11. Sebuah Pilihan

14 8 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

"Menikah adalah ibadah seumur hidup, maka carilah pendamping yang bisa menuntun kita kearah yang lebih baik lagi"

#Zoya Alesha Medina

Happy Reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam ini malam takbiran hari Raya Idhul Fitri jika semua orang pada keluar untuk merayakannya, beda dengan Zoya yang hanya diam didalam kamar.

"Zoya berbuka dulu, kamu belum makan nasi loh," Bunda Risa kembali mengingatkan Zoya untuk memakan nasi.

"Nggak Bun," itu jawaban Zoya ketika disuruh makan oleh Bundanya.

Setelah Bunda nya pergi meninggalkan Zoya sendiri di kamar, Zoya merebahkan tubuhnya, memandangi langit-langit kamarnya.

Hingga tanpa sadar air mata mulai membasahi pipi Zoya.

"Ayah, besok lebaran tapi tanpa Ayah, biasanya juga Ayah pernah tidak pulang waktu lebaran, tapi setelahnya Ayah pulang, beda dengan kali ini," ujarnya dengan menutup kedua mata, kedua tangan yang meremas seprai kasur.

Tadi sore Zoya bersama Arsen juga Bunda Risa pergi ke makam Ayah Adit untuk berziarah.

"Zoya kangen," berlarut-larut menangis hingga membuat Zoya capek, tanpa sadar ia memejamkan kedua mata, menikmati kedamaian yang walaupun sebentar.

*****

Berbulan-bulan Zoya lalui, ujian-ujian sebagai persyaratan kelulusan juga udah Zoya jalani. Hari ini tibalah acara kelulusan sekolah Zoya. Zoya memakai kebaya berwarna mocca dipadukan jilbab senada yang dililitkan dileher, dengan wajah Zoya yang dipoles makeup.

Ini menjadi penentuan hidup Zoya setelahnya, yang rencana awal Zoya berniat kuliah tapi karena Ayahnya yang meninggal tidak ada yang membiayai nya, jadi Zoya memutuskan untuk bekerja.

Sesudah Zoya lulus juga banyak laki-laki yang meminta kepada Bunda Risa untuk meminang Zoya, Bunda Risa menyerahkan jawaban sepenuhnya ke Zoya. Tetapi Bunda Risa tidak menanyakan langsung ke Zoya hanya lewat Tante Zoya.

"Nggak mau," ucapan itu yang selalu keluar dari mulut Zoya ketika di tanya Tantenya. Bukan satu atau dua yang menginginkan Zoya tapi lebih dari dua.

Setelah Zoya menceritakan semua ke Disya, "aturan Lo sholat istikharah dulu," nasehat Dasya.

Zoya tidak kepikiran saat itu untuk Sholat Istikharah, tapi ketika ditanya oleh Tantenya tolakan langsung keluar dari mulut Zoya. Karena yang ada dipikiran Zoya saat ini ia harus membahagiakan Bundanya terlebih dahulu, Zoya juga takut jika ia salah memilih.

Hari ini Zoya berencana melamar pekerjaan di sebuah grosir batik, Zoya pergi kesana sendirian mengendarai motornya, melihat maps melalui handphone nya. Namun ia malah muter-muter nggak ketemu titik dimana tempat yang dituju.

"Ini maps gimana sih, bukannya tadi benar, tapi kenapa nggak ada toko batik itu," gerutu Zoya yang masih senantiasa melihat handphone nya.

Setelah satu jam lamanya akhirnya Zoya menemukan tempat untuk ia lamar, tapiii

"Ya nutup tokonya," helaan napas keluar dari mulut Zoya, Zoya memutuskan untuk menunggu di depan Alfamart sekalian ia membeli minum.

Zoya duduk didepan Alfamart sendirian seperti orang hilang, tapi Zoya bodoamat.

"Biarin ah, orang mereka nggak kenal aku juga,"

Zoya mencoba mendatangi toko itu, Alhamdulillah toko itu sudah buka, Zoya merapihkan pakaiannya, mengambil amplop coklat, berjalan memasuki toko itu.

"Permisi Kak, apa benar di toko ini sedang membutuhkan karyawan," ujar Zoya.

"Benar, kamu silahkan meninggalkan lamarannya saja, nanti akan kami konfirmasi lagi," balas karyawan toko itu.

"Baik kalau gitu, terima kasih, saya pamit terlebih dahulu,"

*****

Belum ada kabar dari pekerjaan yang Zoya lamar, Besoknya Zoya memutuskan akan melamar ditempat lain.

Zoya datang kesana membawa sebuah amplop coklat ditangannya.

Saat diwawancara Zoya benar-benar gerogi, "apa kamu kuat kerja disini?disini kerjanya berat loh, badan kamu juga kecil."

"Saya kuat walaupun badan saya kecil"

Bos yang mewawancarai Zoya malah terkekeh,"saya nggak yakin, jadi ini lamaran saya kembalikan ke kamu lagi, silahkan cari ditempat lain,"

Zoya keluar dengan perasaan sedih, ingin rasanya ia menangis, padahal badannya nggak kecil-kecil amat, ia harus kuat demi Bunda Risa.

Sesampainya di rumah Zoya kembali mencari lowongan pekerjaan dari handphone nya, sampai ia menemukan di tempat percetakan yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Zoya kembali menulis CV dan juga surat lamaran hingga tengah malam.

*****

Keesokan harinya Zoya mendatangi tempat percetakan itu, disana Zoya diwawancarai dengan sangat santai, Zoya juga dites apakah bisa untuk mengetik sebuah surat, tapi Alhamdulillah nya Zoya bisa.

Malam harinya Zoya dikabari besok untuk berangkat bekerja ditempat percetakan itu.

Hari pertama Zoya masih banyak dibantu oleh karyawan yang sudah lama berada disana.

Awalnya Zoya berangkat pagi pulang sore, ketika Zoya sudah tiga Minggu Zoya diminta untuk berangkat siang pulang malam.

Ketika pulang Zoya selalu menangis sambil mengendarai motornya.

"Capek Ayah," gumamnya dengan mengeluarkan air mata, ternyata mencari uang tidak semudah itu.

Zoya didepan Bunda serta orang selalu ceria tapi beda lagi ketika sendiri, Zoya sosok yang bisa menutupi itu semua, tapi ia selalu bilang capek ketika sendiri ia merasa rapuh ketika sendiri, menjadi tulang punggung keluarga sangatlah tidak mudah bagi Zoya.

*****

Empat bulan kemudian Zoya mendengar ada seseorang yang ingin melamar dirinya, ia mengetahui saat bermain di rumah neneknya, neneknya lah yang memberi tau. Zoya tengah bermain handphone tiba - tiba neneknya duduk dibangku sebelah Zoya duduk.

"Zoya cucunya teman nenek katanya mau melamar kamu, gimana?" tanyanya. Zoya mengalihkan pandangannya dari handphone karena mendengar penuturan neneknya. Detik berikutnya Zoya kembali memfokuskan ke handphone.

"Nggak mau," tanpa pikir panjang Zoya menjawab seperti itu.

Zoya selalu mengingat pesan Ayah dan Bundanya.

"Jangan berburu-buru untuk menikah karena kamu akan kehilangan masa mudamu,"

Zoya juga sudah memikirkannya semua, "Menikah adalah ibadah seumur hidup, maka Zoya harus benar-benar mencari pendamping yang bisa menuntun Zoya kearah yang lebih baik lagi nek, lagi pula Zoya belum memikirkan itu semua, Zoya belum membahagiakan Bunda," ucap Zoya yang didengar oleh neneknya.

*****

Salam Sayang

Shinta

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang