#O6. Restu

14 13 0
                                    

"Lusa, saya akan urus semuanya."

Mata Yesya terbelalak begitu lebar kala mendengar kata 'lusa' yang mengalun dari mulut Leo dengan begitu lancar. Oh ayolah! apakah ada pernikahan yang bisa siap secepat itu? tapi, bukankah ini hanya pernikahan sementara? tapi juga, manamungkin bisa secepat itu meski hanya pernikahan sementara?

Ada begitu banyak 'tapi' dalam pemikiran Yesya saat ini hanya karena mendengar kata 'lusa' dari mulut Leo yang terdengar sangat abstrak di telinganya.

Meskipun Yesya dalam keadaan sibuk dengan segala pemikirannya akan pernikahan mendadak ini, itu tidak berlangsung lama lantaran ada jari-jemari yang bertaut dengan miliknya secara tiba-tiba.

"Ikut saya." itu Leo, laki-laki itu berkata sembari menarik Yesya untuk mengikuti arah langkahnya.

"Ke mana?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Yesya, Leo hanya tersenyum tipis yang kemudian menelepon seseorang sembari masih terus berjalan menuju buggy car yang sudah terpakir tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.

Leo kemudian mengendarai buggy car tersebut menuju mobilnya yang berada di parkiran tanpa sepatah kata pun. Bahkan hingga mengendarai mobilnya untuk menuju entah ke mana saat ini pun, laki-laki itu tetap diam tanpa sepatah kata yang keluar. Hal ini tentu menciptakan suatu keheningan yang sangat pekat.

"Mobil box gue?!" cetus Yesya sembari memegangi kepalanya, saat ia teringat mobil boxnya masih di tempat parkir area golf tadi.

"Kamu bawa mobil?" tanya Leo sembari terus mengemudi.

Yesya mengangguk untuk meresponnya, "Gimana dong?" tanyanya kemudian dengan menatap Leo yang masih sibuk mengemudi.

"Saya akan suruh orang buat antar mobil kamu ke rumah, kirim alamat rumah kamu."

"Udah, awas jangan macem-macem!"

"Orang mau macem-macem pasti pilih-pilih target dulu, kamu ditargetin? Nggak ada benefitnya." balas Leo secara enteng.

"Enak aja! kalau diibaratin buah nih ya, gue itu lagi ranum-ranumnya."

Sekon kemudian, setelah Yesya mengatakan kalimatnya tadi. Yesya dibuat terkejut lantaran Leo tiba-tiba saja mencondongkan diri ke arahnya, membuat jantung Yesya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Apa iya?" Leo, pria itu menunjukkan smirk-nya yang lantas membuat Yesya hanya mengedipkan matanya berulang-kali.

Kecanggungan pun akhirnya menyelimuti perjalanan mereka selanjutnya. Dengan Yesya yang hanya memilih melihat ke arah jalanan dari balik jendela mobil, dan Leo yang hanya fokus pada jalanan maupun kemudi. Keadaan ini pun berlangsung hingga mereka tiba di suatu tempat.

"Turun atau tetap di sini." cetusnya yang tidak terdengar seperti sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang mengintimidasi dan itu membuat Yesya bingung untuk mencernanya.

"Ini di mana?"

"Rumah orang tua saya, setelah ini ke rumah orang tua kamu."

"Buat apa?"

Alih-alih menjawab, Leo justru melenggang begitu saja meninggalkan Yesya yang masih kebingungan dengan segudang pertanyaan tak terjawab di kepalanya.

Pada akhirnya, Yesya hanya pasrah mengikuti arah langkah Leo memasuki rumah besar nan mewah yang ada di hadapannya saat ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIKE We Just MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang