Janji

219 16 2
                                    

HAPPY READING~
_____________________

Di ruangan yang berbau obat-obatan, terlihat empat pria, yang sedang sibuk memperhatikan gadis yang kini terbaring lemas di brankar rumah sakit.

"Ck lo kapan bangun hah? Kapan lo buat masakan buat kita? Mau jadi istri durhaka?" Tanya Arthur, seraya mengelus lembut tangan Ara.

Sagara, Allarick, dan Zion tidak mengeluarkan suara, tapi tidak dengan hati mereka yang terus berteriak, meminta Ara untuk segera sadar.

Eungh

Arthur yang melihat pergerakan tangan Ara, segera menekan tombol di samping brankar.

Sagara, Allarick, dan Zion berjalan cepat ke arah brankar.

Ceklek

Masuklah dokter yang tadi memeriksa Ara. Dengan gesit ia akan memeriksa Ara, namun belum sempat menyentuh Ara, ia malah ditatap dengan tajam oleh keempat pria didepannya ini.

"Ck jangan sentuh." peringatan Zion dan di angguki oleh yang lain, mereka seakan saudara yang tidak suka miliknya disentuh.

"Ya ampun tuan-tuan, jika saya tidak menyentuh nona, bagaimana bisa saya memeriksanya?" tanya sangat dokter frustasi.

Allarick mengendikan bahunya
"Itu urusanmu" jawabnya santai

Sang dokter melongo mendengar itu.
"Yang benar saja? " batin sangat dokter
(Yang sabar ya dok)

Tanpa mereka sadari Ara, sedari tadi sudah bangun, tapi bukannya ditawarkan min, ia malah melihat keempat suaminya yang tidak membiarkan dirinya diperiksa, lantaran akan disentuh oleh dokter.

Ara menatap iba dokter tersebut.
"Eum Arthur. " panggil Ara. Keempat pria dingin itu menolehkan pandangannya dari sang dokter, beralih pada Ara.

"Lo gak papa? " tanya Arthur.

"Nggak papa kok. Kalian ini gimana sih? Itu kan dokternya mau periksa aku, kok malah gak diizinin sih? " tanya Ara tak habis pikir dengan empat pria didepannya ini.

"Gak suka lo disentuh,. " jawab Arthur dengan polos, dan disetujui oleh yang lain.

"Bener tuh orang asing juga. " tambah Sagara.

"Hm setuju. " tambah Zion

"Hah? " Kaget Ara. Sungguh ia bisa gila sekarang.

"Posesif banget sih" batin sang dokter.

"Udah ah, dokter makasih yah, sekarang dokter bisa pergi. " ujar Ara dengan lembut.

Sang dokter tersenyum, lalu keluar dari ruangan tersebut. Ia sangat berterima kasih pada Ara yang telah menyelamatkan ia, dari empat pria posesif itu.

Kembali lagi pada Ara, kini ia duduk di brankar dengan Arthur yang memeluknya dengan manja. Melihat itu yang lain mendengus kesal.

"Kenapa sih? Manja banget. " tanya Ara.

"Kangen." jawab Arthur dengan santai. Ara menggelengkan kepalanya heran, lalu tangannya dengan telentan mengelus lembut rambut lebar milik Arthur. Dan itu semakin membuat Arthur merasa nyaman.

Dan sepertinya mereka melupakan tiga orang di ruang tersebut yang sedang kesal karena diacuhkan.

Ara yang sadar, memanggil mereka agar duduk bersama mereka.

"Sini! Ngapain disitu? "
Mendengar itu, Sagara, Zion, dan Allarick segera berjalan ke arah Ara.

Posisinya,
Arthur - Ara - Allarick
Zion Sagara

Alea Or KanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang