Raya pikir ia hanya manusia tidak berguna yang hanya hidup untuk memenuhi populasi manusia, tapi apa ini? Sejak kapan manusia mempunyai kekuatan diluar nalar seperti ini? Apa memang dari awal manusia mempunyai kekuatan semacam ini. Program Kelas Ung...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kicauan burung yang merdu, langit yang masih berwarna biru pekat, matahari yang masih malu-malu menampakkan dirinya sepenuhnya, Raya memilih berlari untuk mengawali hari dari pada tetap berada di balik selimut.
Menatap jam yang melingkari tangannya, waktu menunjukkan pukul 05.40, ia harus segera pulang dan mandi. Ia tidak boleh telat di hari pertama.
Sesampainya di rumah ia segera membersihkan dirinya, memasukkan barang-barang penting ke ranselnya, tak lupa membawa ponsel nya, memesan taksi online untuk transportasi. Memakaikan jaket ke tubuhnya sendiri karena pagi ini terasa begitu dingin.
Melampirkan ranselnya ke punggungnya, menarik koper yang lumayan besar keluar rumah. Melihat sang ibu yang sedang duduk di teras dengan secangkir kopi yang menemaninya.
Mengabaikan sang ibu, ia langsung memasuki taksi yang sudah ia pesan. Melihat sang ibu dari kaca mobil yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Supir taksi itu melajukan kendaraannya, sepanjang jalan Raya memikirkan ekspresi ibunya tadi, tidak seperti ibunya yang biasanya. Seperti ada sesuatu yang berbeda.
Sesampainya di sekolah ia langsung turun, dibantu oleh supir taksi mengambil koper yang di letakkan di bagasi. Seluruh pasang mata menatap ke arahnya, ia hanya bisa menahan rasa malu, padahal ia berangkat sepagi mungkin, tidak ia sangka di hari sepagi ini pun sekolah sudah sangat ramai.
Ia buru-buru pergi ke gedung Kelas Unggulan, melihat laki-laki setengah baya yang sedang menyapu di halaman gedung. Ia menundukkan sedikit kepalanya untuk menyapa, lalu masuk ke dalam.
Melihat pak Gana yang terlihat kesusahan membawa setumpuk buku, Raya berniat untuk membantu. "Pak, saya bantuin."
"Oh Raya? gak usah, kamu taro koper kamu aja ke asrama, bentar lagi pelajaran di mulai. Temen-temen kamu udah dateng semua, mereka udah di kelas."
Mendengar ucapan pak Gana, buru-buru Raya pamit untuk menaruh koper nya di kamar barunya.
Mengingat ia belum tau letak asrama nya ia membalikkan badan dan bertanya. "Maaf pak, saya gak tau dimana asrama saya."
Pak Gana tersenyum maklum lalu mengarahkannya ke belakang gedung. Mengikuti instruksi pak Gana, ia melihat taman hijau yang sangat memanjakan mata, tanaman dan bunga yang begitu mekar terlihat sangat terawat. Di samping taman terlihat beberapa ruangan bertingkat yang ia yakini adalah kamar asramanya.
Melihat kunci di tangannya, tertera 'No.10'. Memeriksa satu-persatu nomor yang tertera di pintu kamar, ia mendapati kamar di lantai dua ujung sebelah kanan.
Tanpa menjelajahi kamarnya ia menaruh asal koper nya, langsung pergi ke kelas agar tidak tertinggal pelajaran.
Sesampainya Raya di depan pintu yang bertuliskan 'Kelas Khusus Program Unggulan' ia mengembuskan napasnya, saat ia membuka pintu di depannya, dunianya pasti akan berubah. Mencoba memberanikan diri ia langsung memutar knop pintu, dan mendorongnya.
Semua pasang mata tertuju padanya, dengan rasa percaya diri ia masuk dan duduk di tempatnya.
Laki-laki yang duduk di depannya menyapanya dengan ramah. "Hai gue Jimmy. Lo Raya kan?" Ujar Jimmy sambil tersenyum ramah.
Raya hanya menganggukkan kepalanya, bingung harus bereaksi seperti apa. Untuk ukuran anak laki-laki Jimmy terlalu imut, begitu yang Raya pikirkan.
Jimmy pun melanjutkan ucapannya, "Keliatannya sih lo gak terlalu ambis kayak yang lainnya, bagus deh gue jadi gak takut buat terus di kelas ini."
Dan Jimmy ini terlalu banyak omong. Raya jadi bingung untuk meresponnya.
"Eh, lo bingung ya karena gue banyak ngomong? Sorry ya hehe," Ujar Jimmy menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.
"Ah, gak kok. Santai aja," Kata Raya tersenyum kikuk.
"Gak usah bohong Ray, gue tau kok. Soalnyaa akhir-akhir ini gue kayak lebih peka sama perasaan orang," Jelas Jimmy.
"Tuh kan, sekarang aja bisa gue rasain kalo lo lagi bingung sama penjelasan gue, Yah gue juga bingung sih," Ujar Jimmy panjang lebar.
Terlihat Jimmy yang ingin berbicara lebih banyak, tapi harus ia urungkan karena melihat pak Gana yang memasuki kelas. "Ngobrol nanti lagi ya Ray." Yang di angguki oleh Raya.
"Halo semua, selamat datang di Kelas Khusus Program Unggulan, hari ini adalah hari pertama kalian resmi menjadi murid Kelas Unggulan. Pelajaran pertama yang akan bapak sampaikan adalah Konsep memahami perasaan orang lain," Ujar pak Gana membuat murid di kelas kebingungan.
Dita mengangkat tangannya, "Izin bertanya pak, memang itu penting ya pak, saya kira kita bakal belajar matematika, fisika atau geografi."
Murid yang lain setuju dengan pertanyaan Dita.
"Itu penting, pelajaran di Kelas Unggulan ini lebih luas dari pada yang kalian kira. Bukan hanya tentang matematika, fisika atau geografi, tapi tentang bagaimana cara dunia dan manusia bekerja. Banyak orang merasa bahwa dunia bekerja di ambang batas manusia, tapi sebenarnya tidak. karena itu manusia terlalu cepat menyimpulkan bahwa dunia tidak adil," Jelas pak Gana. Murid di kelas mulai paham tapi bingung disaat bersamaan.
Ender mengangkat tangannya, "Jadi, apa hubungan antara memahami perasaan orang lain dengan yang bapak jelasnya barusan?" Tanya Ender.
"Intinya kita butuh orang yang bisa memahami perasaan orang lain. Tapi, kita tidak bisa selalu bergantung kepadanya, kita juga harus belajar untuk mengerti apa yang dia rasakan, karena kebanyakan orang yang bisa memahami perasaan orang lain, tidak bisa memahami perasaannya sendiri," Jelas pak Gana panjang lebar.
Raya memusatkan pandangannya kepada Jimmy yang ada di depannya, itu seperti pak Gana menjelaskan tentang Jimmy.