ch. sixteen

1.1K 146 13
                                    

Happy Reading

.
.
.











__



Eughh

Winston melepas tautan bibirnya dengan Kanza, ibu jarinya ia gunakan untuk menghapus sisa saliva yang berantakan disekitar bibir dan dagu yang lebih tua. Kanza hanya terdiam mengatur nafasnya sementara sepasang irisnya menatap Winston begitu dalam.


Gemuruh hebat namun menyenangkan memenuhi hatinya, Kanza tidak akan menolak lagi untuk yakin jika dirinya telah jatuh cinta pada pria yang terpaut usia lima tahun dengannya.


Saling menyelami netra satu sama lain membuat keduanya tersenyum untuk kemudian terkekeh merasa lucu juga bahagia.


Winston menarik pinggul Kanza hingga terduduk menyamping dipangkuannya, yang lebih tua mengalungkan satu tangannya pada bahu kekasihnya sementara satu tangannya Winston genggam dengan diberinya banyak kecupan.


"Kamu gak malukan punya pacar masih sekolah?".


"Ngapain malu.. kamu bukan penjahat, lagipula empat bulan lagi kamu bakal lulus".


"Semisal lulus sekolah aku langsung nikahin kamu gimana?".


"Ngawur". Kanza melepas genggaman Winston dan langsung memberikan pukulan kecil pada bisep sang kekasih.


"Kenapa? Kan Mama Papa kamu udah desak kamu buat nikah, aku siap kok nikahin kamu abis lulus, soal uang kamu tenang aja aku punya tabungan kok, jangan lupa aku juga punya cafe".


"Iya aku tau, tapi bukan itu maksudnya Win. Pertama kita harus ketemu orangtua aku dulu, orangtua kamu juga. Mungkin bakal sulit karena status aku sama Mahesa udah tunangan belum lagi perbedaan umur kita yang lumayan-".

"-kedua aku gak mau renggut masa muda kamu dengan nikah terburu-buru, kamu kuliah aja dulu, setelah itu kita bisa rencanain buat nikah". Penjelasan panjang Kanza membuat Winston tak bersemangat, dia ingin segera menikahi gadis diatas pangkuannya ini tapi memang benar jika dia harus mendapatkan restu orangtua Kanza terlebih dahulu.


Winston menjatuhkan keningnya pada bahu dalam Kanza. "Pengen nikah cepet".


"Pengen unboxing kamu".


"Hehh". Mendengar keterkejutan Kanza, Winston segera menegakkan kepalanya dan tercengir, namun jemarinya memainkan simpul tali pada blouse Kanza, melepaskannya dengan perlahan.


"Win". Kanza menegur namun simpul pita sudah terlepas. Sebenarnya itu tidak berpengaruh karna tali itu bukan pengikat atau sesuatu yang menyulitkan Winston melepaskan pakaian Kanza. Blouse itu hanya tinggal ditarik keatas maka akan terlepas.


"Sayang gede banget deh kayaknya".


"Heh apaan yang gede anjir. Dah makin ngawur kamu". Kanza dengan setengah kesal menarik diri dari pangkuan Winston dan memilih berjalan ke dapur karena kerongkongannya sangat kering.


Winston tersenyum, menjatuhkan kepalanya pada sandaran sofa, tidak pernah ia merasa seberbunga ini, setelah pengakuan Kanza siang tadi.

Winston tersenyum, menjatuhkan kepalanya pada sandaran sofa, tidak pernah ia merasa seberbunga ini, setelah pengakuan Kanza siang tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..


Kanza melangkahkan kakinya kedalam rumah setelah menghabisakan sisa harinya di Apartemen Winston. Hari yang mulai gelap membuat Kanza tanpa ragu melenggang masuk kedalam dengan pikiran orangtuanya pasti sudah berada dikamar.


Namun salah, diruang tengah disana ada kedua orangtuanya, Mahesa juga orangtua Mahesa. Seketika pikiran Kanza tidak enak.


"Kenapa baru pulang? ini hampir jam sembilan dan kamu tau Mahesa sama orangtuanya udah nunggu kamu dari tadi". Tegur Tiffany menatap kesal pada anak semata wayangnya.


Kanza membenci Ibunya karena situasi saat ini.


"Kamu duduk kita bahas pernikahan kamu sama Mahesa yang dimajuin bulan depan-".


"MAMA!". Ujar Kanza cukup keras, terlihat jelas kemarahan pada diri Kanza.


"Kanza duduk, Papa gak pernah ajarin kamu kasar gini".


Mata Kanza berkaca-kaca menyaksikan orangtuanya yang begitu menginginkan pernikahannya dengan Mahesa, pria itu hanya diam sesekali melirik pada Kanza, sementara orangtua Mahesa merasa canggung.


"Aku tau aku slalu salah pilih laki laki, tapi aku gak pernah mau dijodohin Ma Pa, aku gak mau, kalian ngerti gak sih. Aku gak cinta sama Mahesa". Tangis Kanza mulai keluar. Orangtua Mahesa yang melihat itu merasa tidak tega, cinta yang dipaksakan akan sulit dan malah berakibat menyakiti keduanya.


"Cuma Mahesa yang bisa jaga kamu-".


"Enggak, aku udah ada orang yang bisa jagain aku, dia gak akan pernah manfaatin uang aku". Nicko, Papa Kanza berdiri dari duduknya.


"Gak ada yang bisa Papa percayai selain Mahesa, Papa gak mau ada bantahan, kalian bakal nikah bulan depan".








"Saya tidak setuju". Semua orang yang ada diruang tengah mengalihkan pandangannya pada sosok asing yang tiba-tiba berujar lantang. Pria itu berjalan mendekat hingga berdiri disisi Kanza lantas meraih tangan Kanza untuk digenggamnya.


"Saya Winston, kekasih Kanza". Kanza menoleh pada orangtuanya yang bereaksi tak suka. Semua orang berdiri dari duduknya mendengar ujaran Winston.


"Saya menentang pernikahan Kanza dengan pria lain, karena saya yang akan menikahinya".

"Win". Kanza menoleh pada Winston kembali, merasa ragu akan apa yang Winston katakan, maksudnya ragu akan respon orangtuanya yang bakal setuju.


Mahesa mendekat, dia begitu geram melihat Tunangannya digandeng pria lain, dengan gusar dia menarik tangan Kanza yang Winston genggam hingga terlepas.


"Cuma pacar, gue tunangannya. Gue lebih berhak nikah sama Kanza."


"Saya tidak peduli Kanza sudah memiliki tunangan, saya akan tetap memperjuangkannya, kita saling mencintai".


"Cih punya apa kamu mau menikahi putriku, dia Mahesa tunangan Kanza, dia sudah mapan dia tidak akan memanfaatkan uang putriku". Nicko mengambil langkah lebih dekat dengan Winston.


"Saya punya tekad untuk membahagiakan orang yang saya cinta, dan itu Kanza. Saya mohon batalkan pertunangan dan pernikahan Kanza, beri saya kesempatan".


"Gak bisa, Kanza bakal nikah sama gue bulan depan". Kanza yang sejak tadi memberontak untuk terlepas dari pegangan Mahesa, menyunkan kuat tangannga hingga dia berhasil mendekat kembali pada Winston.


"Kalo Mama dan Papa masih maksa aku buat nikah sama Mahesa, aku siap kalian usir dari rumah atau keluarga. Aku bisa bikin rumah dan keluarga aku sendiri, tapi kalo nikah sama Mahesa, itu sama aja kalian siksa batin aku".


"Kanza jangan gila kamu". Kata Tiffany


Orangtua Mahesa yang sejak tadi hanya diam menyaksikan semua itu, merasa pusing, dan memilih berpamitan pulang setelah menarik putranya yang sempat menolak. Kini hanya ada empat pasang mata disana.


Kanza sudah menangis sejak tadi, memohon untuk dibatalkan pertunangannya dengan Mahesa.


"Om Tante saya mohon kasih kami kesempatan, kalau memang Om dan Tante ragu saya gak bakal porotin Kanza, saya janji gak akan minta satu rupiah pun".


Terlihat Nicko memijat pangkal hidungnya, raut wajahnya tampak penuh pikiran, begitupun Tiffany.


"Pa Ma aku mohon". Kanza bersuara dengan getar.


"Kamu bikin semuanya jadi kacau, Papa gak bisa mundur lagi, pernikahan tinggal satu bulan, kamu bakal tetep nikah sama Mahesa apapun keadaannya". 




Bersambung...

By. Alnaranish

Dt. 12'12'23

Kenakalan, Perjodohan, dan Cinta [ Tidak Di Lanjut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang