#O8. Selamat Malam

7 4 0
                                    

"Saya?" ujar Leo yang tampak berusaha melepas kancing kemejanya dalam beberapa detik kemudian. Membuat Yesya berusaha menelan salivanya.

Melihat wajah Yesya pun membuat Leo menyeringai tipis. Entah mengapa, wajah di hadapannya ini terlihat lucu ketika ketakutan baginya. Bahkan dalam sekejap saja, terlintas ide absurd untuk menggoda Yesya dalam pikirannya yang sejatinya sudah lelah setelah cukup lama menemui beberapa tamu undangan seharian ini.

"Malam ini, saya tidur di sini. Bukankah ini malam pertama pengantin?" godanya pada Yesya dengan tubuh yang sedikit condong ke arah Yesya yang kini seolah terpaku di dinding kamar itu.

"Maksud, bapak?"

"Bapak?" Leo, pria membalikkan pertanyaan diiringi sebuah decakan kecil dari bibirnya.

"Ya, terus? kan kamu bos, nanti kamu bilang nggak sopan."

Yesya, wanita itu kini semakin berusaha menetralisir degup jantungnya yang semakin tidak karuan. Apalagi kini kancing kemeja Leo sudah terbuka sempurna, hingga memperlihatkan sebagian kecil di baliknya.

"Justru, panggil suami pakai sebutan bapak itu sangat tidak sopan." balas Leo dengan enteng.

"Eh- eh? maksudnya apa nih? kan bilangnya nikahnya nggak beneran, orang cuma sampe situ ketemu sahabat kecilnya." ujar Yesya, yang kini malah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Seolah menutupi sesuatu yang paling berharga di sana.

"Nggak tuh, orang tadi aja udah sah. Kamu lihat juga, penghulu bilang apa? bahkan ibu kamu udah percayakan kamu sepenuhnya tuh ke saya." balas Leo, yang kini sudah semakin banyak terlintas ide jahil untuk menggoda lawan bicaranya yang terlihat berusaha mencerna kata-katanya.

"Jadi, kita nikah beneran?"

Leo, pria itu hanya mengangguk sembari tersenyum tipis-tipis. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, tapi melihat Yesya dengan raut seperti ini membuatnya merasa sedikit lebih baik untuk menghilangkan rasa stresnya. Ya, anggap saja Leo sudah gila karena ini.

Sementara itu, Yesya terlihat semakin memperkuat dekapan tangannya pada dadanya sendiri. Kemudian berlari, menjauh dari Leo. Bahkan jika bisa, dia akan keluar dari kamar itu. Tapi nihil, ternyata Leo sudah menguncinya dan entah berada di mana kunci kamar itu.

"Mau ke mana?" goda Leo, untuk kesekian kalinya.

"Takut."

Sekarang, giliran Leo yang terlihat keheranan setelah mendengar kata 'takut' dari mulut Yesya.

"Takut apa?"

"Kita kan nikahnya beneran, berarti kamu minta jatah dong? takut ih, takut loh diunboxing pak Leo!" teriak Yesya di akhir kalimatnya.

Mendengar perkataan Yesya yang demikian, tentu membuat Leo mengusap wajahnya kasar. Leo pikir, Yesya cukup dewasa untuk menanggapi kejahilannya malam ini. Ternyata Yesya sangat jauh dari ekspektasinya. Buru-buru ia membekap mulut Yesya, sebelum wanita itu kembali berteriak yang tidak-tidak.

"Eh, sya! gila kamu." ujar Leo kemudian.

"Jadi gini, malam ini kita cuma tidur bareng. Tidur bareng yang dalam artian cuma tidur aja, nggak lebih. Karena malam ini, keluarga saya akan menginap dan mereka akan tiba di sini sebentar lagi." Leo, pria itu mencoba menjelaskan pada Yesya dengan tetap membekap mulut wanita itu.

"Nggak mungkin, kalau malam ini kita tidur terpisah. Mereka tidak akan percaya dengan pernikahan ini nantinya dan akan tetap melanjutkan pernikahan saya dengan wanita itu. Tolong saya, sya." tambahnya, yang kemudian melepas bekapannya pada mulut Yesya.

"Tapi takut loh diapa-apain om Leo." kali ini, Yesya yang berganti menggoda Leo hingga membuat pria itu mengusap kasar wajahnya.

"Nggak akan, lagian kamu bukan tipe saya. Udah-udah, saya mandi dulu." balas Leo yang kemudian berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan Yesya yang kini hanya terpaku menatap seluruh isi ruangan ini. Semuanya terlihat mewah nan elegan, sangat mengagumkan.

Cukup lama, Yesya mengagumi interior ruangan itu dengan seksama hingga sosok hanya dengan balutan handuk yang menutupi bagian bawah mengejutkannya secara tiba-tiba.

Membuat Yesya segera menutup kedua matanya, namun ia masih saja mencuri kesempatan untuk mengintipnya.

"Astaga! Pak Leo! Nggak baik tahu kayak gitu di depan saya yang masih gadis."

"Gadis? lah kamu 'kan udah jadi istri saya. udah nggak usah bohong, kamu suka 'kan lihatnya."

"E eh? apaan sih, nggak tuh." elak Yesya, yang kemudian berjalan kikuk menuju kamar mandi.

"Mandi yang bersih, bau apek tuh badan kamu." goda Leo, yang kini sedang mengeringkan rambutnya.

"Enak aja, wangi gini dibilang bau apek." teriak Yesya di balik pintu kamar mandi.

Baru saja beberapa detik memasuki kamar mandi, kepala Yesya kembali mencul keluar pintu. Hal itu jelas mengagetkan Leo.

"Sya, apa lagi sih?"

Si empu hanya menyengir, kemudian berkata, "Saya nanti pake baju apa?"

"Udah mandi aja dulu, nanti saya siapin." balas Leo, yang akhirnya membuat Yesya kembali menutup pintu kamar mandi.

Tak berselang lama, Yesya sudah selesai mandi dengan tubuhnya yang hanya berbalut bathrobe. Ia pun berjalan menuju kasur setelah netranya mendapati sepasang piyama motif doraemon di sana.

"Saya pakai ini, pak?"

"Ya." balas Leo, yang kini sibuk dengan ponselnya.

"Duh, padahal saya lebih suka motif marvel."

"Pake aja apa yang ada, terus tidur."

"Keluarga Pak Leo? Nggak ditemuin dulu?"

"Biarin aja, yang penting mereka tahunya malam ini kita beneran tidur bareng."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Yesya lebih memilih segera membawa setelan piyama itu menuju ke kamar mandi dan segera mengganti bathrobenya dengan piyama tersebut.

Ketika selesai, Yesya kembali menuju kasur dengan niat untuk segera merebahkan tubuhnya yang sudah lelah setelah seharian bertemu cukup banyak manusia yang sangat menguras energinya secepat kilat.

Namun niat itu urung ia lakukan, saat notifikasi terkait salah satu idola kpop favoritnya melakukan siaran langsung di instagram. Dengan cepat, ia membuka instagram miliknya untuk melihat siaran langsung idol kpop tersebut.

Selama menonton siaran langsung tersebut, Yesya terus saja histeris untuk meluapkan kekagumannya. Dari menggunakan bahasa Indonesia hingga bahasa Korea. Hal ini jelas membuat Leo merasa terganggu, pria itu bahkan mengambil ponsel Yesya secara paksa hingga membuat si empu menatap tajam ke arahnya.

"Apaan sih?"

"Hpnya udahan, pusing saya dengernya. Kalau mau lihat lagi, jangan berisik. Suara kamu itu kayak tokek kejepit."

"Nggak berisik, nggak seru dong! Mana itu lagi seru-serunya! Chanyeol EXO lagi main gitar tahu." balas Yesya, sembari berusaha mengambil alih ponselnya dari tangan Leo.

Sementara itu, Leo kembali berniat jahil setelah melihat ekspresi lucu Yesya. Alih-alih memberikan ponsel Yesya, Leo justru memeluk tubuh wanita itu kemudian membawanya untuk segera tidur. Tak lupa, ia juga mematikan lampu kamar itu menggunakan remot kontrol, dan hanya menyisakan cahaya dari lampu tidur di atas nakas. Pria itu bahkan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, yang kini hanya menyisakan bagian kepala mereka.

"Kok gini?"

"Udah diem, tidur aja. Pasti capek 'kan, hm?" balas Leo, yang kini sudah menutup matanya.

Yesya, wanita hanya terdiam mencerna sepenggal kalimat Leo tersebut. Ia masih tak percaya dengan semua yang telah terjadi pada dirinya hari ini.

"Urusan besok, biar besok aja. Nggak ada yang perlu dicemaskan." ucap Leo lagi dengan mata yang sudah tertutup. "Good night." sambungnya kemudian.

"Good night." balas Yesya.

[23/6/2024]

LIKE We Just MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang