Shiho sedang membaca buku malam itu ketika ia merasa ada bayangan-bayangan berkelebat di gorden kamarnya.
Pranggg! Bayangan itu memecahkan kaca menembus kamarnya.
Shiho kaget namun terlalu tegang untuk bergerak.
Buuuk! Sebuah tongkat menggebuk lengan dan punggung penyusup itu sebelum menyentuh Shiho.
"Lari!" seru Yamato kasar.
Shiho pun beranjak dari kasur untuk keluar kamar sementara Yamato masih menghadapi para penyusup berbaju hitam yang menyusul masuk. Saat keluar kamar, Shiho terkesiap karena kembali menghadapi seorang penyusup yang menodongkan pistol kepadanya dari balik koridor.
Duar!
Yui menembak penyusup itu tepat pada waktunya.
Prang! Prang! Prang! Jendela di ruang tamu pecah ketika para penyusup menyerang lagi. Yui dan Shiho terkepung.
Sebuah lengan menghadang di depan Shiho. Takaaki berdiri di depan Shiho dengan tangan kiri merengkuh Shiho di belakangnya dan tangan kanan memegang pistol. Segera saja rumah menjadi bising saat terjadi hujan peluru.
Duar! Duar! Duar!
Takaaki membawa Shiho ke sudut dan mendudukkannya di lantai, "tetap di sini!" katanya kemudian ia menendang sofa hingga terbalik untuk menghalangi Shiho, membuatnya menjadi pelindung.
Beberapa petugas polisi yang selama ini menyamar menjadi tetangga mulai berdatangan untuk memberikan bala bantuan. Rumah-rumah tetangga beberapa juga mulai menyalakan lampu karena keributan yang terdengar. Satu per satu para penyusup berhasil dilumpuhkan. Yamato mempertahankan satu yang masih hidup.
"Katakan! Siapa bosmu!" geram Yamato sambil mencengkram kerah baju salah satu penyusup yang telah berhasil dibuka kedoknya.
Penyusup itu tidak menjawab, mendadak ia muntah darah sebelum tewas.
"Cih!" Yamato melempar jasadnya ke lantai.
Takaaki memeriksa mulutnya, "mereka menyisipkan sebuah kapsul racun di antara gigi dan gusi. Bila dipaksa harus bicara, mereka akan menggigitnya dan menelan racunnya untuk bunuh diri."
"Telpon kantor dan beritahukan hal ini Yui!" perintah Yamato.
"Haik!" Yui menyahut sigap.
"Shiho?!" Takaaki baru teringat, ia menyingkirkan sofa dan menemukan Shiho duduk meringkuk di sudut tembok seraya memeluk dirinya sendiri. Tampak takut dan gemetaran. Perlahan Takaaki mendekatinya dan berlutut di hadapannya, "Shiho..."
Shiho tersentak dan semakin gemetaran.
"Ini aku Takaaki... Kemarilah... sudah tidak apa-apa..." pintanya lembut.
Lambat-lambat Shiho mengangkat wajahnya yang pucat dan basah karena air mata. Ia tampak bingung dan terguncang.
"Sini... tidak apa-apa... mereka sudah pergi..." Takaaki memeluknya dan bisa merasakan tubuh Shiho yang masih gemetar hebat.
"M-mreka... d-datang..." bisik Shiho kalut.
"Kau aman Shiho... kau aman... aku di sini..." Takaaki balas berbisik sembari menepuk lunak punggung Shiho untuk menenangkannya.
Terdengar Shiho mengeluh sedikit sebelum tidak sadarkan diri.
"Shiho?!" Takaaki melihat Shiho mengalami pendarahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Protector
FanfictionGak tahu kenapa belum ada mood bikin Shinichi-Shiho. Mungkin lagi kurang inspirasi, mungkin juga lagi kebanyakan nonton dan baca literasi China dan kalau udah hubungannya sama China lebih terkoneksinya sama Morofushi Takaaki. Dan hal yang menyenang...