ch. ten

1.2K 138 5
                                    

Happy Reading

.
.
.













__



Hari senin menjadi hari yang berat untuk sebagian manusia tidak terkecuali untuk Winston Laurentius Watson.


Winston memandang malas pada kepala sekolah yang sedang berkhotbah didepan sana, kepalanya sudah sangat pening karena teriknya matahari. Dalam hati Winston merutuki kedua sahabat dan adiknya yang membolos jam upacara dan asyik ngaso di cyber.


Ini juga jika bukan karena Kanza yang mengancamnya, dia tidak akan sudi ikut upacara panas panasan seperti ini. Demi cinta akan dia terjang panasnya matahari atau pegalnya berdiri mengikuti upacara.


"Sat lo maju, pala gue hampir meledak njir". Winston berbisik pada pria dibelakangnya, dan tanpa bantahan pria itu nurut. Terus seperti itu hingga Winston berada di paling belakang yang teduh karena terhalang pohon cemara.


"Banjerr adem banget disini". Winston merasakan semilir kecil angin lewat. Dia tidak pernah seber-semangat ini mendapatkan kesejukan.


"Win lo pusing?". Tiba-tiba ada anak PMR mendekat. Winston menjatuhkan pandangannya pada sosok Raisa yang merupakan anak PMR.


"Eh Sa gue gak papa kok". Winston sedikit menjauh saat tangan Raisa hendak menyentuh keningnya.


"Terus kenapa mundur? Kalo pusing istirahat aja dulu di UKS Win". Winston menggeleng. Dia berdiri tegak mengabaikan pening dikepalanya.


Raisa tidak lagi coba meminta, namun dia memilih berjaga diantara baris kelas Winston dan baru beberapa menit, rekan PMR nya berseru meminta bantuan karena ada anak yang pingsan. Winston merasa lega gadis manis itu menjauh, karena pada faktanya Winston tidak nyaman dekat dengan orang yang dianggapnya tidak akrab.





..



"Bu ada yang berantem di kantin". Salah satu murid memanggil Kanza yang tengah berjalan.


Langsung tanpa mengatakan satu hal apapun, Kanza berjalan cepat menuju kantin, dia setengahnya merasa kesal karena waktu istirahatnya harus terhambat. Murid tadi mengikuti Kanza dari belakang.


Melihat dua murid lelakinya yang tengah adu jotos Kanza menggeram terlebih salah satunya ia sangat kenal. Itu Winston!.


"Bangsat sialan, cowok sangean kayak lo gak pantes sebut nama Marsha". Satu bogeman kembali Winston lemparkan pada Vian yang lebih babak belur, karena Yehezkiel juga ikut menghajarnya.


Sementara Rajen menahan pergerakan Yehezkiel yang hendak kembali menghajar, Marsha memeluk tubuh Winston yang seolah tutup mata melihat ketidak berdayaan Vian.


"Winston stop! Atau saya akan bawa ini ke jalur hukum". Suara lantang Kanza menghentikan keriuhan yang terjadi. Winston yang sudut bibirnya terluka dan wajahnya masih begitu terlihat marah dengan lebamnya menghentikan gerakannya, dia menatap dingin pada Kanza.


"Brengsek". Lantas Winston pergi setelah menghempas dekapan Marsha yang sudah berurai air mata.


Kanza tidak peduli dengan itu. Dia menghampiri Vian yang hampir tidak sadarkan diri. "Tolong bawa dia ke UKS.. dan kamu-". Kanza menoleh pada Yehezkiel dengan tegas.


"Obati lukamu dan pergi ke ruang BK". Tidak ada yang berani membantah perkataan Kanza. Rajen menuntun Yehezkiel sementara Marsha juga ikut pergi mengekor Rajen dan Yehezkiel.


Kenakalan, Perjodohan, dan Cinta [ Tidak Di Lanjut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang