Bab 12

144 33 5
                                        

"Jadi bapak harap kalian tidak membicarakan tentang apapun yang ada di program ini dan diri kalian sendiri kepada orang lain," Lanjut pak Gana membuat mereka yang mendengar bernafas lega karena belum sempat bercerita kepada orang terdekat tentang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi bapak harap kalian tidak membicarakan tentang apapun yang ada di program ini dan diri kalian sendiri kepada orang lain," Lanjut pak Gana membuat mereka yang mendengar bernafas lega karena belum sempat bercerita kepada orang terdekat tentang apa yang terjadi di Kelas Unggulan ini.

Ender mengangkat tangannya untuk bertanya, "Pak, izin bertanya. Bora kemaren sampe mimisan, berarti ada konsekuensi nya untuk kita pake potensi ini?"

"Konsekuensi ya, semua potensi punya konsekuensinya masing-masing dan itu akan terjadi jika kalian memakainya terlalu berlebihan. Untuk kasus Bora kemarin, karena potensinya melihat masa lalu itu melanggar hukum manusia jadi dia harus membayar kelebihannya dengan darah, tapi itu tidak berlangsung selamanya, kalo dia sudah terbiasa itu tidak akan terjadi lagi. Saya pun sama, karena kemampuan saya melihat masa depan, saya bisa sampai koma berminggu-minggu jika di pakai berlebihan," Jelas pak Gana.

"Jadi, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik ya," Lanjut pak Gana menekankan kalimatnya agar muridnya paham.

"Pak, ada yang punya kelebihan bisa terbang gak?" Tanya Taska, membuat teman-teman sekelasnya tertawa.

"Kenapa pada ketawa sih, kan gue nanya," Ujar Taska heran.

Dengan kekehan kecil, pak Gana menjawab, "Hal kayak gitu gak ada Taska. Ini bukan film atau cerita fiktif seperti yang kamu bayangkan."

"Jika sudah tidak ada pertanyaan, kita akan masuk ke pelajaran umum," Kata pak Gana membuat seluruh murid di dalam kelas mendesah kecewa.

"Loh, kenapa lesu, bukannya kalian yang kemarin yang pengen belajar pelajaran umum, kenapa sekarang malah males?" Tanya pak Gana.

"Gak males loh pak, cuma lebih tertarik kalo bapak jelasin lebih jauh tentang kekuatan ini," Jawab Julian yang di angguki yang lain.

Pak Gana terkekeh, ia tetap melanjutkan untuk belajar pelajaran umum, ia menuliskan rumus-rumus matematika di papan tulis, dan menjelaskannya pelan-pelan. Pelajaran itu berlanjut sampai dua jam kedepan.

"Bagus, kalian terlihat mendengarkan penjelasan saya dengan cermat," Puji pak Gana begitu selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus, kalian terlihat mendengarkan penjelasan saya dengan cermat," Puji pak Gana begitu selesai.

"Kalo gitu pelajaran saya akhiri sampai di sini, selamat istirahat, kita akan bertemu saat jam pelajaran selanjutnya." Usai mengatakan itu pak Gana berlalu pergi.

"Kenapa matematika tadi keliatan gak menarik banget ya," Ujar Jimmy dengan wajah lesu nya.

"Setuju, tadi ngebosenin banget, padahal sebelumnya gue suka banget sama matematika," Sahut Angga.

"Kayaknya tadi gak ada yang tertarik deh denger penjelasan nya pak Gana," Ucap Dita.

"Em guys, coba kalian liat Altas sekarang," Mendengar ucapan Shania, mereka langsung memusatkan perhatian mereka kepada Altas yang terlihat fokus mencatat materi yang ada di papan tulis.

Altas yang merasa banyak pasang mata yang menatap ke arahnya, ia langsung melihat ke arah teman-temannya dengan bingung, menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, bingung harus bereaksi seperti apa.

"Huh, kalo dia sih gak heran," Sahut Taska menghela napas.

"Pantes kekuatan dia keren, apa tu namanya," Ujar Jimmy.

"Technology manipulation," Sahut Ender.

"Nah iya ituu," Kata Jimmy.

"Kalo gue nyatet materi ini, bisa gak ya kekuatan gue sama kayak Altas," Ujar Taska membuat Julian dan Angga yang berada di sampingnya memukul pundak Taska.

"Ck, kenapa sih lu bedua hobi banget mukulin gua yaa." Taska berbicara dengan nada kesalnya.

"Lagian lu minimal mikir lah, mana bisa semudah itu dapetin kekuatan hebat kayak Altas," Ujar Angga yang di setujui Julian.

Raya yang melihat pertengkaran teman-temannya hanya diam mengamati.

"Ini gak ada yang mau ke kantin apa, gue laper banget asli semaleman gak makan gara-gara pingsan," Ucap Bora.

"Gue sampe lupa kalo belum makan, ayo ke kantin semuanya kita harus makan biar gak sakit," Ujar Ender mengajak teman-temannya satu persatu.

Mereka pun mengikuti perintah Ender, lalu berjalan ke kantin bersama-sama.

"Kok di gedung kita gak sekalian di kasih kantin pribadi aja ya, kan enak kalo mau makan siang atau makan malem," Celetuk Raya tiba-tiba.

"Serius Ray lo ngomong duluan hal gak penting kayak gitu?" Julian melototkan matanya tidak percaya.

"Emang aneh?" Tanya Raya heran.

"Sumpah masih nanya lagi? Lo ini se spesies sama Altas tau gak, tapi lo mending sih masih bisa ngomong, no offense ya Al." Taska berucap sambil memperlihatkan deretan giginya.

Mereka sudah menapakkan kakinya di gedung utama, membuat perhatian murid-murid Biantara High School mengarah pada mereka yang berjalan bersamaan.

"Itu murid Kelas Unggulan ya, keliatannya songong banget."

"Dikira keren kali ya jalan bareng-bareng gitu."

"Sok-sokan banget sih."

Bisik-bisik mulai terdengar membuat masing-masing dari mereka harus menahan kekesalan dalam hati.

"Anjing lah, emang muka kita keliatan songong apa ya," Kesal Julian.

"Lo sih iya, kita gak," Celetuk Altas, membuat sembilan orang dari mereka kaget.

"Gue gak papa deh kalo di katain sama Altas mah, yang penting dia ngomong," Ujar Julian pasrah.

"Al, lo gak kesinggung kan sama omongan gue tadi," Taska bertanya dengan ragu-ragu.

"Gak kok, tenang aja. Gue gak kayak lo yang berisik," Spontan yang lain tertawa mendengar itu, Taska mengelus dadanya sabar.

Tidak terasa mereka sudah sampai di kantin dengan bisik-bisik yang senantiasa menemani mereka.

"Duduk di sana aja," Tunjuk Ender pada sebuah meja panjang dan sepuluh kursi.

Mereka pun mengikuti arahan Ender, lalu duduk di kursi masing-masing.

To be continued

Kelas Unggulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang