12. Siapa Dia?

10 7 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

"Jodoh akan datang di waktu yang tepat, karena itu yang terbaik bagi Allah"

# Zoya Alesha Medina

Happy Reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





6 tahun kemudian


Selama 6 tahun ini alhamdulilah banyak wish yang sudah tercapai bagi Zoya, sekarang pun Zoya sudah bekerja di kantor sebagai administrasi. Zoya berhasil membuat rumah impian untuk Bundanya, Zoya bisa membayar biaya sekolah Arsen, bisa aqiqah buat Ayah, Bunda, Arsen juga dirinya, dan banyak lagi.

Pagi ini hari Minggu jadi Zoya sedikit santai dari sehabis sholat Subuh tadi, Zoya tengah tengkurap diatas kasur dengan tangan sibuk memainkan handphone.

Tok tok


"Kak ini Bunda!" teriak Bunda Risa dari balik pintu kamar Zoya.

Zoya berjalan kearah pintu, tangan kanannya membuka kunci.

"Kenapa?" tanya Zoya ketika pintu sudah terbuka yang menampilkan Bundanya.

"Didepan ada cowok, temen kamu? Katanya mau bicara sama kamu" ucap Bunda Risa, wajah Zoya kebingungan.

Perasaan aku nggak ada janji sama siapa-siap deh, lagi pula cowok, emang siapa sih, batin Zoya yang merasa penasaran dengan cowok itu.

"Dia ada diluar Bunda?" Zoya bergegas mengambil jilbabnya dan kebetulan juga Zoya sudah mandi, ia memakai gamis warna ungu.

"Di ruang tamu," jawab Bunda Risa yang tengah melihat Zoya yang sibuk memakai jilbabnya.




*****


Zoya keluar dari kamar bersama Bunda Risa, menuruni tangga dengan pelan, pandangan Zoya mengarah ke ruang tamu yang terdapat cowok berpeci hitam duduk membelakanginya.

Siapa dia?, batin Zoya

Zoya dan Bunda Risa berjalan mendekati ruang tamu, tangan Zoya saling bertautan kenapa rasanya campur aduk.

Mereka berdua berdiri tepat dibelakang cowok itu,"ini Zoya nya nak, kalau gitu Bunda tinggal kebelakang dulu, silahkan kalian ngobrol," ucap Bunda Risa yang membuat atensi cowok itu yang awalnya menunduk jadi mendongak, tapi ketika tidak sengaja penglihatannya berpapasan dengan mata teduh Zoya, cowok itu langsung menunduk.

"Maaf Tante, Tante disini aja, nggak baik cowok sama cewek yang bukan mahram berduaan," ujarnya dengan pandangan senantiasa menunduk.

"Emang gapapa?" tanya Bunda Risa merasa heran.

"Gapapa, karena takut menimbulkan fitnah, Tante juga berhak tau niat baik saya."

Bunda Risa menarik pelan pergelangan tangan Zoya menuju sofa sebrang cowok itu duduk, jadi posisinya mereka berhadapan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap cowok itu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh," jawab kompak Bunda Risa serta Zoya.

"Maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu kalian, kedatangan saya kesini membawa maksud baik, yang pertama ingin bersilaturahmi, yang kedua saya berniat baik untuk meminang anak Tante."

Deggg

Zoya yang mendengarnya langsung mendongakkan pandangannya yang ketemu dengan mata hitam pekat milik cowok itu.

Tidak ada angin tidak ada hujan kenapa tiba-tiba ada yang melamar?, batin Zoya.

"Beneran nak?" tanya Bunda Risa.

"Beneran Tante, karena saya tidak mau kalau menunda niat baik ini, saya juga sudah salat istikharah dan ini jawabannya."

"Tidak perlu untuk dijawab sekarang, ini CV saya, nanti lima hari lagi saya kesini untuk menerima segala apapun keputusan Zoya." tambahnya dengan menyerahkan sebuah amplop di atas meja.

"Kalau begitu saya permisi, assalamualaikum." cowok itu bangkit dari duduknya, begitu pula Zoya dan Bundanya.

"Waalaikumsalam,"

"Jangan lupa istikharah," ucapnya mengingatkan Zoya, sebelum benar-benar pergi.

Setelah melihat cowok itu yang sudah tidak ada didepan rumah Bunda Risa bergegas mengunci pintu rumah, kemudian mendekati Zoya, memegang kedua bahu Zoya.

"Anak Bunda udah besar aja, udah ada yang melamar," Bunda Risa sambil tersenyum-senyum.

"Apaan sih Bun, bukannya udah dari dulu juga banyak?" Bundanya belum menjawab, Zoya dengan cepat mengambil amplop yang tergeletak diatas meja membawanya keatas tepatnya ke kamarnya.

Didalam kamar Zoya mengunci pintu, berjalan mendekati meja belajar, menaruh amplop itu diatas meja tanpa ia buka.

"Buka nggak ya," gumamnya yang merasa bingung.



*****



Saat ini Zoya sedang berada di rumah Ara, lebih tepatnya mereka berdua tengah duduk bersilang berhadapan diatas kasur kamar Ara.

Tadi ketika Zoya merasa bingung, Zoya menelepon Ara untuk menanyakan soal ini kepadanya.

"Jadi kenapa?" tanya Ara yang sudah menebak sahabatnya ini, karena Zoya ketika ingin bercerita tidak menunggu besok, waktu itu juga Zoya minta ketemu.

"Jangan bilang kesiapa-siapa tapi," dengan mengangkat jari kelingkingnya.

Ara mengangkat jari kelingkingnya, menautkan dijari kelingking Zoya,"iya, kayak sama siapa aja," diiringi dengan kekehan.

"Tadi ada cowok datang ke rumah mau-----,"

Belum selesai berucap tiba-tiba dipotong oleh Ara,"ahhh siapa?!"

"Bisa nggak sih jangan motong omongan ora dulu?"

"Hehehe maaf,"

"Orangnya itu aku nggak kenal mau melamar aku, tapi tadi dia ngasih CV gitu cuma belum aku buka,"

"Terus udah kamu iyain?" tanya Ara yang penasarannya, padahal tidak jarang Zoya menceritakan banyaknya orang yang ingin melamarnya, tapi ini yang paling heboh.

"Ya belum lah, dia ngasih waktu lima hari,"

"Istikharah jangan lupa besti, jangan bingung, serahkan semuanya pada Allah, dia tau mana yang baik mana yang buruknya buat umatnya," nasehat Ara.



*****



Malam harinya Zoya sudah duduk manis di meja belajar, tangannya dari tadi mau membuka amplop yang dikasih cowok tadi pagi tapi tidak jadi terus. Tapi kali ini Zoya memberanikan diri untuk membukanya.

Zoya mulai membuka dengan perlahan, menarik selembar kertas didalamnya, mulai ia baca huruf demi huruf.

"Aydan?"



*****


Kira-kira siapakah Aydan

Yuk - yuk jangan lupa ramaikan

Salam Sayang

Shinta

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang