Bab 45 : Sadar?

1.7K 141 52
                                    


"Mala gue mohon lo bangun!!" ucap Raka frustasi, tangisnya semakin deras mengetahui tidak ada sama sekali tanda-tanda pergerakan dari Mala.

Apakah kali ini Mala benar-benar menyerah dan memilih pergi meninggalkan Raka?

"Putriku!!" teriak Brayn yang baru saja sampai di rumah sakit bersama Tari dan Shevaya.

"Nak bangun! Ini papa!!"

"Dek bangun ya kakak kangen sama kamu!" imbuh Shevaya.

"Lihat disini ada papa, mama, kakak dan suami kamu bangun ya!!" ucap Brayn meyakinkan putrinya untuk membuka mata.

Tari tak bisa berkata-kata lagi, detak jantung Mala yang telah berhenti membuat dadanya sesak seakan jantungnya ikut berhenti berdetak.

"Sayang mama mohon kamu bangun!!" tangis Tari meraung-raung.

"Jangan tinggalin mama!!"

"Dek bangun dek!!"

Kini ruangan kecil itu dipenuhi suara tangis keluarga yang egan kehilangan salah satu anggotanya. Terlihat Tari yang seperti jiwanya telah mati, Brayn yang terlihat frustasi membangunkan putrinya dan terlihat pula Raka yang menyesali keadaannya saat ini.

"Mala dengerin aku_" ucap Raka kembali memegang tangan Mala.

Aku? Kata yang sengaja diucap lembut dari pria brengsek seperti Raka untuk membangunkan tuan putrinya.

"Aku janji setelah ini aku bakal sayang sama kamu, cinta sama kamu dan aku akan baik sama kamu"

"Untuk kali ini saja aku mohon sama kamu bangun ya!"

"Marahi aku, pukul aku dan tolong bimbing aku"

"Dunia ku hancur kalo ga sama kamu!!" ucap Raka benar-benar pasrah akan takdirnya setelah ini.

Ajaibnya detak jantung Mala kembali berdetak dan sebuah buliran kristal keluar dari mata indahnya yang masih tertutup.

"Mal, Mala!" senyum bahagia terpancar dari mulut Raka.

"Mala sayang!" ucap Tari kembali mendekati Mala.

"Alhamdulillah" ucapan syukur Brayn sembari memeluk Tari dan Shevaya.

Raka kembali memanggil dokter untuk memeriksa keadaan istrinya.

"Gimana dok keadaan istri saya?!" tanya Raka setelah dokter memeriksa keadaan Mala.

"Alhamdulillah detak jantung pasien kembali normal. Tapi_" ucap dokter mengantungkan kata-katanya.

"Tapi apa dok!" tanya Raka memaksa.

"Pasien saat ini mengalami koma!"

"Lantas kapan anak saya akan bangun!" kali ini Brayn yang menuntut sebuah jawaban.

"Pasien mungkin akan tertidur selama 5 hari atau paling lama seumur hidup!" jelas dokter yang membuat semua orang kembali khawatir.

"Banyak-banyak berdoa pak, buk semoga ibu Mala cepat melewati masa komanya"

"Kalo begitu saya permisi!"

Semua keluarga kembali berbondong-bondong memasuki ruangan Mala. Menatap wajah Mala yang teduh dan tenang. Mereka berharap sebuah keajaiban mampu membangunkan Mala.

..............

"Selamat pagi Mala" ucap Raka membawakan buket bunga dengan boneka ditengahnya. Meletakkan disamping gadisnya.

Mengusap lembut pipi Mala dan mulai membersihkan tubuh Mala dengan air hangat. Raka merawat Mala dengan sangat telaten.

Dialam bawah sadar Mala dapat merasakan ketulusan perlakuan Raka padanya. Tiba-tiba ia menitikkan air matanya.

Raka yang melihat itu segera mengusapnya lembut.

"Hey jangan nangis, kamu ga perlu takut ada aku disini yang akan selalu ada disamping kamu"

Siang dan malam Raka selalu ada disamping Mala, tidak pernah sedikit pun dirinya absen untuk menjaga Mala di rumah sakit.

Ucapan selamat pagi dengan buket bunga dan ucapan selamat malam dengan kecupan manis dikening seperti menjadi rutinitas baru dalam kehidupan Raka.

Hari demi hari Raka jalani hanya dengan datang kerumah sakit dan pergi kekantor. Kehidupannya hanya berputar didua tempat itu. Apakah lelah? Tentu saja ia lelah! Tapi rasa lelah itu dapat dikalahkan dengan melihat wajah sang pemilik mata indah.

...............

"Selamat pagi Mala!" ucapan ke 15 kali yang artinya 15 hari sudah Mala tertidur di rumah sakit.

"Mala bangun yuk! Udah cukup tidurnya"

"Kalo kamu bangun aku bakal nurutin semua kemauan kamu, apa pun itu"

"Kita jalan-jalan ke taman, air terjun kalo perlu kita jalan-jalan keluar negeri!" tutur Raka sembari mengelus tangan Mala.

"Aku juga pengen punya anak dari kamu. Kita bangun sama-sama keluarga kecil kita" ucap Raka sambil membayangkan betapa bahagianya ia jika itu benar-benar terjadi didalam kehidupannya.

"Cukup sekian obrolan kali ini! Aku berangkat kerja dulu ya" pamit Raka tak lupa mengecup kening Mala setelahnya.

Tiba-tiba Mala memperlihatkan pergerakan ditangannya yang membuat Raka tak jadi meninggalkan Mala.

"Mala...!!"

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang