Bab 9

172 41 0
                                    

Raya mencoba menyadarkan Bora, "Ra, lo kenapa hey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raya mencoba menyadarkan Bora, "Ra, lo kenapa hey."

Melihat tangan Bora yang masih setia menyentuh pundaknya, ia langsung melepaskan tangan Bora dari sana.

Dan benar saja, Bora kembali sadar, melihatnya dengan tatapan sendu.

Dengan bingung Raya bertanya kepada Bora, "Ra, lo tadi kenapa?" Ujar Raya.

"Gue liat lo Ray, liat lo lagi nangis di makam ayah lo, liat gimana perlakukan ibu lo ke lo."

Raya tersentak, bagaimana bisa itu terjadi, pikirnya.

"Bora, kenapa lo bisa tau?" Kata Raya dengan mimik wajah yang khawatir.

Bora menggelengkan kepalanya, "Gue juga gak tau Raya," Ujar Bora.

Raya frustasi, kejadian tidak masuk akal yang terjadi berturut-turut. Pertama, pak Gana, Jimmy, Dita lalu Bora.

Lagi-lagi Raya terkejut ketika melihat darah segar mengalir dari hidung Bora. "Ra, lo mimisan," Teriak Raya, membuat perhatian murid di kelas tertuju pada Raya dan Bora.

"Loh, kenapa dia bisa mimisan?" Tanya Angga.

Dengan panik Raya menjawab, "Gue juga gak tau."

"Cepet buruan anter dia ke uks, kasian darah nya netes teruss," Ujar Shania panik.

"Kepalanya nengok ke atas biar darahnya gak netes," Ujar Altas, dengan sigap Ender langsung membantu untuk mendongakkan kepala Bora.

"Gue pusing banget." Bora berkata dengan lirih.

"Buruan bawa dia ke uks anjir, mukanya udah pucet banget," Ucap Taska.

"Lo bisa jalan gak Ra?" Tanya Raya, yang di jawab gelengan oleh Bora.

Ender langsung menggendong Bora ala bridal style. "Uks dimana?" Tanya Ender.

"Setau gue di gedung kita uks nya belum di bersihin, jadi harus ke gedung utama," Ujar Julian. Ender langsung berlari diikuti teman-teman yang lainnya.

Sepanjang koridor, mereka menjadi pusat perhatian karena berlari berbondong-bondong dengan seseorang yang di gendong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang koridor, mereka menjadi pusat perhatian karena berlari berbondong-bondong dengan seseorang yang di gendong.

Sesampainya di uks, buru-buru menaruh Bora di brankar, di periksa oleh bu Luna yang memang salah satu petugas kesehatan sekolah.

Mereka keluar dari dalam ruang uks memberikan tempat yang lebih nyaman untuk Bora, dan bu Luna.

Beberapa saat kemudian, bu Luna keluar dari ruang uks, "Dia gak papa kok, cuma kesehatannya menurun karena terlalu banyak pikiran."

Mereka bersyukur karena Bora tidak memiliki penyakit yang mematikan atau hal menakutkan lainnya.

"Dia udah sadar kok, kalian bisa masuk aja," Kata bu Luna dan berlalu pergi.

Mereka masuk dan melihat Bora yang terkulai lemas. "Ra, lo masih pusing?" Tanya Raya khawatir.

"Udah gak Ray," Ujar Bora tersenyum kecil.

"Makasih ya guys udah khawatirin gue, dan bawa gue kesini," Lanjut Bora menatap temannya satu-persatu.

"Iyaa, lo bikin panik tau gak tiba tiba mimisan," Kata Dita sesekali mengemut lollipopnya.

"Kok lo tiba-tiba bisa mimisan sih?" Tanya Taska penasaran.

Bora diam, menatap Raya meminta pertolongan. "Gak papa, jelasin aja apa yang lo liat tadi tentang gue," Ucap Raya.

Yang lain menatap keduanya bingung, menghela napas sebentar, "Gue juga gak ngerti, tapi tiba-tiba gue bisa liat masa lalu Raya, liat Raya lagi nangis di pemakaman ayahnya."

Mendengar penjelasan Bora mereka terdiam, mereka masih memproses dengan apa yang Bora jelaskan.

"Ini bercanda gak sih?" Ujar Angga dengan tertawa lirih.

Tiba-tiba Jimmy berbicara, "Gue juga ngerasain hal yang beda dari diri gue sendiri."

Semua pasang mata menatap Jimmy bingung.

"Gue tiba-tiba bisa ngerasain perasaan orang lain. Contohnya sekarang, Raya, perasaan lo yang paling kuat di sini, gue selalu ke distract sama lo," Lanjut Jimmy, Raya termenung mendengar pernyataan Jimmy.

"Kayaknya gue juga deh," Ucap Dita. Semua perhatian berganti ke arah Dita.

"Inget gak tadi pas gue mukul Julian, gue ngerasa kekuatan gue jauh di batas normal," Ujar Dita, lalu ia mengambil pulpen yang berada di kantong baju Ender, dan menggenggamnya erat lalu pulpen tersebut patah menjadi beberapa bagian.

"See? bahkan sebelumnya, buat nonjok orang aja gue udah ngerasa sakit"

"Kayaknya kita masuk Kelas Unggulan karena ini," Ujar Ender menatap satu-persatu temannya.

Tiba-tiba ada yang masuk ke ruang uks, "Itu benar," Ujar pak Gana.

"Kalian masuk Kelas Unggulan karena kekuatan kalian, kalian punya potensi tersembunyi yang manusia lain tidak punya."

Kelas Unggulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang