Masih di hari yang sama, namun di waktu yang berbeda. Hari sudah mulai gelap, waktu yang tepat untuk segera merebahkan diri di kasur yang empuk sembari menyiapkan tubuh kembali di hari esok. Tapi berbeda dengan Yesya, di hari pertamanya bekerja dia sudah diharuskan lembur hingga saat ini oleh Leo, si CEO yang begitu menyebalkan menurutnya.
Bayangkan saja, Yesya harus melakukan berbagai hal yang bahkan seharusnya tidak ia kerjakan sebagai OG dari pagi hingga petang ini. Bahkan saat jam dinding di dapur telah menunjukkan pukul 20.00 WIB, Yesya masih sibuk berkutat di dapur membersihkan beberapa cangkir sendirian. Itu lantaran semua temannya sudah lebih dulu diperbolehkan pulang.
Sesekali Yesya melirik jam tangannya, hingga jam tangan itu menunjukkan pukul 21.00 WIB. Dan tepat, pekerjaannya telah selesai saat itu. Tanpa berpikir banyak lagi, ia segera membersihkan diri dan mengganti pakaian kerjannya dengan pakaian yang lebih santai. Persetan dengan CEO laki-laki itu, yang ia prioritaskan saat ini hanyalah segera tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah setelah seharian bekerja penuh.
"Akhirnya, selesai juga." gumam Yesya sembari merapikan jaketnya.
Selanjutnya, Yesya bergegas menuju parkiran untuk pergi dari kantor secepat mungkin. Ia tidak mau bertemu bosnya, alias Leo. Bisa panjang urusannya, begitu pikirnya dalam langkah menuju motor kesayangannya.
Yesya, gadis itu segera memakai helm dan bersiap melajukan motornya. Namun sialnya, motornya sama sekali tak bereaksi meskipun sudah berulang kali berusaha dinyalakan.
Bingung, satu kata yang dapat mewakili seluruh ekspresinya saat ini. Apalagi semua pekerja sudah pulang, hanya tersisa dirinya dan satu orang yang masih berada di kantor saat ini. Siapa lagi, kalo bukan Leo.
Haruskan, ia meminta bantuan Leo?
"NGGAKK!!" teriak Yesya, kala sepintas pemikiran meminta bantuan Leo terlintas di otaknya.
Yesya terus saja mendumel, menggumamkan berbagai kata-kata sembari berusaha memperbaiki motornya. Namun, semua usahanya tidak berbuah hasil yang bagus. Motornya tetap saja mati, dan kini ia memilih mendorong motornya sampai rumah sebelum malam makin larut. Pikirnya.
Namun saat baru beberapa langkah ia mendorong motornya, Yesya dikejutkan dengan sebuah mobil tesla hitam yang berhenti di sampingnya secara tiba-tiba.
"Kamu mau dorong motor itu sampai pulang?" suara berat yang khas itu masuk ke rungu Yesya, membuat gadis itu menoleh dan mendapati Leo menatapnya dari dalam mobil.
"Nggak lah, Pak. Gila kali saya, rumah saya aja masih jauh banget dari kantor." jawabnya kemudian.
"Lalu, mau bawa ke mana?"
"Ke sana!" Yesya, gadis itu berbohong seraya menunjuk sebuah bengkel motor di seberang jalan depan kantor. Padahal, ia sama sekali tak punya uang untuk membayar biaya servisnya nanti.
Leo, pria itu hanya manggut-manggut. Kemudian tanpa berkata apapun lagi, ia melajukan mobilnya. Bukan untuk meninggalkan area kantor, tetapi untuk memarkirkan mobilnya di depan Yesya.
Sementara itu, Yesya hanya bisa mematung sembari memperhatikan Leo yang berjalan ke arahnya saat ini. Tampak tampan dan juga penuh wibawa. Tubuh tinggi tegak, dada bidang yang membusung, kulit putih namun tidak seputih susu. Untuk kali ini, Yesya merasa ada kekaguman pada sosok Leo.
"Ayo, saya temani ke bengkel itu." Leo, pria itu tampak menawari bantuan.
"Hah?" balas Yesya, seolah tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar. Apalagi kata-kata itu keluar dari mulut Leo, bos yang membuatnya kewalahan di hari pertamanya bekerja.
Alih-alih menunggu respon Yesya lebih lama lagi, Leo justru mengambil alih motor Yesya dan segera menuntunnya menjauh dari Yesya yang saat ini hanya mematung.
Gawat! Yesya tidak punya uang, bagaimana ia akan membayar bengkelnya nanti? Itu yang membuat Yesya terkejut dan bingung sekaligus.
"Ais, bos sialan itu!"
Tanpa berpikir panjang lagi, Yesya segera berlari menyusul Leo secepat mungkin untuk menghentikan pria itu.
Namun nih, Leo ternyata sudah sampai bengkel itu dan motor Yesya kini sedanh ditangani oleh teknisinya.
Sembari menunggu motornya selesai diperbaiki, Yesya melihat sekitar untuk menemukan Leo yang saat ini entah ke mana. Hingga uluran tangan dengan segelas kopi hangat mengalihkan atensinya, membuatnya menoleh ke arah pemilik tangan itu.
"Minum!" Satu kata dari Leo, membuat Yesya menghentikan lamunanya.
Setelah memberikan segelas kopi hangat itu, Leo segera duduk di samping Yesya sembari meneguk kopi miliknya.
Tidak ada perbincangan lain setelah itu, keduanya hanya diam tanpa ada yang berniat membuka suara. Sementara itu, motor Yesya belum juga selesai diperbaiki.
Sungguh, situasi saat ini sangat canggung. Apalagi kala Yesya menyadari perubahan sikap Leo yang jauh berbeda ketika mereka berada di lingkup kantor.
Situasi canggung itu berlangsung cukup lama, sekitar satu jam lebih beberapa menit.
"Mbak, Mas, perbaikan sudah selesai. Bisa segera membayar di kasir, dan kami juga akan segera tutup." Ucap seorang teknisi, memberitahu Yesya bahwa motornya telah selesai diperbaiki.
Yesya, gadis itu lantas terlihat bingung perihal biaya service. Dengan langkah pelan dan helaan napas panjang, ia berjalan menuju kasir bengkel itu. Ia ragu untuk mengeluarkan dompetnya yang hanya berisi beberapa uang receh.
"Pakai ini saja." Itu suara Leo, pria itu mengscan kode barcode dan membayarnya melalui ponselnya.
Pembayaran selesai dan saat ini Leo maupun Yesya sudah keluar dari bengkel itu. Yesya masih merasa canggung, dan ia bermaksud untuk bertanya pada Leo perihal uang biaya service motornya.
"Untuk tadi, saya akan ambil dari potong gaji kamu bulan ini."
Ya! Belum sempat Yesya bertanya, Leo kembali membuat Yesya menarik kembali kekagumannya pada pria itu setelah pernyataan yang diucapkan Leo barusan.
Memang, sekali menyebalkan akan tetap menyebalkan selamanya. Itulah yang pantas untuk pria seperti Leo.
Daripada meladeni perkataan bosnya semakin banyak dan hanya berakhir dirinya tak kunjung pulang, Yesya berniat segera pulang. Gadis itu segera memakai helmnya dan berniat melajukan motornya, namun niatnya terhenti kala Leo berdeham pelan.
"Yesya."
"Iya, Pak?" Balas Yesya seadanya.
"Saya sudah antar kamu ke bengkel, saya juga membayar biayanya dulu."
"Ya, terus? Kan tadi bapak bilang, potong gaji. Yaudah, terserah bapak."
"Antar saya kembali ke kantor, mobil saya masih di sana."
Yesya, gadis itu benar-benar tak habis pikir dengan perilaku bosnya satu ini. Namun akhirnya, dia memberikan tumpangan untuk mengantar Leo kembali ke kantor. Walau jarak kantor dengan bengkel hanya berseberangan.
Tapi ini semua hanya untuk balas budi, pikir Yesya kala itu.
Tidak butuh waktu lama, Yesya dan Leo sudah sampai di kantor kembali. Dan tanpa berniat mengatakan apapun lagi, Yesya segera memutar balik motornya dan berniat segera pulang.
Dan lagi-lagi, dehaman pelan Leo menghentikan niatnya.
"Yesya, ayo menikah."
[9/3/2024]
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE We Just Meet
Romance[FIKSI || SEMI BAKU] [16+] Siapa yang bisa mengira, janji dari mulut 2 anak kecil berusia 7 tahun dan 9 tahun, dikabulkan semesta? START: 5 April 2023 ©pcynk__21, April 2023 *terinspiransi dari drakor, buku, cerpen dll.. tp murni hasil karangan say...