Seorang wanita cantik dengan tampilan yang sederhana namun tetap terlihat elegan di waktu bersamaan tengah duduk di sofa depan televisi.
Sembari menyesap secangkir cokelat panas, Ia tiada pernah memalingkan atensinya dari televisi yang menayangkan sebuah berita mengenai putranya pagi ini yang tiba-tiba mengumumkan adanya pernikahan.
Iya, wanita cantik itu adalah Ibu Leo. Nyonya Risyanda.
Namun, bukanlah hal yang besar bagvinya. Karena ia sangat paham karakter anak semata wayangnya ini, Leo pasti memiliki alasan mengapa anak itu harus melakukan hal tersebut.
"Siapa gadis itu? Dari matanya, sepertinya tidak asing." gumamnya.
"Tante Risya!" seru seorang gadis cantik yang tiba-tiba memeluk leher Nyonya Risyanda dari belakang dengan nada manja.
Nyonya Risyanda diam, tanpa berniat membalas. Hingga atensi gadis itu terarah pada televisi yang sedari tadi menyita perhatian Nyonya Risyanda. Apalagi saat suara berat dari dalam televisi yang familiar memasuki ruang rungunya.
"Leo? What? Menikah?" ujarnya, sedikit syok. Rasanya seperti tidak percaya, terlihat dari mulutnya yang terbuka lebar, pun dengan matanya yang membola.
"Kamu ini kenapa?" Nyonya Risyanda, menjawab dengan nada yang agak ketus.
"Leo menikah sama siapa, Tante? kan dia sama aku—"
"Batal, Bianca." potong Nyonya Risyanda, tanpa memalingkan sedikitpun wajahnya pada gadis yang bernama Bianca itu.
"Aku nggak terima! Leo memutuskan semua ini secara sepihak, padahal aku sama Leo udah mau tunangan! Ini nggak adil buat aku!" Bianca, gadis itu tidak terima dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Dunia memang tidak pernah adil bagi orang-orang seperti kamu."
"Tante, ini pasti bohong! Tante Risya boleh nggak suka sama aku. Tapi bisnis keluarga kita yang udah terjalin dari lama, bagaimana? Tante nggak memikirkan semua itu?"
"Saya lebih memikirkan kebahagiaan putra saya, lagipula kecerdasan keluarga kami sangat mampu untuk menopang perusahaan kami." balas Nyonya Risyanda, yang kemudian berlalu dari sana meninggalkan Bianca yang masih tidak percaya.
Iya, Nyonya Risyanda memang sangat menentang perjodohan antara Leo dan Bianca sedari dulu. Hanya saja, ia tidak punya cukup nyali untuk menentang permintaan Tuan Ahn Seong Boom, mertuanya yang telah membuat kesepakatan tersebut hanya karena perjanjian bisnis semata.
"Putraku memang." gumamnya dengan langkah yang tegas.
Sementara itu, di tempat yang berbeda. Dengan nuansa perkantoran yang padat lalu lalang pegawai maupun tamu perusahaan. Ada Leo dan Yesya yang akan keluar dari ruang konferensi pers.
Keduanya tampak berjalan keluar dengan bergandengan, pun senyuman yang mengembang di wajah masing-masing.
"Pak, apa ini nggak berlebihan?" bisik Yesya, yang masih berusaha menjaga senyumannya agar tidak luntur.
Pasalnya, banyak media yang masih mengikuti mereka.
"Tidak ada yang berlebihan."
"Bisakah memberikan bukti yang akurat, jika kalian memang benar-benar telah menikah?"
"Betul! Karena dari rumor yang beredar, Anda dikabarkan akan menikahi Nona Bianca Maurentz, putri dari pengusaha kondang, Abian Maurentz."
Satu per satu pertanyaan wartawan terus berdatangan, namun Leo memilih mengabaikan mereka dengan terus berjalan tegas menuju pintu keluar khusus untuknya dan Yesya.
"Tuan Leo, bisakah memberi kami sedikit lebih banyak informasi?"
"Bukan kewajiban saya untuk membuat kalian percaya, silakan lihat sendiri bahwa saya memang benar-benar mencintai istri saya ini. Tidak ada wanita lain, selain istri saya."
Leo, pria itu akhirnya merespon sembari menarik pinggang Yesya ke dalam pelukannya dengan sangat lembut. Setelahnya, ia semakin mengeratkan genggamannya pada tengan Yesya dan terus melangkah meninggalkan para wartawan itu.
"Buatkan saya kopi, dan antarkan ke ruangan saya." ucap Leo pada Yesya, ketika mereka telah keluar dari ruang konferensi.
"Hah?"
"Kamu nggak dengar?"
Yesya refleks mengangguk, "Dengar, 'Buatkan saya kopi, dan antarkan ke ruangan saya' gitu 'kan? maksudnya?" katanya kemudian.
"Kamu kan, Office Girl. Tugas kamu."
Tanpa menunggu balasan Yesya, Leo memilih berjalan begitu saja setelah mengatakan sepenggal kalimatnya.
"Aduh, Cha! Memang apa yang kamu harapkan dari bos yang nggak jelas itu? Dia memperlakukan kamu dengan baik, kayak suami ke istrinya? Inget, Cha! Kamu nggak sepenting itu." Rutuk Yesya pada dirinya sendiri, sembari memukul pelan kepalanya.
Sembari menghela napas kasar, Yesya melangkahkan kakinya menuju pantry. Tentu untuk melaksanakan tugasnya sebagai Office Girl.
Tatapan penuh tanya dari para karyawan kepadanya ketika memasuki pantry, tak ia hiraukan. Ia lebih fokus meracik kopi instan untuk Leo. Ya, meskipun sambil mendumel.
"Cha, kamu ngapain masih masuk pantry?"
"Mau renang, ya bikin kopi lah, Arga." sungguh, mood Yesya memang agak kacau setelah konferensi pers tadi. Makanya, balasannya pada Arga itu agak ketus.
"Yaelah, ditanya gitu aja balasannya sewot banget."
"Bukan sewot, lo nanya saat mood gue lagi nggak bagus."
"Harusnya happy everytime, kan udah jadi istri Pak Bos."
Mau balas apalagi, nggak mungkin Yesya jawab sejujurnya kalau pernikahan antara dirinya dan Leo tidak seserius dan semenyenangkan yang orang-orang kira.
Dan pada akhirnya, Yesya memilih segera menyelesaikan racikan kopinya dan keluar dari pantry. Sungguh, kesabaran Yesya itu bagaikan tissue yang dibelah menjadi 7 bagian untuk saat ini.
Yesya sedikit mempercepat langkahnya menuju ruangan Leo yang berada cukup jauh dari pantry.
Percayalah! dalam setiap langkahnya, Yesya selalu mendumel tidak jelas akibat banyak mata yang menatap penuh tanya ke arahnya. Tentu membuat Yesya merasa tidak nyaman.
Dan penyebab semua ini adalah Leo, laki-laki yang sejak kemarin resmi menyandang sebagai suaminya.
"Selamat pagi, Pak Leo!" sapa Yesya dengan senyuman selebar mungkin, setelah Leo mengizinkannya masuk ke ruangan tersebut.
"Taruh situ!" titahnya, sembari menunjuk sebuah meja set dengan sofanya.
"Okei, sekarang saya pergi."
"Tunggu!"
"Iya? Ada yang bisa saya bantu?" Yesya, gadis itu terus berusaha menetralkan emosinya.
Pasalnya, firasatnya mengatakan akan ada hal aneh yang akan terjadi pada dirinya akibat Leo.
"Bersihkan ruangan saya ya."
"Tapi, ruangan kamu 'kan sudah bersih."
Mendengar ucapan Yesya, Leo pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Benar saja, ruangan itu sudah bersih dan rapi.
Tapi entah mengapa, Leo justru mengambil segebok kertas hvs putih dari lacinya kemudian melemparnya secara random begitu saja hingga kertas-kertas itu menjadi berserakan.
"Kotor, bersihkan!" ujar Leo dengan entengnya.
Bayangkan apa yang akan kamu lakukan jika menjadi Yesya saat ini? Jangan, karena ini sangat menguji emosi.
Begitupun Yesya, wajah gadis itu nampak merah menahan amarah akan tingkah Leo saat ini. Apa maksudnya? itulah yang ada di pikiran Yesya sekarang.
"Lah, kocak! Lo tuh ya, dibaikin malah ngelunjak!" ujar Yesya yang sudah tidak mampu menahan amarahnya.
"Nggak sopan banget pake 'Lo-Gue'. Lagian, itu kan tugas kamu sebagai Office Girl. Jadi, ayo kerjakan." balas Leo.
Alih-alih melaksanakan perintah untuk membersihkan kertas yang berserakan itu, Yesya justru mengalungkan lengannya pada leher Leo dengan brutal.
"Kurang ajar, lo upil badak."
[16/9/2024]
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE We Just Meet
Romansa[FIKSI || SEMI BAKU] [16+] Siapa yang bisa mengira, janji dari mulut 2 anak kecil berusia 7 tahun dan 9 tahun, dikabulkan semesta? START: 5 April 2023 ©pcynk__21, April 2023 *terinspiransi dari drakor, buku, cerpen dll.. tp murni hasil karangan say...