Bab 21

162 34 4
                                        

Mereka mendekat ke arah Altas, ia mulai menunjukkan potensinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka mendekat ke arah Altas, ia mulai menunjukkan potensinya. Menatap layar yang menampilkan biodata siswa Kelas Unggulan lima tahun lalu.

 Menatap layar yang menampilkan biodata siswa Kelas Unggulan lima tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini cewek yang gua liat tadi," Tunjuk Bora.

Bora menunjuk laki-laki yang memiliki potensi teleportasi, "Dia juga yang gue liat tadi."

"Berarti semuanya jelas kenapa orang yang di maksud Taska tiba-tiba ilang," Ucap Ender.

"Tapi mereka buat apa kesini, pake sembunyi segala lagi," Kata Dita menaikkan sebelah alisnya.

"Mereka gak ada niat jahat kan ke kita," Ujar Julian, menatap satu-persatu temannya. Meneguk air liur nya sendiri.

Semua kejadian yang menimpa mereka bagaikan teka-teki yang sulit di pecahkan. Jika mereka menemukan satu titik terang, ada hal lain lagi yang mengganjal, mereka butuh beberapa potongan lagi untuk tahu apa yang sedang mereka hadapi sekarang.

"Kalian inget gak kalo perempuan itu bilang, map yang satu lagi belum di ambil, Berarti kita bisa ambil itu sekarang kan," Mata mereka membola mendengar penuturan Bora.

Ender, dengan sigap langsung memeriksa laci meja guru, "Ada gemboknya, kita butuh kunci."

Raya mengambil jepitan yang ia gunakan di rambutnya, "Coba pake ini."

Ender mengambil jepitan tersebut sedikit membengkokkan bagian depannya, memasukkan nya ke dalam bolongan gembok. Tetap tidak bisa terbuka.

Raya mengambil alih jepitan tersebut, memasukkannya, membukanya—terbuka.

Terdapat map berwarna merah di dalam, Raya mengambil map tersebut. Menaruhnya di atas meja agar mereka bisa melihatnya bersama-sama.

"Duh, kok gue deg-deg an ya," Ucap Jimmy.

"Gara-gara lo, gua jadi ikut deg-deg an," Sahut Angga.

"Gimana kalo ini punya pak Gana?" Ujar Shania.

"Tapi, map ini di incer sama mereka, berarti isinya penting, kita harus cari tau semuanya, biar clear."

Menghiraukan perdebatan teman-temannya, Raya mengambil dan membuka map tersebut. Ia membacanya dengan serius. Bola matanya membesar, tanda ia terkesiap dengan apa yang tertulis di sana.

Raya menutup mulutnya, tidak menyangka, teman-temannya melihat reaksi Raya, mengambil alih map tersebut, membacanya bersama-sama, saling menatap satu sama lain.

Beberapa foto yang ada di balik kertas tersebut jatuh, memperlihatkan gambar seorang perempuan cantik berambut panjang dengan wajah pucatnya, bekas suntikan yang membekas di kulitnya, dan beberapa alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Perempuan ini yang mereka lihat di biodata siswa Kelas Unggulan lima tahun lalu.

"Gila! Mereka jadiin manusia subjek penelitian mereka."

"Dan, dia murid dari sekolah ini."

"Apa pak kepala sekolah gak tau tentang hal ini," Geram Dita

"Mungkin aja pak kepala sekolah tau, atau bahkan dia dalang dari semua ini," Tuduh Ender.

"Tapi siapa yang berani ngelakuin hal kayak gini," Ucap Angga.

"Mungkin aja siswa Kelas Unggulan lima tahun lalu dateng buat ambil barang bukti ini, jadi mungkin mereka yang ngelakuin hal ini."

Semua mata menatap pada Bora yang berbicara.

"Gila! Mereka ngelakuin itu ke temen mereka sendiri, dan pak Gana pasti salah satunya." Wajah Julian mengeras.

Obrolan mereka terhenti, ketika dua orang yang terlihat familiar tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

Melihat kedatangan kedua orang tersebut, mereka merapatkan diri ke tembok, enggan dekat dengan kedua orang itu.

"Hey, hey. Kita gak akan nyakitin kalian," Kata perempuan tersebut.

"Bohong!" Desis Shania.

"Okey, kita cuma mau ambil map itu, bisa kasih ke kita?" Laki-laki yang bernama Jo berusaha membujuk mereka.

Ender mengambil map tersebut, melindunginya di balik badannya.

"Ck, lo geh. Gua kan udah bilang kalo map itu belum gua ambil, lo malah bawa gue pergi aja. Coba sekarang susah lagi kan," Omel Nadin pada Jo.

"Ya, lagian gua kan panik kalo mereka liat gua duluan."

"Manusia kok takut sama manusia, aneh lo," Celetuk Nadin.

"Gak ada yang jauh lebih menakutkan dari manusia."

Raya dan teman-temannya menatap heran pada dua orang di depannya ini, benarkah mereka orang jahat.

"Kita bakal kasih map ini, kalo kalian ceritain sebenernya apa yang terjadi sama perempuan di foto ini."

Mereka membelakkan matanya tidak percaya ke arah Raya. Mengapa dia membuat penawaran seperti itu, apa Raya percaya pada dua orang mencurigakan di depan mereka ini.

"Ray, lo percaya mereka?" Tanya Altas.

"Gue percaya, mereka itu siswa ayah gue, gue mau percaya sama orang yang di percaya ayah gue."

"Kalian udah buka isinya?" Sela Nadin meninggikan suaranya.

"Iya, kenapa? Kalian takut kalo kelakuan jahat kalian ini ketauan sama orang lain," Ucap Dita.

Nadin memukul kepala Jo lumayan keras, "Gara-gara lo nih."

"Yaudah sih, tinggal jelasin aja semuanya."

"Ck, oke gue jelasin."

To be continued...

Maaf gantung, hehe

Kelas Unggulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang