Bismillahirrahmanirrahim
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mereka berdua masih berada di Gramedia, lebih tepatnya sedang mengantri di kasir yang antriannya panjang, Zoya berdiri disamping Aydan dengan tangan kanannya yang dari dari digenggam oleh tangan kiri Aydan, sedangkan tangan kanan Aydan memegang sebuah ranjang yang berisi buku-buku Zoya.
"Zoya," panggil seseorang dari samping Zoya yang juga sedang mengantri tapi beda tempat kasir, orang tersebut melihat tangan Zoya yang bertautan dengan cowok, ganteng pula cowoknya.
Zoya menengok ke samping, mengingat-ingat siapa orang itu, seperti tidak asing, "Abel," ujarnya ketika mengingat orang tersebut.
"Kamu masih tetap berpacaran? kan udah tau itu nggak boleh?" tanya Zoya yang melihat seorang laki-laki yang merangkul bahu Abel.
"Gak usah nasehatin orang lain, Lo sendiri juga dulu pernah hampir berpacaran kan?"
Zoya terdiam begitu juga dengan Aydan yang tidak tau permasalahannya.
"Dia itu cuma teman," elak Zoya.
"Halah, semua orang tau kalau dia suka sama Lo!"
"Dasar munafik!"
*****
Selama perjalan pulang Aydan memperhatikan Zoya yang banyak melamun, kini juga sama Zoya duduk di pinggir ranjang dengan pandangan lurus ke depan tapi dengan tatapan kosong.
Aydan duduk disamping Zoya, memegang kedua tangan Zoya, "kamu kenapa?" tanya Aydan memastikan.
"Yang diucapkan Abel tadi tidak benar, aku sama sekali tidak pernah berpacaran,"
Belum sempat Aydan membalas ucapan Zoya tiba-tiba Zoya kembali berucap, " tapi Aydan, dulu waktu SMP Zoya sempat beberapa kali berpacaran dengan seseorang tapi virtual, Zoya gak kenal siapa orang itu, apa itu juga dosa?" Zoya memberanikan diri menatap kedua mata Aydan.
"Dosa, mau sebagaimana cara kita berpacaran, tapi pasti didalamnya tepat ada obrolan kedua yang bukan mahram, itu tidak boleh walaupun kamu tidak pernah ketemu,"
"Gitu ya?, jadi selama ini Zoya juga melakukan perbuatan dosa itu,"
"Tapi kamu sekarang sudah tidak melakukannya lagi kan? jangan lupa meminta maaf kepada Allah, yang penting sekarang kamu sudah tau dan jangan pernah melakukannya lagi, apalagi sekarang udah punya suami yang ganteng ini," ucapnya percaya diri.
Zoya yang mendengarnya sedikit terkekeh karena kepedeannya suami, tapi memang Aydan ganteng sih.
"Boleh tanya lagi?"
"Boleh," mereka posisinya masih sama hanya saja sekarang mereka berhadapan tapi masih dengan tangan saling berpegangan.
"Apa kalau pacaran langgeng itu Allah merestui?" tanya Zoya yang penasaran.
Aydan menggelengkan kepala, "bukan karena Allah merestui, tapi karena istidraj."
"Istidraj, apa itu?" tanya Zoya yang baru mendengar kata itu.
"Istidraj adalah adzab yang berupa nikmat dari Allah. Contohnya kita berpacaran tapi tetap bertahan sampai bertahun-tahun, itu artinya bukan Allah mendukung hubungan haram kalian tapi Allah lagi menyiapkan adzab yang pedih, ada lagi seperti kita nggak sholat tapi ngerasa santai dan aman-aman saja, padahal malaikat maut sedang mengintai dan pintu neraka selalu mengintai kita." Zoya yang mendengar merasa merinding sendiri.
"Kamu tau kenapa orang pacaran sangat sulit untuk dinasehati?" tanya Aydan kepada Zoya, namun mendapat gelengan dari Zoya.
"Allah telah mengunci pendengaran kita, penglihatan kita telah tertutup, dan kita akan mendapatkan adzab yang berat."
"Seperti Abel tadi?" Aydan mengangguk.
"Tapi aku benar kan, menasehati dia tapi dianya malah gitu," ucap Zoya dengan raut wajah cemberut.
"Iya benar, jika kita menasehati seseorang memang kita harus banyak-banyak bersabar."
"Masyaallah kamu pinter banget," Zoya menatap Aydan dengan kagum.
"Nggak, kita sama-sama belajar,"
"Oh iya kamu ada impian yang belum tercapai?" tanya tiba-tiba Aydan, sebenarnya sebagai Alihan saja.
"Ada, kenapa emang?" Zoya juga merasa heran dengan suaminya itu.
"Boleh aku liat?"
"Sekarang pakainya aku kamu?"
"Iya, harus sama-sama belajar, karena sebenarnya panggilan saya kamu kurang bagus untuk rumah tangga, apalagi jika punya panggilan sayang yang disunnahkan Rasulullah, jadi kamu mau dipanggil apa?"
"Aku?" dengan tangan menunjuk dirinya sendiri.
"Sayang?"
"Hah?"
"Sayang aja ya," dengan entengnya Aydan mengucapkan itu, padahal jantung Zoya seperti lagi maraton.
"Jadi apa boleh aku liat, sayang,"
"Apanya?" Zoya mode loading
"List impian kamu, gemes deh," dengan kedua tangan mencubit pelan pipi Zoya.
"Bentar,"
Beberapa menit kemudian Zoya kembali duduk dihadapan Aydan dengan tangan membawa sebuah buku. Didepannya tertulis 'Diary Zoya' mulai Zoya buka dan dihalaman pertama mengambilkan beberapa list impian Zoya, ada yang sudah ia ceklis ada juga yang belum.
"Ini," memberikan buku itu ke pangkuan Aydan, Aydan menerimanya dan membaca kata demi kata.
"Udah, Zoyang" mengembalikan buku kepangkuan Zoya.
"Zoyang apaan kuyang yang ada," Aydan tertawa mendengar ucapan Zoya, padahal Zoya tidak sedang ngelawak.
"Malah ketawa," sebel Zoya, sedikit memukul paha Aydan pelan.
"Zoyang itu, Zoya sayang,"
Pipi Zoya berubah menjadi merah seperti kepiting rebus, Aydan yang melihat itu terkekeh gemas.
Aydan menoel pipi Zoya yang merah,"salting?"
Zoya langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, "malu Aydan!"
Aydan membawa tubuh Zoya kepelukannya, memeluknya seerat mungkin, "terus disamping aku ya" Ucapnya dengan sibuk menciumi pucuk kepala Zoya yang tidak tertutup hijab.
"Bimbing Zoya terus ya," ucap Zoya pelan karena pelukan erat Aydan, tapi Aydan masih mendengarnya.
Zoya melepaskan pelukan Aydan,"sekarang aku tau kenapa aku dulu selalu sudah mendapatkan pacar, bahkan gak ada cowok yang ngedeketin aku,"
"Kenapa?" tanya Aydan penasaran.
"Karena saking cintanya Allah menutup semua laki-laki yang tidak serius sama aku, kalau kita mencintai Allah, Allah akan mencintai kita juga. Makanya sekarang Allah memilihkan dan juga memberikan hadiah laki-laki yang masyaallah sekali," Aydan tersenyum mendengarkan ucapan Zoya. Ia kembali menarik Zoya untuk dipeluk.
"Aku juga bersyukur karena Allah telah mengirimkan mu untuk aku," ucap Aydan.
"Ini adalah hasil dari kesabaran kita,"
Aydan merasa bersyukur karena baru dua hari pernikahannya Zoya sudah mulai menerima dirinya, padahal cukup cepat mereka melangsungkan pernikahan, tidak ada pendekatan sebelumnya. Hasil dari sepertiga malam Aydan, yang selalu meminta Allah untuk membuka hati pasangannya nanti.
*****
Masyaallah sekali Aydan.
Salam Sayang
Shinta
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOYA
Teen FictionMenceritakan perjalanan hidup Zoya yang penuh dengan rintangan, dan juga Zoya harus merelakan masa mudanya dengan bekerja demi Sang Bunda dengan Adiknya. Gadis yang pandai menutupi kesedihannya didepan semua orang. Hingga takdir mempertemukan Zoya...