelakinya yang terduduk lesu.

"Ini salah Raka pa yang ga bisa jagain Mala!" lelaki itu kembali meneteskan air mata.

"Kamu yang sabar ya nak, papa yakin istri kamu akan baik-baik saja"

"Bapak, ibu pasien sudah bisa dijenguk silahkan" ucap dokter yang baru saja keluar dari ruangan Mala.

Raka bergegas bangkit dari duduknya, segera masuk bersama Tari dan kedua orang tuanya.

Mata cantik itu sungguh menutup, tubuhnya terbujur diranjang rumah sakit dengan selang yang terpasang dihidung mancungnya.

Tari membelai rambut anak gadisnya lembut sambil sesekali mengusap air matanya yang tak henti-hentinya keluar. Ibu mana yang tidak hancur melihat anak kesayangannya terbaring lemah diranjang itu.

Raka mulai mendekati Mala dengan mata ibanya melihat orang yang ia cinta enggan membuka mata. Mengusap pipinya lembut dan sesekali menciumi tangannya.

"La, bangun ya kita mulai dari awal" kata-kata yang selalu Mala nantikan akhirnya terucap.

Tengah malam sudah Raka masih setia menemani Mala yang tak kunjung bangun dari tidurnya. Ia sendirian menemani Mala sementara Tari pulang untuk beristirahat.

Tari sebenarnya masih marah kepada Raka, tapi entah mengapa mendengar kata-kata Raka yang ingin memulai kembali kehidupannya dengan Mala membuatnya sedikit tenang dan mengijinkan Raka untuk mewujudkan kata-katanya.

"Mala bangun! Gue janji ga akan pernah nyakitin lo lagi!"

"Lo harus bangun, gue yakin lo pasti bangun ya kan?!!" ucapnya frustasi, menengelamkan kepalanya ditangan Mala.

"R-Raka" ucapnya lemah.

"Malaa!"

"Lo ga boleh tidur lagi! Maafin gue ya. Gue minta maaf" ucap Raka dengan perasaan bahagia sembari menciumi tangan Mala.

"Iya!" ucap Mala dengan senyum lebarnya.

.................

"Pak! Pak!" ucap seorang suster membangunkan Raka yang tengah tertidur pulas di brangkar Mala.

Raka mulai mengerjapkan matanya.

"Maaf pak pasien akan kami periksa"

Raka bangun dengan kebingungan melihat Mala yang masih menutup mata.

"Istri saya sudah sadar sus?!"

"Belum pak, kami masih terus memantaunya!"

Raka ingat benar baru saja ia kembali melihat senyum Mala. Tapi sepertinya ia salah, karena Mala masih tertidur pulas.

"Sus saya titip istri saya sebentar!"

"Baik pak"

Raka berjalan menuju mushola rumah sakit untuk menunaikan solat subuh.

"Ya Allah, hamba mohon padamu selamatkanlah istri hamba, sehatkanlah ia seperti sedia kala. Hamba memohon ampun kepada-Mu. Izinkanlah hamba untuk memperbaiki semuanya, izinkanlah hamba kembali berkumpul bersamanya. Hamba janji hamba akan menyayanginya dan tidak akan pernah menyakitinya" ucap Raka membujuk Tuhannya.

Selesai solat ia pergi kekantin untuk sarapan. Raka memakan makanannya tanpa semangat. Kini ia kembali merasakan rasa takut kehilangan seseorang yang ia sayang. Kehilangan ibunya membuat batinnya sangat terluka dan rasa itu kembali muncul tatkala melihat Mala yang kondisinya masih sama.

Tiba-tiba sebuah pangilan masuk mengusik lamunan Raka.

"Saya kesana sekarang!!" Jawab Raka.

"Kalo jalan hati-hati dong mas!" ucap seseorang yang Raka tabrak.

Raka begegas menuju ruangan Mala tanpa mempedulikan orang-orang disekitanya.

Sampai didepan pintu ruangan, Raka terlihat frustasi melihat Elektrokardiogram yang menampilkan tanda lurus dan dokter yang berusaha memacu jantung Mala yang telah berhenti berdetak.

Dokter bersama suster keluar dari ruangan dan hanya memberi tanda gelengan kepada Raka.

"Ga! Ga mungkin!!" ucap Raka tak terima.

"Ga, ga boleh! Lo ga boleh tinggalin gue! Mala lo harus bangun!!" ucap Raka langsung menghampiri Mala.

"Mala, gue minta maaf! Lo boleh pukul gue, lo boleh marahi gue! Tapi lo ga boleh tinggalin gue!!" sambung Raka berusaha membangunkan Mala.

"GUE CINTA SAMA LO!!" ucapnya penuh penekanan dengan rasa penyesalan yang teramat dalam.

Tapi sepertinya pengakuan dan penyesalan itu sia-sia karena ucapnya sama sekali tak membangunkan gadisnya.

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang