"Berani sekali kau menatap adikku dengan tatapan sampahmu itu hah!" ucapan penuh emosi Vano ia lampiaskan ke Toni. Ia tidak suka jika Rafa diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Rafa adalah adik kesayangannya. Rafa tidak pantas mendapatkan ini semua.
"Cepat katakan, bangsat." Desak Vano.
Cengkramannya sudah terlepas atas leraian dari kepala sekolah dan Arya. Kini Vano berdiri dengan kedua matanya yang berapi-api. Kedua tangannya terkepal erat dan menonjolkan urat-uratnya.
Toni yang sudah tidak bisa mengelak lagi karena didesak terus menerus, akhirnya mengakui perbuatannya. Ia harap setelah pengakuannya ini. Vano tidak memukulnya lagi sebagai bentuk keringanan karena ia telah jujur. Toni tidak ingin memikirkan nasibnya lagi jika ia ketauan berbohong. Mereka adalah keluarga Alarick dan Ganendra. Mereka bisa melakukan apa saja untuk mencari kebenaran. Lebih baik ia mengakui terlebih dahulu.
"Iya, aku yang membully Rafa selama ini. Tidak hanya aku saja, teman-temanku yang lain juga ikut andil. Kenapa hanya aku saja yang dipanggil. Tidak ada alasan untuk itu. Aku hanya mencari hiburan tersendiri. Membully Rafa yang tidak akan membalas perbuatan ku itu sungguh menyenangkan. Aku bersalah. Tolong maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji." Sesal Toni dengan kepala tertunduk. Ia mengakui kesalahannya, ia tidak ingin bermain-main dengan dua keluarga terpandang itu. Toni cukup waras. Ia kira Rafa hanya seorang anak miskin yang lemah. Ternyata dibelakangnya berdiri dua keluarga yang sangat kuat.
"Toni," Clara tak percaya jika anak satu-satunya telah berbuat seperti itu. Jika Rafa hanya anak yang biasa, tidak berpengaruh baginya. Mungkin saja ia tidak akan mempermasalahkan perbuatan anaknya, meskipun ia cukup terkejut jika anaknya menjadi pembully di sekolah ini. Tapi setelah mengetahui siapa Rafa sebenarnya, ia terkejut dan tentu saja sangat marah mendengarnya.
Bisa buruk citranya di depan teman-temannya.
Arya marah mendengarnya, sedangkan Helia menatap sendu anaknya. Hari-hari yang teah dilalui anaknya selama ini pasti sangat berat. Bagaimana bisa Rafa menyembunyikannya selama ini kepada mereka.
"Lihat anakmu David." Seringai lebar tercetak jelas di bibir James. Sudah terbukti jika anak David yang bersalah. Membuat bangkrut perusahaan David ia rasa belum setimpal dengan perlakuan Toni selama ini terhadap Rafa.
David memijit pelipisnya, ia malu. Sangat malu. Perusahaannya bangkrut, anaknya membuat masalah dengan seorang anak kesayangan dari dua keluarga bermarga Alarick dan Ganendra.
Membuka matanya yang sempat ia pejamkan tadi. Menatap ke atas dengan tatapan tajam mengarah ke anaknya yang berdiri. Anak bodoh, tidak berguna. Umpat David dalam hati. Menambah masalahnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa
Fanfiction[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia dengan senang membantu pekerjaan orang tuanya. Ayahnya sebagai tukang kebun di kediaman ALARICK dan i...