01. Zoya

46 14 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

"Semua akan terjadi jika Allah sudah berkehendak"
Zoya Alesha Medina

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di rumah Zoya

Meja makan yang dipenuhi dengan sajian berbagai jenis makanan sudah tertata rapi, sejak tadi Bunda Risa selaku Ibu Zoya sudah mondar - mandir dari dapur ke meja makan untuk menyiapkan makan malam keluarganya.

Gadis yang memiliki bulu mata lentik keluar dari kamar menggunakan piyama panjang dengan jilbab instan, ia adalah Zoya Alesha Medina biasa dipanggil Zoya berumur 17 tahun, dari atas tangga ia melihat Bunda, Ayah serta adiknya yang sudah duduk masih melingkari meja makan dengan sesekali diiringi canda tawa yang lebih mendominasi dari Sang Ayah.

Zoya mulai melangkahkan kaki menginjak satu persatu anak tangga, sesampainya di meja makan Zoya tetap menampilkan senyumannya. Mereka bertiga mengalihkan penglihatannya kearah Zoya.

"Eh kakak, sini duduk." Ujar Arsen - Adik laki - laki Zoya berumur 10 tahun. Arsen menarik kursi disebelahnya mempersilahkan Zoya duduk disana.

Zoya tersenyum menampilkan lesung pipinya sambil mulai duduk, "makasih dek."

"Mau makan apa Kak? biar Bunda ambilkan," kini giliran Bunda Risa bertanya kepada anak sulungnya itu dengan tangan sedang menyendokkan nasi kepiring Zoya.

"Udah besar, biar ngambil sendiri," tidak heran Zoya mendengar perkataan yang keluar dari mulut Ayah Adit, bagi Zoya itu sudah menjadi makanan sehari - hari.

"Tapi mas--" belum Bunda Risa menyelesaikan ucapannya sudah disela oleh Zoya.

"Gapapa Bunda, Zoya bisa sendiri kok makasih," terpaksa Zoya tetap tersenyum.

Hening

Yang tadinya sebelum ada Zoya meja makan ramai sekarang ada dirinya meja makan sepi.

Suasana gini yang membuat Zoya merasa tidak enak berada di sekitar keluarganya, ia juga heran mengapa Sang Ayah tidak suka dengannya, semua pertanyaan itu mengumpul dikepala Zoya.

Jika diluar sana anak perempuan dengan Ayah akan sangat dekat, beda halnya dengan Zoya, Zoya jika berdua dengan Ayah Adit tidak akan ada percakapan, menjadikan Zoya sedikit canggung jika hanya mereka berdua.

Zoya dengan cepat menyelesaikan makan malamnya agar segera meninggalkan meja makan.

"Zoya ke kamar duluan." Ujarnya dengan melangkahkan kaki meninggalkan meja makan menuju ke kamar yang berada dilantai atas.

*****

Sesampainya di dalam kamar Zoya menutup pintu tak lupa juga menguncinya, Zoya bersandar di pintu kamarnya.

Mengingat kejadian tadi membuat mata Zoya bergelinang air mata, menangis cukup lama ternyata juga melelahkan, Zoya menghapus sisa air mata yang masih berada di matanya.

"Semoga Ayah secepatnya berubah ya Allah, karena semua akan terjadi jika engkau sudah berkehendak."

Zoya berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, ini sudah menjadi kebiasannya akhir - akhir ini sebelum tidur.

Sesudah wudhu Zoya mendekati ranjang kasurnya, membaringkan badannya kearah kanan mengikuti Sunah Nabi Muhammad SAW. Tangannya meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.

Zoya bukan termasuk orang paham agama melainkan ia berada di fase belajar tentang agamanya, sekolahpun tidak di pesantren hanya sekolah umum biasa tapi Zoya sering mendatangi kajian - kajian, jadi ia sedikit demi sedikit menjalankan ajaran-ajaran yang diperintahkan Allah dan rasul-nya.

Bismillahirrahmanirrahim, Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut, aamiin

Mata lentik milik Zoya mulai dipejamkan.

*****

Sedangkan di kamar kedua orang tua Zoya terdengar suara keributan.

"Kenapa kamu selalu gitu mas?" Tanya Bunda Risa kepada Ayah Adit, posisi mereka berdua tengah berbaring bersama di kasur.

"Gitu gimana maksud kamu?"

"Zoya itu anak kita, tapi kamu memperlakukan dia seolah-olah dia tidak ada."

"Udah gausah bahas anak itu, aku ke kamar mandi dulu." Pamitnya

Melihat suaminya memasuki kamar mandi membuat Bunda Risa menghela nafas.

Huft

"Selalu begitu." Gumamnya.


*****

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya
Karena itu penyemangat bagi author wkwk

Ig : @shintaaana


Salam sayang

Shinta

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang