💚💚💚
Suasana ruangan yang tidak terlalu terang menjadikan tempat itu terasa lebih hangat dan romantis. Atmosfer yang melingkupi Sehun dan Luhan semakin terasa menghanyutkan di kala kedua mata mereka saling menatap. Di saat Sehun memanggilnya dengan formal dan menyebutkan identitas yang sebenarnya, Luhan hanya bisa diam, berusaha menyelami pikiran Sehun lewat tatapan mereka. Dia tahu cepat atau lambat pimpinan muda itu akan mengetahui siapa dirinya, namun tidak menduga Sehun akan mengetahuinya secepat itu.
“Aku benar, kan, Tuan Muda Luhan? Kau tidak bisa lagi bersandiwara di depanku.”
Kata-kata Sehun memutus kontak mata mereka dan Luhan tergesa memalingkan muka.
“Aku salut padamu, Mr. Sehun. Kau mengetahuinya dalam waktu sesingkat ini. Kau memang sosok yang cerdas,” Luhan berkata sambil menuang minuman ke dalam gelas.
Hanya ada satu gelas di atas meja dan Luhan tahu itu gelas siapa, namun dia tidak peduli. Dengan santai dia menyesap dari gelas yang sebelumnya dipakai oleh Sehun. Sedetik kemudian matanya mengerling ke arah Sehun.
“Kau masih mau minum?” tanyanya sambil menggoyangkan gelas di tangan. Dia melihat Sehun hanya terus memandangi dirinya. Luhan tersenyum sekilas. Dia mengisi lagi gelas setelah menghabiskan isinya lantas menyodorkan gelas pada Sehun.
“Minumlah,” ujarnya.
Sehun tertegun sesaat namun dia melihat Luhan yang tersenyum dan menaikkan alis, memaksanya untuk menerima gelas. Tanpa kata-kata, dia pun menyambut gelas dari tangan Luhan dan menyesap sampanye yang sudah ia nikmati dari sejak sore.
“Mr. Sehun, sepertinya kau sudah cukup lama menunggu. Aku yakin kau tidak ingin usahamu sia-sia, namun sayang, aku tidak berminat membahas apa pun saat ini,” Luhan berkata.
“Aku sudah mengetahui tentangmu dan kau tidak bisa mengelak lagi,” balas Sehun.
“Lalu apa? Kau ingin kita bekerja sama seperti keinginanmu?”
“Aku memintamu. Kita akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa bersama-sama.”
“Sesuatu yang luar biasa? Apakah itu?” kerling Luhan.
“Aku tahu kau mengujiku. Bukankah kita akan menikmati hasilnya bersama pula?” Sehun tersenyum tipis.
Luhan mengeluarkan tawa renyah. Entah kenapa pikirannya saat ini merajalela ke masalah lain mendengar kata-kata Sehun. Dia menoleh pada Sehun, menelusuri parasnya yang putih dan tampan.
“Mr. Sehun, kata-katamu membuatku berpikir yang lain-lain. Apa hasil luar biasa yang akan kita dapatkan? Sesuatu yang menyenangkan atau ...”
Luhan mendekat dan mengusapkan telapak tangan ke pipi Sehun, membuat pemuda itu mengerjap kaget. Dia tersenyum dan membisikkan kata-kata di dekat telinga.
“Apa kau begitu ingin bekerja sama denganku?” tanyanya.
Sehun yang mendapat perlakuan itu sesaat membeku. Tangannya mencengkeram erat gelas yang ia pegang. Dia tidak menyangka kalau Luhan akan bersikap seagresif itu tapi entah kenapa dia tidak bisa menghindar. Sekian detik dia terdiam sampai berhasil menemukan suaranya kembali.
“Aku pikir itu kerja sama yang menyenangkan. Bukankah kau pun mengincar perusahaanku? Karena itulah kau menemuiku waktu itu,” ujarnya.
Luhan tertawa kecil dan semakin mendekatkan wajah. Bibirnya nyaris menempel ke telinga Sehun.
“Aku menemuimu karena ingin melihatmu secara langsung. Dan dugaanku tidak salah. Kau sangat menawan, Mr. Sehun.”
Sehun tergesa memundurkan wajah hingga wajah mereka saling berhadapan. Dia menatap lekat-lekat paras manis Luhan yang menampilkan senyum. Diam-diam mengagumi pemuda yang memiliki sikap berani namun begitu kalem dan santai. Selain memiliki wajah manis, Luhan juga merupakan keturunan dari pihak Michellin Star yang terkenal di Tokyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓢𝓮𝔁𝔂 𝑨𝒔𝒔𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕
RomantizmKembali dari peristiwa yang hampir menghilangkan nyawanya, Xiao Zhan memilih untuk menerima kebaikan sepupunya dan tidak bisa membantah ketika akhirnya pertunangan mereka terjalin. Tetapi ketika dia menerima sebuah pesan dari orang tak dikenal tenta...