Chapter 1

254 19 0
                                    


Morofushi Takaaki memandangi wanita itu melalui jendela kamar rumah sakit. Sherry alias Miyano Shiho yang kini terbaring kritis di ruang ICU. Keamanannya dijaga dengan ketat, tim medis yang keluar masuk harus orang yang sama.

"Inspektur Morofushi?" panggil Kazami agak takut-takut namun sopan.

Takaaki memandangnya, "di mana Furuya-San?"

"Dia sudah menunggu Anda," kata Kazami.

Takaaki berlalu pergi dan menemui Furuya Rei yang sudah menunggu di balkon paling atas gedung rumah sakit. Sampai di sana, dua pria itu saling memandang dalam diam. Rei berusaha untuk tidak terintimidasi akan tatapan dingin Takaaki. Ia tahu dalam ketenangan Komei dari Nagano itu, ada tersimpan kemarahan, kemurkaan dan kekecewaan.

"Inspektur Morofushi," panggil Rei datar namun berusaha terlihat sopan di hadapan kakak sahabat dekatnya.

"Jadi begitu cara PSB menangani saksi?" tanya Takaaki dingin.

"Dia membunuh Hiromitsu."

"Ada buktinya?"

"Dia ditemukan pingsan di sebelah Hiromitsu yang tewas. Tangannya memegang senjata yang memiliki jenis peluru yang sama di tubuh Hiromitsu."

"Hanya sebatas itu kemampuanmu Furuya-San?"

Rei mengernyit, "nani?"

"Selama belasan tahun sepak terjangmu, begitu mudahnya kau mengambil deduksi? Kurasa kita semua tahu, organisasi itu memiliki jenis senjata standar untuk para anggotanya. Jadi, Hiromitsu bisa ditembak oleh siapa saja dari anggota organisasi dan menjebak Miyano-San sebagai pelakunya."

"PSB punya cara sendiri untuk mengorek keterangan saksi."

"Dengan menyiksanya?"

"Ya, bila diperlukan."

"Wanita itu melarikan diri dari organisasi agar mendapatkan perlindungan, tapi beginikah cara PSB memperlakukannya? Kalian tidak memanusiakan manusia," terdengar kegeraman dalam suara Takaaki yang tenang.

"Kalau dia memang benar pengkhianat, seharusnya Gin juga sudah menghabisinya!" Rei bersikeras membantah.

"Tim patroli pelabuhan yang memulai jam operasinya di subuh hari itu yang membuatnya tak sempat membunuh Miyano-San. Lagipula, jangan lampiaskan rasa bersalahmu kepada orang lain."

Rei terhenyak.

"Hiromitsu adalah adikku, aku yang seharusnya paling marah terhadap pembunuhnya, tapi aku menjaga kepalaku untuk tetap dingin. Kau yang merekrut Hiromitsu ke PSB dan menugaskannya menyusup masuk organisasi. Terbunuh sudah menjadi resikonya dan kau tidak sepantasnya melimpahkan rasa bersalahmu pada wanita yang kini ternyata sedang mengandung anak Hiromitsu."

"Belum tentu anaknya."

"Aku tidak mau bertaruh, besar kemungkinan anak itu adalah darah daging Hiromitsu. Atau anak siapapun itu, dia tetap sebuah nyawa. Aku akan menuntut PSB telah melakukan tindakan kekerasan dan tidak manusiawi pada wanita hamil. Aku akan berusaha bagaimanapun caranya agar kasus ini diselesaikan oleh kepolisian."

"Kau tidak bisa melakukan itu, aku akan mendapatkan wewenang itu kembali. Ini wilayah PSB!"

"Dan kau menyiksanya tanpa persetujuan top manajemen PSB. Aku telah mengajukan tuntutan yang mempertanyakan kredibilitasmu. Mungkin kau akan mendapatkan skors beberapa hari lagi."

Rei terdiam, kalah set.

"Ingat, kau berhutang nyawa padaku, jadi sebaiknya kau tidak mempersulitnya. Aku tidak akan segan-segan Furuya-San. Hiromitsu sudah tewas, dan aku akan mempertahankan peninggalan terakhirnya yang tersisa di rahim wanita itu," tegas Takaaki sebelum membuang muka dan berlalu pergi dari hadapan Rei.

***

Petugas kepolisian mengangguk hormat kepada Takaaki sebelum menyilakannya masuk ke ruang ICU Shiho. Seorang dokter muda pria bersama seorang suster sedang berada di dalam untuk mencatat perkembangan kondisi Shiho. Wanita itu masih tidak sadarkan diri, nyaris tenggelam diantara piyama pink oversize, bantal kepala dan selimutnya. Monitor terus memantau detak jantungnya, selang infus terpasang tanpa henti. Selang oksigen melintang di bawah hidungnya. Dokter tidak memakaikan masker oksigen karena wajahnya bengkak dan lebam-lebam. Bentuk wajah aslinya hampir tidak dikenali. Morofushi Takaaki pernah dikirimkan foto-foto Miyano Shiho oleh adiknya melalui email. Ia sungguh tak tega, bila mengingat wajah cantik wanita itu dikaitkan dengan kondisi sekarang ini. Furuya Rei benar-benar tidak memakai logikanya.

"Bagaimana kondisinya Sensei?" tanya Takaaki.

"Kondisinya sangat lemah, kurang gizi dan beberapa trauma luka, namun kandungannya cukup kuat. Tidak bisa dipastikan kapan dia sadar. Bila memang tidak bisa sadar lagi, kami akan mempertahankan kondisinya stagnan seperti ini demi pertumbuhan janin di dalamnya sampai cukup waktunya untuk melakukan operasi cesar," jelas dokter panjang lebar.

"Lakukan apapun agar keduanya selamat, Sensei," pinta Takaaki.

"Kami akan mengusahakannya, saya permisi dulu," dokter dan suster akhirnya keluar dari ruangan.

Takaaki memandang wanita itu kemudian menemukan gelang di tangan kanannya dengan bandulan berbentuk 'Yin' warna hitam. Takaaki mengenalinya sebagai milik Hiromitsu, ia sendiri mengenakan gelang dengan bantulan 'Yang' bewarna putih. Gelang yang dikenakannya bersama Hiromitsu sejak mereka masih kecil. Ia jadi teringat email terakhir Hiromitsu sebelum tewas.

...bila gagal... tolong selamatkan Shiho... Onii-San...

...gantikan aku untuk melindunginya...

Takaaki memejamkan matanya seraya membatin, baiklah kalau begitu, Hiromitsu.

The ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang