#O2. Gajelas

33 15 0
                                    

"Gini aja deh, lamaran kerja kamu saya tolak ya?"

Mendengar lontaran kata tersebut tentu membuat Yesya merasa dipermainkan. Bagaimana tidak? Nada bicara hingga kalimat lawan bicaranya ini terdengar bukan selayaknya kalimat yang pantas diucapkan petinggi perusahaan saat merekrut karyawan mereka.

Apakah laki-laki di hadapannya saat ini benar-benar seorang CEO perusahaan ini? Itulah kalimat yang bisa mewakili ekspresi Yesya kala itu.

Rasanya, ingin sekali ia mencabik mulut lelaki tersebut hingga menjadi bagian kecil-kecil yang kemudian bagikan kepada kecoa ruangan itu. Tapi, kali ini Yesya berusaha sebisa mungkin untuk meredam emosinya yang telah meluap sejak beberapa waktu lalu hanya karena perlakuan lelaki di hadapannya ini.

"It's okay, saya terima semua ini dengan lapang dada. Cukup sekian, terima kasih." ucap Yesya dengan penuh penekanan sembari tersenyum simpul pada sang CEO.

Lagi dan lagi, langkah Yesya kembali berhenti sebelum ia sempat membuka pintu ruangan itu hanya karena sebuah dehaman pelan.

"Saya terima kamu di perusahaan ini, saya suka karakter kamu yang tidak mudah tersulut emosi seperti ini. Walau saya tahu, di dalam hati kecil kamu itu, pasti menyimpan semua kata kasar untuk saya hari ini. Benar?"

"PD banget sih pak. Daripada nyimpen kata-kata kasar, mending nyimpen duit. Bisa buat liburan." balas Yesya dengan nada entengnya.

"Kamu nggak sopan, saya nggak terima."

"Kepada bapak Leo yang terhormat, sekalipun anda ini CEO, orang kaya raya sejagat-semesta atau apapun itu. Bapak harus ingat ini! Bapak nggak berhak mempermainkan seseorang, seperti saya saat ini. Gini deh, terserah sekarang bapak mau ngomong apa. Saya udah nggak peduli sama lamaran kerja saya bapak terima atau nggak."

Setelah mengatakan kalimat panjangnya, Yesya pun segera pergi dari ruangan tersebut tanpa mengindahkan sang CEO yang kini terlihat sedang menahan sesuatu atas ucapannya.

Decakan pelan pun keluar dari bibir sang CEO sembari mengatakan, "Ck, kamu saya terima aja deh." diiringi helaan napas ringan dengan tampang tanpa rasa bersalah.

"Bapak waras kan?" tanya Yesya, yang membuat pria bernama Leo itu lantas memberikan tatapan tajam untuknya.

"Maksud kamu?"

"Tanya sama diri bapak sendiri. Udah dewasa, masa nggak ngerti maksud saya?"

"Okei, cukup. Kamu ini sebenarnya niat kerja atau nggak?" Leo, pria itu justru balik bertanya pada Yesya yang membuat gadis itu terlihat sedang menahan tawanya.

Mendapati tak ada kalimat respon dari bibir Yesya, Leo pun berniat segera mengalihkan arah pembicaraam mereka.

"Okei, kamu sudah bisa mulai kerja hari ini. Sekarang buatkan saya kopi, saya capek daritadi ngobrol sama kamu. Sekalian bersihin ruangan ini, banyak debu."

Mendengar hal itu lantas membuat Yesya mengernyitkan dahinya karena terlalu bingung memahami ucapan Leo yang notabenenya adalah CEO perusahaan tempatnya melamar pekerjaan.

"Bentar, Pak. Saya kan apply di divisi..."

"Kamu jadi Office Girl dulu, kalau kinerja kamu bagus selama satu bulan. Kamu bisa saya promosikan untuk naik jabatan dan menempati divisi yang kamu minati nantinya. Paham?" ucap Leo untuk memotong perkataan Yesya sebelumnya.

"Saya tahu, bapak pasti sengaja kan? Karena bapak mau balas dendam gara-gara saya bilang OB tadi pagi." ketus Yesya.

"Gaada gunanya balas dendam, nggak bikin saya kaya juga." balas Leo dengan nada yang tidak kalah ketusnya. "Daripada kamu nggak ada kerjaan, mending jadi OG dulu kan? Segala sesuatu yang hebat selalu dimulai dari hal kecil." tambahnya.

"Anj-"

"Ngomong apa kamu?"

Yesya pun segera menggeleng, dia benar-benar tidak mau berurusan lebih panjang dengan pria yang bernama Leo itu. Yang kemudian, membuat Leo tersenyum singkat lalu fokus pada beberapa tumpukan berkas di hadapannya.

"Pak?"

Panggilan itu hanya mendapat respon berupa tatapan tidak mengerti dari Leo. Sebuah tatapan yang mengisyaratkan agar Yesya menjelaskan maksud dan tujuan panggilannya tersebut.

"Serius ini, saya jadi Office Girl?"

Helaan napas pun keluar dari bibir Leo sembari mengatakan, "Serius, Yesya Anggraini. Sekarang lakukan tugas pertama kamu. Saya mau lanjut kerja biar makin kaya."

Setelah itu, Leo kembali pada pekerjaannya yang sempat tertunda. Begitupun dengan Yesya, gadis itu segera beringsut dan meninggalkan ruangan Leo untuk melaksanakan tugas di hari petamanta bekerja.

"Yesya, tunggu."

"Ya, Pak?"

"Buat seragam kamu, kamu bisa minta tolong sama sekretaris saya namanya Juni."

Kurva bibir Yesya lantas melengkung ke atas untuk menanggapi perkataan Leo. Kemudian, ia segera berjalan keluar ruangan untuk melaksanakan tugasnya sebagai office girl.

Belum juga sempat, Yesya menempatkan posisinya saat ini maupun membuatkan kopi untuk Leo sang CEO tempatnya bekerja saat ini. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan sosok wanita cantik berpakaian rapi lengkap dengan balutan blazer hitam dan id cardnya.

"Yesya?" tanya perempuan itu untuk memulai percakapan.

"Iya, tapi biasa dipanggil Chacha, mba."

Wanita tersebut lantas manggut-manggut sembari berkata, "Bagus, gue nggak salah orang berarti."

"Maksudnya?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Yesya, wanita itu justru menyodorkan sebuah paperbag untuk Yesya yang lantas disambut Yesya dengan penuh tanda tanya.

"Itu seragam Lo, terus beres nanti langsung temuin pak bos." Cetus wanita itu dengan nada sombongnya, kemudian ia segera berbalik untuk keluar dari ruang dapur kantor.

"Nama gue Juni, sekretaris pak bos." Tambahnya sebelum ia benar-benar keluar dari dapur kantor, tanpa berniat memandang ke arah Yesya.

"Sekretaris aja belagu banget, laganya udah kayak penguasa bumi aja anj." gerutu Yesya dengan ekspresi tidak bersahabat.

Belum juga sempat Yesya mengganti kemejanya dengan seragam office girl, ponsel yang ada di tangannya tiba-tiba bergetar yang menampilkan deretan angka nomor tidak dikenal.

Jika kalian berpikir Yesya mengangkat panggilan tersebut, kalian salah besar. Meskipun panggilan itu tak kunjung berhenti, Yesya justru mengabaikan panggilan itu dan memilih segera mengganti seragam. Dia pikir, panggilan itu hanya berasal dari orang iseng yang berujung penipuan yang saat ini sedang trending di kalangan masyarakat. Yesya tidak akan tertipu! Begitu pikirnya.

Hingga beberapa saat, Yesya yang baru selesai berganti pakaian pekerjaannya saat ini dikejutkan oleh kehadiran seseorang berjas hitam yang tengah duduk di kursi dapur kantor dengan tatapan horor yang mengarah pada dirinya.

"P..pp... Pak Leo?!" Cetusnya yang sedikit terbata-bata namun terkesan begitu tegas. Yang membuat Leo lebih menajamkan tatapannya ke arah Yesya.

"Nggak sopan, poin kamu dikurangi. Gaji kamu saya potong."

"Hah?"

"Hah heh hah heh, kamu nggak tahu apa kesalahan kamu?"

Yesya hanya menggeleng, ia benar-benar tidak mengerti maksud dari bosnya ini. Datang secara tiba-tiba dan langsung memutuskan pemotongan gaji secara sepihak? Sungguh, menjengkelkan!

"Pertama, saya telpon kamu berulang kali tapi tidak kamu angkat. Kedua, nada bicara kamu ke saya sangat tidak sopan."

"DASAR AN-" umpat Yesya yang tertunda karena mendapat sebuah ekspresi dari Leo.

[24/1/2024]

LIKE We Just MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang