Scotch dan Sherry terus berlari sembari membawa pistol di tangan mereka. Sesekali mereka beradu punggung untuk menghadapi serangan dari para anggota organisasi yang mengejar mereka. Mereka terus berlari di pelabuhan, diantara tumpukan peti-peti kemas, hingga akhirnya tak terhindarkan lagi.
"Awas Shiho!" Hiromitsu memeluk Shiho, hingga tubuh mereka berdua sama-sama jatuh di aspal.
Duar! Duar! Duar!
Tiga tembakan itu melukai bagian vital Hiromitsu.
"Hiro!" Shiho tersentak kaget.
Nguuunggg! Terdengar suara perahu patrol mendekat, "sepertinya tadi ada suara tembakan," kata para polisi patroli laut yang mendekat.
"Cih! Sial! Kita pergi dari sini!" seru Gin seraya pergi bersama anak buahnya.
"Hiro bertahanlah!" pinta Shiho dengan air mata berlinangan.
"Ingat... cari kakakku... Morofushi Takaaki..."
"Kita akan mencarinya bersama," isak Shiho.
Dengan tangan gemetar, Hiromitsu memegang tangan Shiho yang mengenakan gelang pemberiannya, "dia... tahu... dia... akan melindungimu..." kemudian ia menutup matanya selamanya.
"Hiromitsu! Tidaaak!!!" Shiho memeluknya seraya menangis hingga tak sadarkan diri.
Ketika ia sadar, ia sudah berada di ruang penyiksaan itu.
***
Mimpi itu terus berulang. Pelariannya yang gagal bersama Scotch alias Hiromitsu. Lalu penyiksaan-penyiksaan yang diterimanya di PSB. Kemudian samar-samar sebelum ia hilang kesadaran, ada suara-suara lain, seseorang membungkusnya dengan kain tebal, entah selimut atau mantel, lalu tubuhnya seperti melayang. Seseorang mendekapnya, membawanya pergi, ia tidak tahu siapa, tapi matanya seperti mata Hiromitsu. Mungkinkah itu Hiromitsu? Kekasihnya ternyata belum tewas?
Shiho tidak bisa membuka mata. Matanya bengkak dan terasa sakit bila ia berusaha untuk membukanya. Ia tidak tahu ia berada di mana dan sudah berlalu berapa hari. Terkadang tidurnya tenang, tapi lebih sering gelisah. Ia merasa ngilu dan kesakitan serta ia merasa sepertinya dirinya muntah. Sayup-sayup ia mendengar percakapan, ia merasakan ada seseorang yang membasuh bibirnya dengan kapas atau handuk basah. Ada yang menyuapinya dengan air putih hangat. Ia tidak ingat siapa, dokter kah? Atau suster? Tapi Shiho pernah membuka celah matanya sedikit, ia seperti melihat tangan mengenakan gelang yang sama dengannya. Gelang pemberian Hiromitsu, hanya saja gelang itu berwarna putih.
Mimpi dan ingatan-ingatan itu membuatnya terkesiap. Ia akhirnya sadar sepenuhnya. Meski masih sedikit nyeri, tapi kini ia bisa membuka matanya. Bengkaknya telah mengempis sedikit. Lalu ia melihat mata itu, mata tajam yang memandangnya dengan cemas. Mata yang mirip dengan Hiromitsu.
"Miyano-San?" panggil Takaaki pelan.
"D...dare...?" tanya Shiho lemah.
"Aku Morofushi Takaaki, senior detektif kepolisian pusat Nagano," Takaaki memperkenalkan diri.
"M-Morofushi... Takaaki?"
"Eh, aku kakaknya Scotch alias Hiromitsu."
Mata Shiho tampak berkaca-kaca, "Hiro... memintaku... untuk mencarimu..."
"Aku minta maaf karena tidak cukup cepat. PSB mendahuluiku sehingga semua ini terjadi padamu," ucap Takaaki sungguh-sungguh menyesal.
Kemudian Shiho seperti teringat sesuatu, ia menyentuh perutnya.
Takaaki yang mengerti gesture tersebut langsung berucap, "janinnya baik-baik saja, kandunganmu kuat."
Shiho memejamkan matanya, tampak mendesah lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Protector
FanfictionGak tahu kenapa belum ada mood bikin Shinichi-Shiho. Mungkin lagi kurang inspirasi, mungkin juga lagi kebanyakan nonton dan baca literasi China dan kalau udah hubungannya sama China lebih terkoneksinya sama Morofushi Takaaki. Dan hal yang menyenang...