Beberapa orang bersetelan serba hitam berdiri depan seorang pria paruh baya dengan kaca mata yang bertengger dihidungnya. Jam tangannya berputar ia melirik itu sekilas. Ia melihat satu persatu pria berbaju hitam itu, kemudian bersuara.
"Ikuti Jennie kemanapun dia pergi, entah itu bersama Lalisa atau tidak" Ucapnya datar.
"Maaf tuan, tapi apa ada hal lain yang harus kami lakukan? Agar kami bisa memberikan hasil yang baik" Ucap salah satu dari mereka.
Ia menatap lurus menatap pria yang berbicara padanya.
"Pantau Lalisa juga, jangan sampai kalian kehilangan jejak mereka berdua"
"Baik tuan, kami laksanakan"
Ia melambaikan tangannya mengisyaratkan mereka untuk pergi. Ia berada di kolam renang pribadi miliknya.
"Tapi Marco, mereka sangat aneh"
"Aneh apanya, kau tahu mereka sudah bersahabat sejak kecil"
"Ya tapi itu sudah kelewat batas"
"Jiyong, persahabatan perempuan memang seperti itu, ku yakin istrimu dulu juga memiliki sahabat seperti Lisa dan Jennie"
"Aku takut Marco, pisahkan saja mereka"
"Kau gila? Mereka sudah saling bergantung, tidak kasihankah kau jika Jennie kehilangan sahabatnya? Jangan terlalu dipikirkan, Lisa dan Jennie tidak seperti itu"
"Kenapa kau berkata seakan-akan tahu segalanya?"
"Aku tahu karena Lisa selalu menceritakannya, anakku bisa leluasa bercerita kepadaku, sedangkan Jennie apakah dia bisa bercerita denganmu? Kau selalu mengaturnya sedari kecil"
"Dia anakku, tak perlu kau komentari"
"Maka jangan terlalu gegabah, kau egois jadi orang tua"
"Aku hanya ingin yang terbaik demi anakku, Marco"
"Terserah kau, aku tidak ingin melihat Lisa frustasi karena kau memisahkannya dengan Jennie"
Dia, Jiyong. Mengingat percakapannya dengan Marco beberapa waktu lalu setelah melihat interaksi Jennie dan Lisa. Kepalanya berdenyut memikirkan anak gadis semata wayangnya. Ia menugaskan orang suruhannya untuk memantau Jennie dan Lisa dimanapun mereka, tanpa sepengetahuan siapapun.
°•°
Hari terus berlanjut masanya, ujian nasional akan berakhir hari ini. Peluh keringat mengalir dari pelipis gadis berponi sedari tadi, tangannya bergerak untuk menghapus keringat itu.
"Ini siapa sih yang bikin soalnya"
"Kim Dahyun!"
"Maaf bu"
"Pfttt"
Lisa terkekeh mendengar sahabatnya ditegur guru. Bukan sekali, tapi sudah dari tadi gadis itu menggerutu dan mengomel karena soal ujiannya.
"Ini ujian untuk mata pelajaran terakhir jadi tolong hargai waktu sebelum menangis melihat ranking kalian turun" Ucap guru pengawas.
"Iyain" Celetuk Dahyun pelan.
Satu jam lebih mereka selesai mengerjakan soal-soal yang tertera dilayar komputer. Seluruh murid sosial satu itu berjalan keluar dengan rapi. Tepatnya mereka yang berjumlah 16, duduk ditaman belakang sekolah dengan memesan minuman dingin. Mereka bercanda melepaskan penat karena sedari tadi hanya duduk dibangku tanpa bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYS WITH YOU [JENLISA]
FanfictionJennie sangat ingin merasakan berpacaran, tapi hal itu tidak dibolehkan oleh orang tuanya. Satu hal yang terlintas dibenak Jennie agar ia diperbolehkan dekat dengan lawan jenisnya, yaitu menyatakan dirinya sebagai penyuka sesama jenis. Namun ia gaga...