Epilogue

236 13 13
                                    


"Onee-chan, ini kapan tumbuhnya? Kan kita sudah siram setiap hari, tapi masih setinggi ini saja," tanya Morofushi Hiroyuki yang baru berusia tiga tahun saat itu. Pagi hari Minggu itu, ia sedang menemani Ai menyiram bunga.

"Sabar Hiro-Chan, kalau tumbuhnya pelan-pelan nanti bunganya akan lebih cantik dan mekarnya lebih lama," kata Ai.

"Oh begitu..."

"Eh..."

Mereka lanjut menyiram bunga lagi.

Takaaki dan Shiho yang duduk di pinggir halaman, mengawasi interaksi dua anak itu sambil senyum-senyum.

"Ehh... Ai-Chan sekarang sudah kalem ya sejak jadi onee-chan..." gumam Shiho cerah.

"Eh, strategi yang tepat memberinya seorang adik," timpal Takaaki.

"Dua," Shiho mengingatkan sambil membelai perutnya yang berusia lima bulan. Calon anak ketiga.

"Oh iya dua," gumam Takaaki seraya ikut membelai perut Shiho dan memberinya kecupan di kening.

Pandangan mereka kembali ke kedua bocah yang menyiram tanaman itu. Hiroyuki benar-benar cetakan ayahnya versi kecil. Tinggal tambah kumis saja, atau Takaaki yang menghilangkan kumisnya, mereka sudah seperti kembar beda era. Berbeda dengan Ai yang tsundere, Hiroyuki benar-benar kalem seperti Takaaki. Bocah cerdas yang suka mengamati dalam diam.

"Itu bunga bluebell, cuma ada di Inggris..." terdengar Ai bercerita.

"Onee-chan pernah ke Inggris?"

"Pernah dulu sama Otosan Okasan."

"Hiro juga mau pergi ke sana..." ucap Hiroyuki penuh harap.

"Nah loh, sebentar lagi ada yang minta liburan," kata Shiho saat mendengar komunikasi mereka.

"Boleh saja setelah kau melahirkan nanti."

"Benar?"

"Eh."

Shiho tersenyum, Takaaki selalu menyetujui apapun selama untuk kebaikan keluarga. Mendadak Shiho teringat sesuatu, "oh ya Anata..."

"Nani?"

"Dulu kan kau pernah bilang ada tempat indah yang membuat kita merasa waktu seolah berhenti... Tempat yang membuat kita melupakan diri sendiri... Tempat yang seperti rumah. Itu sebenarnya di mana? Mengapa kita tidak mengajak anak-anak pergi saja ke sana?"

Takaaki nyengir geli mendengar pertanyaan istrinya itu, "Shiho-Chan, kita sudah tiga tahun menikah dan mau punya anak ketiga. Kau belum tahu maksud dari perkataanku itu?"

"Eh?" Shiho mengerjap tidak mengerti.

Takaaki menatap lembut istrinya, "tempat indah itu adalah dirimu Shiho."

"Hah?"

Takaaki mendekap istrinya, "kau yang membuat waktu seolah berhenti..." kemudian ia teringat ketika ia membawa Shiho pergi dari ruang penyiksaan itu dengan penuh amarah, "kau yang membuatku melupakan diriku sendiri... dan kau yang membuatku menemukan rumah... Waktu itu aku kira aku tidak akan pernah sampai ke sana dan ketika aku telah sampai di sana, rasanya juga masih seperti mimpi..." ia mengecup bahu Shiho.

Wajah Shiho merona, "ternyata kau tidak hanya ahli di peperangan, tapi juga di kata-kata manis..." plus ranjang... tambah Shiho dalam hati.

Takaaki hanya terkekeh sambil menimang istrinya.

"Otosan! Okasan!" Ai dan Hiroyuki berlari ke arah mereka.

"Ai sudah siram semua bunganya!" kata Ai.

"Eh bagus sekali. Arigatou Ai-Chan..." kata Shiho.

"Okasan, Hiro mau ke Inggris, mau lihat bluebell..." kata Hiro.

"Ah tidak mau. Ai sudah ke sana, Ai mau lihat aurora saja di Norwegia, boleh ya Otosan?" ia memandang Takaaki penuh harap.

"Tapi Hiro kan belum ke Inggris," Hiroyuki merajuk.

"Masa ke Inggris lagi?" Ai tak mau kalah.

"Eh sudah sudah..." Shiho melerai.

Ai dan Hiroyuki terus berebut bicara.

"Satu-satu Ai... Hiro..." pinta Takaaki seraya memisahkan mereka dengan memangku Ai sementara Shiho meraih Hiroyuki sebelum terjadi pertumpahan darah. Kadang-kadang pertengkaran diantara mereka memang tidak terhindarkan.

"Hiro kan juga mau ke tempat kelahiran Elena Obaa-chan..." Hiroyuki masih berharap.

"Iya iya Hiro-Chan... Nanti kita pergi ke sana..." ujar Shiho sabar seraya mengusap peluh di wajah anak itu.

"Tapi aurora kan lebih bagus daripada bluebell..." Ai masih ngotot.

"Ai-Chan... sudah dong..." pinta Takaaki sambil mengecup ubun-ubun Ai.

Takaaki dan Shiho pun mulai repot menenangkan kedua anak itu hingga menjelang jam makan siang. Rumah keluarga Morofushi yang biasanya senyap setelah tewasnya pasangan senior Morofushi bertahun-tahun lalu, kini kembali terisi oleh kehidupan.

The ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang