ℙᗅℛͲ ՏⅈӾ

698 92 6
                                    

💚💚💚

Tokyo, Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokyo, Jepang

Gedung tinggi itu terletak di jalan Fujimi-zaka bernama Fujiya Tower. Berbentuk persegi dengan nuansa biru. Bangunan yang dindingnya didominasi oleh kaca itu memantulkan sinar matahari siang yang cerah. Tidak jauh dari gedung mewah, berbatasan dengan jalanan lebar dan mulus terdapat satu taman hijau yang di dalamnya terdapat danau indah berair biru.

Gaien Garden merupakan taman di tengah kota yang selalu ramai dikunjungi di kala sore. Tempatnya yang nyaman serta pemandangan yang menyenangkan menjadi daya tarik bagi penduduk lokal maupun turis yang datang. Pepohonan hijau yang tumbuh subur menaungi sisi danau dilengkapi beberapa bangku yang tertanam pada tanah berumput.

Birunya langit siang itu menjadi fokus dari sepasang mata yang berdiri di salah satu ruangan. Mata kecil hitam menatap arak-arakan awan putih yang bergerak pelan tertiup angin. Satu tangannya masuk ke dalam saku celana, dan ponsel canggih watna hitam berada di tangan lain yang ia dekatkan ke telinga.

Sehun berada di ruangan pribadinya di lantai 14 gedung Fujiya, cabang dari usahanya yang ada di Shanghai. Sudah seminggu dia berada di Jepang, mengambil alih bisnis dan membiarkan perusahaan utama dipegang oleh Xiao Zhan. Saat ini dia sedang mendengarkan informasi dari asistennya yang ditinggal di Shanghai. Orang kepercayaan yang sengaja dia tempatkan di sisi Xiao Zhan untuk memantau semua gerak gerik di sana.

"Jadi tidak ada peristiwa penting saat ini?" tanyanya pada seseorang di seberang.

"Sementara ini tidak ada. Semuanya nampak baik-baik saja." Satu suara pria menjawab.

"Hmm, pantau terus. Aku ingin tahu siapa saja yang berusaha menginginkan perusahaan," ujar Sehun. Sesaat terdiam sambil melirik jam tangan ketika menarik tangannya dari saku celana.

"Bagaimana dengan Wang Yibo? Kau sudah mendapat informasi tentangnya?" ia bertanya lagi.

"Tidak ada yang mencurigakan tentangnya. Dia pun bersikap layaknya seorang asisten. Aku teruskan menyelidiki atau ..."

"Cari lebih jauh tentangnya. Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya," Sehun menyela.

"Ok."

"Terus kabari aku."

Sehun memutus hubungan jarak jauh, memutar-mutar ponsel di tangan. Pikirannya melayang pada tunangannya yang ada di Shanghai. Saat ini dia sengaja meninggalkan Xiao Zhan hanya untuk melihat, apakah pemuda itu masih tetap menjadi miliknya di kala ia kembali, atau sebaliknya.

"Xiao Zhan, dalam seminggu ini kau bahkan tidak pernah menghubungiku. Cintamu sudah tidak seperti dulu," ia bergumam sendiri. "Apakah aku benar-benar sudah tidak ada di hatimu?"

𝓜𝔂 𝓢𝓮𝔁𝔂 𝑨𝒔𝒔𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang