Sebulan kemudian, kondisi Shiho sudah jauh lebih baik. Nafsu makan dan kualitas tidurnya juga membaik, berkat Takaaki yang hampir setiap malam berkunjung sembari melanjutkan ceritanya untuk menenangkan Shiho sebelum tidur. Ia sudah lepas total dari selang oksigen dan infusnya. Sesekali juga sudah bisa berjalan-jalan kecil di dalam kamar. Bekas lebamnya semakin memudar dan Takaaki sudah melihat wajahnya semakin mirip di foto yang dikirimkan oleh Hiromitsu.
"Ck! Kau gila apa Komei!" seru Yamato Kansuke di koridor rumah sakit saat dirinya dan Takaaki sedang dalam perjalanan ke ruang perawatan Shiho, "untuk apa kau sampai mempertaruhkan jabatanmu demi wanita itu?! Kau kan ahli strategi masa kau tidak tahu taktik wanita cantik?! Bisa saja dia hanya pura-pura baik tapi sebenarnya ular seperti yang diduga oleh Furuya!"
"Pelankan suaramu Kansuke!" desis Takaaki.
Shiho sendiri dari dalam kamarnya, telah mendengar suara keributan itu.
"Biarkan saja! Biar wanita itu dengar!"
"Kansuke!"
"Astaga Komei! Kenapa kau sepertinya bodoh sekali kali ini! Yang di rahimnya itu, belum tentu darah daging Hiromitsu! Bisa siapa saja! Kita tidak tahu bagaimana kehidupannya di organisasi!"
"Hentikan Kansuke!" Takaaki berseru lebih tegas.
Yamato akhirnya diam.
"Aku hanya ingin menepati janjiku terhadap Hiromitsu. Bayi siapapun itu, milik Hiromitsu atau bukan, dia tetap makhluk hidup. Miyano-San merupakan satu-satunya saksi penting yang bisa menghubungkan kita dengan organisasi itu. Jadi dia berhak untuk mendapatkan perlindungan. Kita tidak akan dapat apa-apa bila menyiksanya seperti binatang. Dia manusia, Kansuke."
"Aku bukannya membenarkan penyiksaan Furuya. Tapi bukan berarti aku mendukung sikap baikmu yang berlebihan terhadapnya, sampai kau menjaminnya dengan lencanamu Komei!"
"Aku tahu apa yang kulakukan. Apapun resikonya, akan menjadi tanggung jawabku."
Yamato mendengus, "ya ya baiklah, terserah kau saja!"
Takaaki menenangkan dirinya sesaat sebelum melangkah memasuki kamar perawatan Shiho sementara Yamato menunggu di luar.
"Miyano-San," panggil Takaaki sopan seperti biasa.
"Inspektur Morofushi," balas Shiho duduk tegak di pembaringannya.
"Ada kabar untukmu."
"Kabar apa?"
"Tiga hari lagi kau diijinkan pulang dari rumah sakit."
"Pulang? Aku tak punya tempat untuk pulang."
"Untuk sementara kau akan dilindungi di rumahku di Nagano. Aku, Inspektur Yamato dan Inspektur Uehara akan berjaga bergantian."
Shiho menunduk seraya termenung sejenak sebelum berkata pelan, "aku menolaknya, Inspektur Morofushi."
"Nani?"
"Tempatkan aku saja di tempat yang seharusnya, yaitu penjara."
"Dikhawatirkan penjara tidak aman untukmu. Organisasi itu bisa mengutus siapa saja untuk membunuhmu di sana."
"Aku akan aman di sel untukku sendiri."
"Miyano-San..."
"Kau sudah baik kepadaku selama ini, tolong jangan persulit dirimu sendiri demi aku, Inspektur. Aku tidak berharga untuk dibela," ucap Shiho gemetar.
"Kau mendengarnya?"
"Keributan itu? Ya, aku dengar semuanya," Shiho menatap Takaaki dengan mata indah yang berkaca-kaca, "jangan percaya padaku, Inspektur Morofushi. Temanmu benar, belum tentu anak ini adalah anak Hiromitsu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Protector
FanfictionGak tahu kenapa belum ada mood bikin Shinichi-Shiho. Mungkin lagi kurang inspirasi, mungkin juga lagi kebanyakan nonton dan baca literasi China dan kalau udah hubungannya sama China lebih terkoneksinya sama Morofushi Takaaki. Dan hal yang menyenang...