Chapter 8

172 18 0
                                    



Shiho menatap pemandangan di luar melalui jendela kamarnya dan menyadari musim gugur telah tiba. Ia pernah dengar pemandangan di Danau Karuizawa sangat indah. Namun sayang meski ia sudah berada di sini, ia tidak berkesempatan untuk keluar jalan-jalan menikmati keindahannya.

Kondisinya semakin baik. Shiho sudah bisa turun dari ranjang untuk berjalan-jalan di sekitar rumah tanpa sempoyongan. Kandungannya mulai memasuki bulan tujuh dan berdasarkan hasil USG, bayinya berjenis kelamin perempuan. Shiho memandang foto hasil USG nya setiap malam dengan penuh kerinduan. Walau situasinya tidak menyenangkan karena ia dalam persembunyian, ia tetap tidak sabar ingin menggendong putrinya.

"Kau mau keluar jalan-jalan?" tanya Takaaki di ambang pintu kamar yang terbuka.

Shiho menoleh padanya, "bolehkah?"

"Villa ini dikelilingi pagar kayu tinggi yang rapat dan tidak kelihatan dari luar. Jadi tidak masalah bila hanya duduk di kursi halaman depan. Kau pasti ingin menghirup udara segar sesekali."

"Eh," Shiho mengangguk menerima tawaran itu.

"Hawanya dingin, sebaiknya kau mengenakan mantel."

"Eh," sahut Shiho seraya berdiri untuk mengambil mantel di lemarinya dan mengenakannya bersiap jalan keluar, namun ia bingung saat Takaaki masih tertegun di sana, "nani?" tanyanya.

Takaaki melihat sebuah syal tergantung di pintu bagian dalam lemari. Ia mengambil sehelai dan mengenakannya ke leher Shiho, "sebaiknya kau mengenakan ini juga, suhunya 8 derajat."

"E-eh..." gumam Shiho dengan wajah merona, namun untungnya tertutup oleh syal tebalnya.

"Iko..." ajak Takaaki seraya menawarkan lengannya.

"Uhm..." Shiho pun menggamit lengan Takaaki agar jalannya lebih stabil.

Sampai di halaman, mereka duduk di kursi kayu panjang. Shiho menarik napas dalam-dalam, menengadahkan wajahnya menghadap langit. Rasanya sudah lama ia tidak menghirup udara luar seperti ini. Selama tujuh bulanan ini, ia selalu terkurung di dalam rumah. Ia sungguh menyukai pemandangan Karuizawa. Meski dibatasi oleh pagar kayu tinggi, tapi Shiho masih bisa melihat pohon-pohon rindang yang lebih tinggi, daunya lebat berwarna-warni dan sedang berguguran. Warna daun-daun itu selaras dengan kemerahan rambut Shiho.

"Sumimasen..." gumam Takaaki saat mengambil selembar daun kering yang jatuh ke rambut Shiho.

"Oh..." wajah Shiho lagi-lagi merona.

"Sensei bilang, bayimu perempuan?" Takaaki memulai percakapan.

"Eh," Shiho mengiakan seraya membelai perutnya penuh sayang.

"Sudah kau pikirkan untuk namanya?"

"Uhm," Shiho mengangguk, "aku ingin memberinya nama Ai."

"Ai?"

"Eh, Ai dari kata 'cinta,' agar kelak dia dicintai oleh semua orang, tidak seperti diriku," ucapnya seraya menundukkan pandangannya dengan sendu.

"Shiho..."

"Morofushi-San..." panggil Shiho menerawang.

"Nani?"

"Bila tidak merepotkan, boleh aku minta bantuanmu sekali lagi?"

"Kau ingin apa?"

Shiho memandangnya penuh arti, "setelah bayi ini lahir, tolong adopsi dia."

The ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang