12.

50 9 0
                                    

Syifa dan Dion pamit pulang, katanya besok masuk pagi. Rega masih setia nunggu Anola bangun, padahal Rega besok masuk pagi juga.

Melihat sekujur tubuh Anola yang penuh dengan lebam, Rega jadi meringis ngebayangin sakit nya. Kalau saja hukum pidana tidak di izin kan, maka hukum pukulan yang akan Rega layang kan pada Aditomo.

Tak berapa lama Anola sadar. Dengan pelan Anola buka mata, menyesuaikan cahaya masuk kornea matanya. Fokus Anola beralih ke Rega. Dengan tatapan sayu Anola memandang mimik wajah Rega yang senang melihat nya sadar setelah delapan jam tertidur.

"Lo kok disini, Re?" Dengan suara serak khas orang bangun tidur, Anola heran kenapa Rega bisa berada di rumah nya, lebih tepat nya berada di samping nya saat ini.

"Ya jagain elu lah. Ngapain lagi gue?" Jawab Rega seadanya. Emang kenyataan yang membuat diri nya berada di samping Anola saat ini adalah karna kondisi perempuan itu. Bagaimana Rega bisa tidak berada disana?.

"Emang gue kenapa? Ngapain lo jagain gue?" Anola merasa dirinya baik baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatir kan dari diri nya. Selagi masih bisa Anola jalani, Anola pasti baik baik saja menurutnya.

"Lo kenapa kata lo? Gila ya lo? Badan udah lebam semua, dan lo bilang lo kenapa?" Rega agak kepancing emosi. Tidak sadar kah Anola, saat ini diri nya sedang dalam kondisi tidak baik?.

Berkat pernyataan Rega, Anola jadi memandang ke arah tubuh nya. Dengan sedikit menunduk, Anola bisa liat banyak nya bekas lebam yang Papa nya perbuat di tubuh nya. Jujur saja lebam nya tampak mengerikan, namun Anola sudah tidak merasakan sakit lagi, bersyukur dokter menangani nya dengan baik.

"Gue gak kenapa kenapa kok, Re. Badan gue gak sakit lagi kayak tadi, lo gak usah khawatir gitu ah" Sebisa mungkin Anola meyakin kan Rega bahwa tidak ada yang perlu di khawatir kan lagi. Kecuali saat berada di ruang kerja Papa nya.

"Syukur lah lo baik sekarang. Gue khawatir sama lo, La" Mimik wajah Rega berubah jadi sendu. Khawatir dengan kondisi Anola.

"Gue gak kenapa kenapa, Re. Makasih ya udah khawatirin gue" Kadang Anola merasa ada tempat tersendiri untuk Anola di hati Rega karna sifat nya yang perhatian begini. Tapi pemikiran itu hanya sebatas pemikiran, karna sudah pasti pemilik hati Rega sepenuh nya adalah Adira.

"Lo laper gak? Gue suapin sini" Tanpa menunggu jawaban Anola, Rega dengan paten ngambil nampan berisi satu piring bubur ayam dan segelas air mineral dan mulai menyuap Anola perlahan.

"Lo kenapa kesini sih, La? Kan gue udah bilang jangan temui bokap lo lagi" Selesai nyuapin Anola, Rega langsung aja nanya hal yang udah dari tadi dia tahan buat di tanyakan ke Anola.

"Gue gak ada pilihan, Re. Papa langsung ngehubungin gue, itu artinya gue gak bisa ngelak lagi. Dan gue juga udah kangen adek gue, satu tahun gue gak liat dia" Menemui Rio sebenarnya adalah alasan utama kepulangan Anola. Satu tahun tidak bertemu dengan Adiknya, Anola merasa sudah seharusnya bertemu dengan adik kesayangan nya.

"Oke gue paham. Tapi gue mau ngomong kalo gue ngelaporin bokap lo, lo setuju, La?" Tatapan serius Rega arah kan ke Anola, seakan akan hal yang ia tanyakan sudah keputusan bulat nya.

"Gue gak mau, Re. Lo jangan ikut campur sejauh itu, Re. Gue mohon. Gue tau lo kasihan ngeliat kondisi gue saat ini. Tapi gue beneran gak sanggup kalo bokap gue di tahan. Gue gak bisa. Gue hanya pengen damai aja, Re. Jadi gue mohon, lo jangan ikut campur sejauh itu, ya?" Anola serius dengan yang di ucap kan nya, bagaimana bisa dia tega memenjarakan Papa kandung nya? Mungkin saat ini Papa nya terlihat seperti iblis, namun dulu bagi Anola, Aditomo adalah sosok Papa yang penyayang. Anola tidak ingin merasa bersalah karna telah memenjarakan Papa nya.

"Oke terserah lo aja. Tapi kalo lo di giniin lagi, gue gak bisa nahan diri buat mukul bokap lo, La. Gue gak bisa" Kali ini Rega harap Anola bisa terima penawaran nya.

"Terserah lo, Re. Gue harap Papa gak gini lagi ke gue" Anola nunduk, setetes air mata nya keluar. Sakit rasanya mengingat bagaimana wajah Papa nya saat menghantam tubuh nya.

Rega gak tega ngeliat Anola nangis. Rasanya Rega bisa ngerasain sakit nya Anola. Dan Rega gak mau rasa sakit itu ada. Dengan lembut Rega ngehapus air mata Anola. Berharap tidak ada tangis yang pilu lagi datang dari Papa Anola.

"Gue bakal selalu ada buat lo, La. Gue gak bakal biarin termasuk bokap lo buat lo lebam gini. Gue bakal ngelindungi lo dari orang yang jahat ke lo, La" hati Anola menghangat. Rega yang lembut ini, Anola menyukai nya. Dari banyak nya lelaki di dunia ini, Anola percaya Rega tak kan menyakiti nya. Dan Rega selalu berada disisi nya walau kenyataan nya tidak seperti itu, namun suatu saat Anola harap Rega menjadi milik nya.

"Makasih ya, Re" Momen begini jarang terjadi diantara dua manusia ini. Karna kebiasaan mreka hanya berdebat dan berantem.

"Udah ah, La sedih nya. Gak tega gue"

"Lebay lo. Namanya orang terharu. Ya sedih lah tolol" Baru aja dibuat senang, sekarang mreka malah balik berkelahi seperti biasanya.

Senang rasanya melihat senyum Anola kembali. Rega harap disetiap part terburuk Anola, Rega dapat menghibur nya seperti yang Anola lakukan padanya selama ini.

💫💫💫


Anak kecil yang baru saja berumur lima tahun berlari menghampiri Anola yang duduk di kasur.

"Rio hati hati dong sayang. Nanti kamu jatuh" Dengan sigap Anola meraih Rio yang melompat ke atas nya, takut adik kesayangan nya jatuh.

"Rio senang kakak bangun!. Rio rindu kak Lala. Udah lama gak ketemu kak Lala!" Dari nada bicara Rio, Anola dapat merasakan bahagia sang adik karna kepulangan nya. Anola bersyukur ada adiknya yang masih menanti kan kepulangan nya.

"Rio kangen kakak? Maaf ya kakak baru pulang. Kakak sibuk sekolah soal nya" Hanya alasan itu yang bisa Anola ceritakan ke adik bungsu nya ini.

"Gak papa kak! Rio tau kakak sibuk sekolah karna kakak pinter. Kata Bi Imas, Kakak pinter banget" Rio selalu aja semangat kalo Bi Imas ngebahas Anola. Bahkan saat Rio nakal, Bi Imas selalu membawa bawa nama Anola agar Rio dapat memahami nya.

"Haha iya kakak kamu pinter. Kamu juga harus pinter kayak kakak kamu" Bukan Anola yang jawab, melainkan Rega. Kakak beradik itu menoleh ke arah Rega dengan tatapan berbeda. Rio menatap Rega dengan tatapan senang nya karna Rega setuju dengan pendapat nya. Kalau Anola, dia menatap Rega dengan malu. Bagaimana bisa Rega memuji nya seperti itu? Anola terbiasa dipuji oleh Rega. Tapi situasi nya sekarang, Rega memuji nya di depan Rio!.

"Iya kan, La? Rio harus pinter kayak lo" Anola tersadar setelah beberapa saat mematung memandang senyum indah milik Rega.

"Iya. Kamu juga harus pinter kayak kakak. Kalo Bi Imas nyuruh kamu makan sayur, kamu harus makan ya. Kakak pinter juga karna makan sayur, lho" Sengaja Anola memberi alasan seperti itu. Rio tidak menyukai sayur. Bi Imas jadi pusing sendiri saat menawarkan sayur pada Rio.

"Oke! Mulai saat ini aku akan makan sayur biar pinter kayak kakak" Rio serius berucap. Jika sudah Anola yang menyuruh nya, Rio tidak ingin menolak nya.

"Pinter banget sih" Gemas sendiri dengan tingkah imut Rio, Rega mengusap lembut puncak kepala Rio.

Anola merasa senang saat ini. Setidak nya melihat Rio tersenyum membuat suasana hati Anola membaik. Dan juga saat ini ada Rega bersama nya. Anola sangat senang. Dia tidak ingin melawat kan momen ini. Dia ingin selama nya seperti ini.


Tbc..
















BackburnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang