Bab 3

242 46 1
                                    

Sepertinya Raya sedang bermimpi sekarang, ia tidak henti-hentinya mengecek mading sekolah untuk melihat daftar nama yang masuk ke program Kelas Unggulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya Raya sedang bermimpi sekarang, ia tidak henti-hentinya mengecek mading sekolah untuk melihat daftar nama yang masuk ke program Kelas Unggulan. Raya Yurumi, namanya tertulis jelas di deretan nama orang-orang yang lolos. Dan hanya 10 orang yang lolos, itupun bukan tiap angkatan. Tapi, satu kelas untuk seluruh angkatan.

Teman-teman sekelasnya bahkan bu Ruby sama sekali tidak menyangka hal ini akan terjadi. Seorang murid di kelasnya yang hanya tidur setiap harinya dapat dikatakan ia cukup bodoh, bisa lolos ujian dengan orang-orang pintar dan genius? yang benar saja, pasti seperti itulah pandangan orang lain terhadapnya.

Yah, Raya tidak terlalu peduli pandangan orang terhadapnya, tapi yang cukup mengganggu adalah reaksi dari salah satu sahabatnya. Gwen terlihat tidak terima, bahkan Gwen melihatnya dengan tatapan jijik? Entahlah, seperti menilai dirinya apakah ia pantas atau tidak. Sedangkan Kiola langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Raya.

Raya memberanikan dirinya untuk bertanya. "Gwen? kenapa liat gue gitu banget." Gwen terlihat gelagapan.

"Hah? gak kok. Oh iya, selamat ya bisa masuk Kelas Unggulan," Ujar Gwen dengan senyum yang dipaksakan.

"Keren banget deh sahabat gue yang satu ini, nanti lo cerita-cerita yaa di sana belajarnya gimana." Kiola terlihat sangat bangga dan bersemangat saat mengucapkan hal itu.

"Iyaa, thanks yaa. Nanti gue cerita-cerita deh di sana gimana," Ujar Raya dengan tersenyum canggung.

Mereka bertiga pergi dari kerumunan itu dan mencari tempat yang pas untuk mereka mengobrol.

Mereka pergi ke taman belakang yang cukup sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk dengan membaca bukunya.

"Oh iya Ray, kok lo bisa lolos sih keren banget tau. Lo isi semua jawabannya ya?" Tanya Kiola antusias, Gwen pun terlihat penasaran.

Raya bingung harus menjawab bagaimana, karena ia hanya menjawab satu soal yaitu soal terakhir, yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Lagi pula untuk apa para guru menanyakan hal seperti itu, apa hanya tambahan soal?

Belum sempat ia menjawab tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari speaker sekolah. "Bagi siswa-siswi yang sudah lolos masuk Kelas Unggulan, di harapkan berkumpul di gedung Kelas Unggulan yang berada di belakang sekolah, sekian terima kasih."

Tunggu, bukankah di belakang sekolah hanya ada pepohonan lebat? sejak kapan sebuah gedung di bangun di sana.

Mendapat kesempatan untuk kabur dari pertanyaan Kiola, Raya buru-buru beranjak dari duduknya. "Gue pergi dulu ya, besok-besok gue ceritain."

Gwen dan Kiola melihat Raya berjalan terburu-buru dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sesampainya Raya di sebuah gedung yang dimaksud, ia melihat sudah ada 9 orang lainnya yang berkumpul, suasanya terlihat tegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya Raya di sebuah gedung yang dimaksud, ia melihat sudah ada 9 orang lainnya yang berkumpul, suasanya terlihat tegang.

Tanpa memerdulikan Raya yang baru datang, masing-masing dari mereka tetap berkutat dengan kesibukannya.

Tiba-tiba pintu gedung tersebut di buka, dan terlihat seorang lelaki paruh baya dan seorang laki-laki sekitar umur 20-an yang berada di belakangnya.

"Selamat kepada anak anak terpilih yang masuk di Kelas Unggulan ini. Saya Yudas Jasudra sebagai kepala sekolah Biantara High School, yang di belakang saya adalah orang yang akan menjadi wali kelas kalian, nama beliau Pak Gana Arlangga." Pak Gana sedikit membungkukkan badannya.

Pak Yudas pun melanjutkan ucapannya. "Kelas ini adalah kelas spesial yang diperuntukkan untuk anak-anak unggul dan berbakat seperti kalian, apa ada pertanyaan sebelum kita masuk?" Perempuan dengan lollipop di mulutnya mengangkat tangannya.

Pak Yudas pun mempersilahkan Perempuan itu untuk bertanya. "Pak, kenapa Kelas Unggulan pisah gedung?"

"Agar kalian bisa lebih fokus untuk belajar tanpa gangguan dari pihak lain, ada pertanyaan lain?" Perempuan itu terlihat tidak puas dengan jawaban Pak Yudas.

Yang lain pun diam, memendam pertanyaan yang ada di benak mereka masing-masing tanpa niat untuk mengutarakannya.

"Karena tidak ada pertanyaan lain, silahkan masuk," Ujar pak Yudas.

Sepuluh murid tadi pun masuk ke dalam, dan melihat betapa luasnya gedung ini, lalu mereka diarahkan masuk ke dalam sebuah ruangan yang didalam nya terdapat 10 meja dan kursi, lalu 1 meja untuk guru yang mengajar.

Mereka di persilahkan untuk duduk, Raya memilih tempat duduk paling belakang, tempat yang pas untuk mengamati seluruh orang yang ada di dalam.

"Untuk seterusnya bapak akan serahkan kelas ini kepada pak Gana," Ujar pak Yudas, lalu melangkah pergi. Di mata Raya, pak Gana terlihat sangat menghormati pak Yudas, lebih dari seorang atasan dan bawahan.

"Selamat siang, semuanya!" Sapa pak Gana.

"Selamat siang, pak." Secara kompak mereka membalas sapaan pak Gana

"Jadi yang pertama bapak akan menjelaskan bahwa kalian hanya akan bersekolah selama satu tahun, lalu kalian bisa melanjutkan pendidikan kalian ke jenjang yang lebih tinggi dengan beasiswa yang di beri oleh sekolah."

Murid di dalam kelas sontak terkejut mendengarnya, yang benar saja, hanya satu tahun lalu mereka langsung bisa lulus?

Salah satu murid dengan headphone yang bertenteng di lehernya mengangkat tangan. "Maaf pak, bagaimana dengan kami yang masih kelas 10?" Tanya laki-laki tersebut.

"Mau kalian kelas sepuluh atau pun sebelas kalian akan tetap lulus dalam kurun waktu satu tahun," Jelas pak Gana.

Lalu, ada seorang laki-laki dengan jaket dan topi yang ia kenakan ikut mengangkat tangannya. "Maaf pak, izin bertanya. Kenapa hanya ada satu Kelas Unggulan yang berisi murid dari tiap angkatan, kenapa tidak di bedakan seperti pada umumnya?"

Pak Gana tersenyum mendengar pertanyaan tersebut. "Karena hanya kalian yang jauh lebih Unggul dari siswa lainnya, di sini kelas dua belas hanya berisi 4 orang bukan, kelas sebelas dan sepuluh hanya 3 orang. Jadi, kami memutuskan untuk menggabungkan kalian. Seperti 5 Tahun lalu" Pak Gana menjelaskan dengan hati-hati agar murid-murid nya ini bisa mengerti apa yang ingin ia sampaikan.

Kelas Unggulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang