ch. fourteen

1.3K 147 12
                                    

Happy Reading

.
.
.










__

"Kanza!". Kanza yang merasa terpanggil mengalihkan pandangannya pada sosok sang Mama yang sudah berdiri melipat tangannya di dekat mobil.

"Mama ngapain ke sini..". Kanza menghampiri Tiffany, sebelumnya hanya raut datar yang Kanza tunjukkan namun setelah seseorang turun dari mobil Mamanya seketika raut kesal nan benci begitu ketara.

"Ikut Mama pulang Kanza! Jangan jadi anak kurang ajar kamu". Tiffany hampir menyentuh tangan Kanza namun segera Kanza menjauhkan tangannya, tatapannya menatap dingin pada sosok Mahesa yang berdiri disamping Mamanya.

"Gak. Gak sampai Mama sama Papa batalin pertunangan aku sama dia".

"Kanza tolong kasih aku kesempatan, aku suka sama kamu". Mahesa segera menyela ketika Tiffany akan memuntahkan amarahnya pada sang anak.

Dan perkataan Mahesa justru membuat Kanza semakin membencinya, karena secara tidak nyata pasti Mamanya akan semakin memaksanya.

"Pertunangan kalian gak akan pernah batal, kamu bakal tetep nikah sama Mahesa, dan kalau kamu berani nentang semuanya siap siap aja kamu keluar dari keluarga Desastra". Tandas Tiffany membuat Mahesa sulit menahan senyumnya tetapi berhasil membuat air mata Kanza turun. Beruntung area sekolah sudah sepi karena sebagian besar muridnya sudah pulang.

Dan saat Tiffany kembali memintanya ikut dengannya, Kanza terpaksa menurutinya, dia memasuki mobil Mamanya dan pulang bersama.

Disepanjang Jalan tatapanya Kanza begitu dingin lengkap dengan air matanya. Dia mungkin bisa kehilangan semua fasilitas yang orangtuanya berikan tapi keluar dari keluarganya dia sulit memikirkannya.

"Besok gak usah ngajar dulu, kita ketemu keluarga Mahesa buat bahas pernikahan kalian, sekalian cari gedung". Bahkan Kanza sama sekali tidak menghiraukan perkataan Mamanya.

Kanza teramat tidak rela untuk menikah dengan Mahesa, tapi dia terlalu buntu untuk mencari cara menggagalkannya. Dia pikir setelah keluar dari rumah, orangtuanya akan luluh tapi nyatanya semakin keras.



..

Hari hari terus berlalu sudah hampir satu minggu Kanza tidak masuk sekolah untuk mengajar, bahkan nomernya sulit dihubungi. Dan kejadian itu tentu saja membuat Winston uring-uringan, pria itu terus membuat kerusuhan sekedar melampiaskan amarahnya.

Seperti saat ini Winston yang tengah baku hantam dengan beberapa murid dari sekolah lain, Mckenzi HS. Alasannya, karena Winston tidak sengaja menyrempet anak dari Mckenzi yang kebetulannya juga anak nakal disana.

Dan meski Winston pandai berkelahi tapi saat ini dia dikepung oleh tujuh orang, Winston sempat berhasil melawan sebelum energinya terkuras dan murid dari Mckenzi memanfaatkannya untuk menghajar Winston.

"Sok jagoan cuih". Jason meludah pada tubuh terkapar Winston, senyum miringnya menghias begitu puas, dia dan teman-temannya sama sama merasa puas.

Winston sudah tidak mampu membalas, dia terlalu lemah dengan semua bekas pukulan ditubuhnya.

"Cabut guys". Jason memberi aba aba dan ke enam lainnya mengikutinya, tertinggal Winston yang meringis menahan perih pada sekujur tubuhnya, dia tertatih untuk bangkit menuju mobilnya.


Winston tengah terduduk di bangku minimarket, mengobati lukanya karena tidak mungkin juga ia pulang dalam keaadan babak belur, bisa bisa semua fasilitasnya akan Papinya sita lagi.

Dan ditengah itu, tanpa sengaja pandangannya jatuh pada sebrang jalan, dimana Kanza yang turun dari mobil Mahesa, sukses hal itu membuat luka lain dalam tubuh Winston dan jauh lebih sakit.



..

"Kenapa milih kesini Kanza, kan kita bisa beli cincinya di Mall yang jauh lebih bagus". Ujar Mahesa ketika keduanya memasuki toko perhiasan yang bukan dari kelas atas.

"Bacot banget anjing! Mau lo beliin cincin paling bagus sedunia juga gue bakal tetep nolak nikah sama lo, dan lo gak usah berharap bisa nikahin gue".

"Tapi sebentar lagi kita bakal nikah, kamu harus mulai terima aku bukan malah kayak gini". Kanza mengusak rambutnya emosi. Hidupnya menjadi berantakan, Papanya dengan tegas meminta pernikahan dilaksanakan kurang dari dua bulan, dan semua Kanza terpaksa mengikutinya karena ancaman keluar dari keluarga Desastra.

Papanya menyita ponselnya dan memberikan ponsel baru yang hanya berisi kontak orangtuanya, Mahesa dan beberapa orang lain yang bahkan tak pernah Kanza hubungi.

"Lo tuh kenapa si anjing, banyak cewek diluar sana yang masih mau sama lo, mending lo batalin semuanya sebelum lo bakal jadi orang paling gue benci".

"Enggak Za, aku yakin bakal bisa bikin kamu suka balik sama aku. Maaf kalo kesannya aku egois, aku jatuh cinta sama kamu Kanza. Aku janji gak bakal sakitin kamu--".

"Berisik! Lo gak akan pernah milikin gue, hati atau tubuh gue". Kanza berputar arah keluar dari toko perhiasan, moodnya semakin kacau.

Mahesa mengejar tapi dengan keras Kanza menghempasnya hingga Mahesa memilih meninggalkannya, mungkin memang Kanza sedang ingin waktu sendiri, karena menurutnya setelah menikah nanti Kanza hanya akan bersamanya.





..

"Winston..". Suara Kanza memanggil tak kala menemui Winston yang tengah menenggak minuman kaleng diatas kap mobilnya.

Kanza mendekatinya namun suaranya tertahan melihat begitu banyak lebam diwajahnya bahkan hidung dan bibir Winston terkoyak terdapat darah yang sudah mengering disana. Kanza segera menangkupkan kedua tangannya pada wajah Winston, dia sangat khawatir kini.

"Lepas". Winston menepis tangan Kanza kasar, tentu saja membuat yang lebih tua menekuk alisnya tak paham.

"Kok lo tega sih, gue emang lo jadiin pacar cuma sekedar agar lo lepas dari tunangan lo tapi setelah gue nyatain perasaan gue, lo bahkan tega ninggalin gue buat tunangan lo yang lo bilang lo gak mau sama dia, tapi mesra banget berduaan". Setelah semua yang dipendamnya, Winston kini meluapkannya, sorot matanya begitu terluka dan Kanza melihat itu menjadi merasa bersalah, dia tidak suka Winston yang terluka entah fisik maupun hatinya.

"Win dengerin aku dulu, aku gak bermaksud ninggalin kamu. Waktu itu Mama datang kesekolah sama Mahesa dan maksa aku buat pulang.. aku gak mau tapi Mama ngancem bakal coret aku dari keluarga dan hape aku juga Papa ambil, aku dikasih hape baru".

"Aku mohon percaya sama aku, demi Tuhan aku gak mau sama Mahesa". Tangis Kanza mulai pecah, dan Winston yang tidak suka melihat itu mulai luluh terlebih setelah perkataan Kanza tadi.

"Mama sama Papa maksa aku buat nikah sama Mahesa kurang dari dua bulan, aku gak mau hiks..". Tangan Winston mengepal, meremat kaleng minumannya hingga penyok, lantas turun dari kap mobilnya dan menarik sang kekasih dalam dekapannya.

"Aku gak bakal biarin kamu nikah sama dia!".

Bersambung..

By. Alnaranish

Dt. 24'11'23

Kenakalan, Perjodohan, dan Cinta [ Tidak Di Lanjut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang