💚💚💚
Reuni yang dihadiri Yibo cukup meriah dan dihadiri beberapa pasangan. Seperti kata Xiao Lian, pertemuan itu hanya untuk menampilkan kelebihan mereka dan membanggakan pasangan masing-masing. Meski terlihat akrab di tengah perbincangan yang mengalir, namun nada sindir dan menyudutkan selalu terselip di antara mereka.
Terbiasa menghadapi orang-orang besar dan perkumpulan seperti itu, sikap Yibo tampak tenang dan santai. Dia tetap berperilaku sopan dan melayani setiap pertanyaan yang kadang teraju padanya. Dia pun tetap membiarkan Xiao Lian yang bersikap manja padanya karena dia tahu gadis itu hanya ingin memperlihatkan pada teman-teman lamanya bahwa dia pun memiliki pasangan.
Musik dan minuman beralkohol menjadi pengiring acara yang berlangsung di ballroom sebuah hotel, yang sengaja dipesan atas kesepakatan bersama. Beberapa orang tampak menikmati musik dengan berdansa santai ditemani pasangan. Makanan dan minuman berlimpah, bahkan Yibo berpikir kalau semua itu tidak akan habis dikonsumsi oleh semuanya. Mereka seperti berlomba untuk menunjukkan siapa yang paling berjasa dan berpengaruh dalam pertemuan kali ini. Sesaat menggelengkan kepala, Yibo hanya tersenyum miris kemudian menyesap anggur merah dari goblet ramping. Saat ini dia duduk berdampingan dengan Xiao Lian di sebuah sofa warna merah menghadapi teman-teman lama si gadis.
“Xiao Lian, jadi dia pacarmu? Melihat penampilannya, sepertinya dia berasal dari keluarga kaya.”
Pertanyaan itu terlontar dari seorang wanita yang berpakaian gemerlap seperti artis yang akan naik panggung. Pasangannya seorang pria dewasa yang terlihat angkuh.
“Namanya Wang Yibo. Kalau bukan pacar, buat apa aku mengajaknya kemari,” jawab Xiao Lian. Senyumnya tersungging dan mengerling pada Yibo. “Dia sengaja menemaniku. Soal pekerjaan, kalian bisa bertanya langsung padanya. Iya, kan, Yibo?”
Yibo hanya memberikan senyum tanpa menanggapi perkataan Xiao Lian.
“Kalau begitu aku tidak akan sungkan,” laki-laki pasangan wanita itu mulai bersuara. Dia menggoyang gelas di tangan sambil melempar tatapan datar pada Yibo. “Sepertinya kau seorang pekerja. Kalau boleh tahu, di bagian apa kau bekerja?” tanyanya.
Lagi-lagi Yibo tersenyum. Untuk sesaat dia menyesap anggur.
“Aku bukan pekerja,” jawabnya santai. Matanya melirik pada Xiao Lian yang terlihat tenang. “Tapi aku sanggup memberinya kehidupan yang dia inginkan.”
Laki-laki yang bertanya menampilkan senyum sinis.
“Bagaimana bisa memberikan kehidupan mewah jika tidak bekerja. Kau tidak mungkin meminta pada orangtua, bukan?” sindirnya.
“Tentu saja tidak,” jawab Yibo. “Kita sudah dewasa, bukan? Bagaimana bisa masih merepotkan orangtua setelah memiliki pasangan sendiri.”
“Kau tidak mengatakan apa pun tentang pekerjaanmu. Entah kau menyembunyikannya atau sebenarnya kau hanya berusaha tampil mewah di depan semuanya,” balas si pria. Tatapannya beralih pada Xiao Lian yang terus menyesap anggur. “Xiao Lian, apa dia benar-benar pacarmu? Jangan-jangan kau hanya menyewa seseorang untuk menjadi pasanganmu malam ini.”
Perkataan pria itu disambut tawa kecil wanita pasangannya.
Ekspresi Xiao Lian berubah kesal. Dia menenggak sekaligus anggur dari gelas hingga wajah putihnya menjadi sangat merah. Setengah mendengus, dia menyimpan gelas dengan kasar ke atas meja. Matanya menatap sinis pada pasangan yang sedang menertawakan dirinya.
“Sepertinya kita harus menunjukkan kemesraan kita pada mereka, Yibo. Kau setuju?” ujarnya sambil berpaling pada Yibo. Satu matanya berkedip, tersenyum manis dan mulai mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓜𝔂 𝓢𝓮𝔁𝔂 𝑨𝒔𝒔𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕
Roman d'amourKembali dari peristiwa yang hampir menghilangkan nyawanya, Xiao Zhan memilih untuk menerima kebaikan sepupunya dan tidak bisa membantah ketika akhirnya pertunangan mereka terjalin. Tetapi ketika dia menerima sebuah pesan dari orang tak dikenal tenta...