08. Sakit dan Hati

16 10 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Happy Reading


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Malam ini Zoya dan Arsen tidak tidur di rumahnya melainkan di rumah kakek dan nenek (orang tua Bunda), tengah malam semua orang sudah menutup mata untuk mengistirahatkan tubuhnya karena aktivitas satu hari, tapi tidak dengan Zoya.

Zoya saat ini satu kamar dengan Arsen yang sudah pules tidurnya, Zoya terus memandangi wajah damai sang Adik, lama kelamaan bulir air mata menetes dari kelopak mata membasahi pipi Zoya, namun tangisan ini tidak ada suaranya hanya air mata yang terus mengalir. Zoya memikirkan keadaan sang Ayah dan merasa tidak tega dengan adiknya.

Kelamaan menangis membuat Zoya merasa kantuk yang amat berat, tanpa sadar ia menutup pelan kedua matanya yang masih menyisakan bekas air mata.


*****


Pagi harinya Zoya pulang ke rumahnya bersama Arsen, Zoya bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sang Ayah bersama dengan Tantenya menggunakan motor.

Indera penciuman Zoya merasakan baunya obat-obatan saat berjalan di lorong rumah sakit yang bernuansa putih, lorong demi lorong Zoya telusuri bersama Tantenya untuk menemukan sebuah tulisan ruangan seruni yang dikatakan Bunda Risa semalam.

"Zoya!" Zoya merasa yang merasa namanya terpanggil menengok kearah belakang, ternyata barusan yang memanggilnya adalah sang Bunda.

"Bunda."

"Tadi dari dalam Bunda liat kalian makanya Bunda samperin deh, ayok kedalam," Zoya mulai memasuki ruangan serba putih yang menurutnya terasa dingin, dan tidak enaknya mencium aroma obat.

Zoya mendekati brankar melihat Ayah Adit yang sedang terbaring tidur, Zoya menarik kursi disamping brankar untuk ia gunakan duduk, jari lentiknya membuka aplikasi Qur'an, Zoya melantunkan ayat demi ayat Alquran tapi tidak dengan suara keras  bahkan hanya seperti lirihan.

"Doain Ayah, karena kamu yang bisa mengaji, tidak dengan Ayahmu ini, yang tidak bisa mengaji," ujarnya setelah membuka mata.

Seorang suster datang dengan tangan membawa nampan membawakan makan dan obat untuk Ayah Adit.

Zoya melihat Ayahnya yang sedang makan dengan sangat lahap membuat nya tersenyum.

Siang hari Zoya bersama Tantenya memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Zoya, jagain Arsen yang bener," pesan Bunda Risa ikut mengantarkan adik serta anaknya yang akan pulang sampai didepan ruang inap.

"Iya Bunda."


*****



Setelah menempuh beberapa menit akhirnya Zoya dan Tantenya sudah sampai di rumah dengan selamat.

Namun setelah Zoya selesai membersihkan diri, Tante dari pihak keluarga Ayah Adit datang.

"Zoya tolong antarkan Tante ke rumah sakit ya, malam ini Tante juga mau menemani Ayah kamu," ucapnya.

"Iya Tante," Zoya kembali lagi ke rumah sakit itu dengan mengendari motor.

Melewati lorong rumah sakit yang begitu sepi mengantarkan menuju ruangan sang Ayah, yang ternyata ruangannya masih dibersihkan, pantas saja Bundanya berada diluar.

"Ternyata kamu yang mengantarkan Tantemu, kamu nggak capek nak?" tanya Bunda Risa kepada Zoya, yang sempat menghawatirkan Zoya.

"Nggak kok Bun," berusaha sekuat tenaga Zoya tidak menampakkan rasa capeknya di depan sang Bunda. Karena sejak pagi bolak balik ke rumah sakit Zoya yang mengendari motor sedangkan para Tantenya hanya duduk manis di belakang.

Karena takut kemaghriban, Zoya memutuskan segera pulang,"Zoya pulang dulu Bun," pamit Zoya.

"Hati-hati ya, besok-besok jangan sering kesini gapapa kok, kasian kamunya," ujar Bunda dengan raut wajah sedih.

"Gapapa Bundaaaa," dengan terkekeh Zoya menjawabnya.

"Yaudah assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"


*****


Malam ini, bertepatan dengan malam hari raya idul Adha, bertepatan juga dengan hari lahir Zoya yang ke 17 tahun. Bagi Zoya tahun ini paling menyakitkan karena bertepatan dengan hari bahagianya malah kedua orang tuanya sedang jauh darinya dan salah satunya sedang mengalami sakit itu yang membuat Zoya sedih.

Tiba-tiba hp Zoya berbunyi, di layar depan terdapat notif dari teman lama Zoya.

Zoy keluar yukk


Melihat temannya mengirimi pesan itu Zoya dengan jari lentiknya mengetik sebuah kalimat.


Nggak bisa maaf ya


Dengan merasa tidak enak Zoya membalas seperti itu, tapi mau gimana lagi ia harus menjaga Arsen dan juga nggak mau bersenang-senang padahal Ayahnya sedang sakit.

Disaat umurku bertambah, kenapa ujian ini menimpah keluarga hamba ya Allah, tapi doa hamba kali ini semoga Ayah cepat sembuh dan diangkat semua penyakitnya aamiin, batin Zoya.


*****


Pagi ini Zoya mengantarkan Arsen ke sekolahnya yang kebetulan sekolah Zoya masih libur, tapi kali ini mereka kesiangan menuju ke sekolah Arsen.

Sampai di dalam kelas tempat duduk Arsen kebetulan di depan, tapi di bangku itu terdapat sebuah tas, Zoya yang melihat itu menghela napas tetap sabar mungkin sistem tempat duduknya bergantian.

Pandangan Zoya melihat bangku nomer dua yang kosong, Zoya menaruh tas Arsen disitu setelahnya Zoya pergi ke depan kelas, beberapa menit kemudian ada wali murid yang memindahkan tas Arsen ke bangku paling belakang.

Kalau sistemnya gantian harusnya Arsen nggak dipindahin dong, pertanyaan itu hinggap dibenak Zoya. Namun tiba-tiba teman Arsen membawa tas Arsen menyuruhnya tetap duduk di barisan pertama dan mengusir orang yang sudah menempati bangku itu.

Zoya masih tetap memantau dari luar kelas lebih tepatnya didepan jendela disampingnya juga ada beberapa ibu-ibu, hingga Zoya diseret oleh seseorang menjauh dari kerumuman.

"Kamu Kakaknya Arsen kan, kamu tau kan yang duduk awal dibangku depan itu anak saya? anak saya itu anak dari orang yang sudah mengurus berkas - berkas Ayah kamu di rumah sakit, kasian anak saya," ujar istri dari orang yang mengurusi berkas kesehatan Ayah Adit.

Deggg

Ingin sekali ia melawan orang itu, tapi yang ada dipikiran Zoya saat ini adalah Ayahnya, jika ia melawan terus nanti yang akan mengurus berkas-berkas rumah sakit Ayahnya siapa.

Air mata Zoya keluar, Zoya masuk ke kelas Arsen, mengambil tas Arsen.

Arsen yang melihat Kakaknya mengambil tasnya dengan air mata yang mengalir membuatnya juga hendak menangis, "Kakak kita mau pulang?" tanyanya.

Tapi malah tas Arsen ditaruh oleh Zoya di bangku paling belakang, "Arsen duduk disini nggak papa ya," ujarnya dengan air mata terus mengalir.

"Iya," hanya itu yang keluar dari mulut Arsen, sebenarnya ia juga bingung dengan apa yang dilakukan kakaknya itu.

Zoya keluar dari kelas, berjalan dengan air mata yang masih menetes hingga di tengah lapangan ia bertemu dengan Tantenya yang kebetulan juga mengantarkan anaknya.

"Kamu nangis kenapa?" tanyanya.

Zoya menceritakan semua dari awal hingga akhir, membuat wajah Tantenya berubah seketika, raut wajah marah.

"Mana orangnya, biar Tante samperin," ujarnya dengan nada menggebu-gebu.

Zoya memegang tangan Tantenya, "jangan Tante," karena ia tau sifat Tantenya, bakal panjang jika ia membiarkan Tantenya menemui orang itu.



*****


Haiii semua

Jangan lupa share ke teman-teman kalian ya

Salam Sayang

Shinta


ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang