Pak Gana terus menjelaskan tentang Konsep memahami perasaan orang lain atau Empati. Murid di kelas sudah sangat bosan mendengarnya, hanya satu orang yang setia mendengarnya yaitu Jimmy.
"Keliatannya kalian sangat bersemangat ya mendengar penjelasan saya," Ujar pak Gana sarkas.
Pak Gana melihat jam yang melingkar di tangannya, "Yah, kalo gitu kalian boleh istirahat, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya."
Ketika pak Gana sepenuhnya sudah hilang dari pandangan mereka, kelas menjadi ricuh. Apa lagi Taska yang tidak henti-hentinya berceloteh tentang apa yang disampaikan oleh pak Gana tadi.
Melihat kelas yang sudah tidak kondusif Raya memilih untuk menelungkupkan wajahnya ke lipatan tangannya. Ia rindu tidur di dalam kelas. Lama-kelamaan ia berkelana di dalam mimpinya.
Dua puluh menit lamanya Raya sudah berkelana di dalam mimpinya, ia kembali terusik karena suara yang jauh lebih ricuh dari sebelumnya, bahkan terdengar bentakan kasar dari dunia nyatanya.
Membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi, Ia langsung terlonjak kaget ketika Julian terdorong ke arahnya, ia langsung menyingkir dan Julian yang menabrak meja serta kursinya.
Menatap ke arah pelaku yang mendorong Julian sekuat itu, ia terkesiap, benarkah yang mendorong Julian dengan badan sebesar itu adalah Dita, perempuan lollipop?
"Cowok bajingan, seenaknya aja lo buang lollipop gue terus ngatain gue menel sok kecantikan, lo pikir muka lo udah oke?" Ujar Dita marah, di belakangnya ada Shania yang menenangi Dita.
Julian bangkit, lalu meringis pelan, "Gue kan cuma bercanda, gue gak tau lo bakal semarah ini," Ujar Julian takut dengan tatapan garang Dita.
"Minimal minta maaf, sialan bukan ngebela diri," Bentak Dita, murid di kelas menatap Dita ngeri. Sebelum kejadian ini Dita terlihat anggun dan sangat cantik, tapi sekarang semua itu hilang.
"Maaf Dit, nanti gue ganti lollipop lo ya," Mohon Julian sambil tersenyum kikuk.
Dita hanya berdehem lalu ia kembali ke tempat duduknya seperti tidak terjadi apa-apa, mengambil sesuatu di dalam tas nya yang ternyata lollipop.
Bora langsung menemui Dita, "Sumpah Dit, gue tau lo jago bela diri tapi sejago itu sampe lo bisa buat Julian hampir babak belur."
Menyadari sesuatu Bora langsung melihat ke arah telapak tangannya sendiri, dan melihat ke arah Julian.
"Tunggu, sebelumnya gue bahkan gak bisa ngalahin senior cewek gue yang kekuatannya di bawah Julian, diliat dari manapun Julian itu keliatan kuat, tapi kenapa gue bisa buat dia sampe kayak gitu ya," Bingung Dita. Ia melihat ke arah teman-temannya yang juga menatapnya.
"Julian, gue juga minta maaf ya, gue juga gak tau kenapa bisa buat lo sampe kayak gitu. Seharusnya kekuatan gue gak sekuat ini," Ucap Dita sambil melihat ke arah Julian yang kebingungan.
"Eh gak papa Dit, gue juga yang salah." Dita tersenyum tulus mendengar itu.
Sekali lagi Raya melihat hal yang janggal, dilihat dari mana pun ini sangat aneh, kelas ini memang aneh, untuk apa sekolah membuat program seperti ini jika tidak ada sesuatu di dalamnya.
Melihat Raya yang tengah memikirkan sesuatu Bora menyentuh pundak Raya, "Kenapa Ra?"
Raya terlonjak kaget dan menatap Bors tersenyum, "Gak papa kok Ra, cuma mikirin hal yang gak jelas aja."
Bora tetap tidak bergeming, masih memegang pundak Raya dengan tatapan yang semakin lama semakin kosong.
Raya mencoba menyadarkan Bora, "Ra, lo kenapa hey" Melihat tangan Bora yang masih setia menyentuh pundaknya, ia langsung melepaskan tangan Bora dari sana.
Dan benar saja, Bora kembali sadar, melihatnya dengan tatapan sendu.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Unggulan
Novela JuvenilRaya pikir ia hanya manusia tidak berguna yang hanya hidup untuk memenuhi populasi manusia, tapi apa ini? Sejak kapan manusia mempunyai kekuatan diluar nalar seperti ini? Apa memang dari awal manusia mempunyai kekuatan semacam ini. Program Kelas Ung...